cerita 7 / demi apa dia tau nomer gue?

417 34 5
                                    

Setelah melihat mobil Anggara,Valina dan Steffi langsung masuk dan duduk dengan manis.

"Haii Steffi,enaklaa yang kemarin pulang kampung". Ucap Anggara saat Steffi sudah duduk diam.

"Hehe disana ga ada yang kayak V bang,jadi ya biasa aja".

"V kan emang ngangenin". Cengir Valina.

"Halahh". Anggara tersenyum jiji mendengar penjelasan Valina dan langsung menjalankan mobilnya.

~

Setelah mengantar Steffi,mereka langsung pulang dan tidak ingin singgah ketempat lain.

"Maa kita pulangg". Teriak Valina saat berada didalam ruang tamu.

"Brisik tau!". Omel Anggara pada Valina karena teriakannya cukup keras.

"Wleee". Valina hanya balas mengejek dan dibalas cubitan geram oleh Anggara.

"Wahh gimana hari pertama sekolahnyaa?". Suara wanita yang sangat disayangi oleh mereka berhasil menghentikan perang kecil antara Valina dan Anggara.

"Asik maa!". Jawab Valina mantab.

"Emm Steffi juga ada?".

"Ada ma kita tadi satu ruangan mos".

"Hmm enak banget kamu jumpa sahabat kamu lagi dari kecil".

"Hehe iya ma". Valina tersenyum lebar pertanda senang.

"Kamu ga bosen apa? Steffi mulu yang kamu jumpain". Anggara memotong bertanya.

"Emangnya V kayak abang, yang muak liat bang Rio jadinya pisah sekolah?". Ledeknya pada Anggara.

"Yee bukan muak,karena kita terlalu akrab kita dicap homo, ya aku males. Aku kan normal". Jelas Anggara membela dirinya.

"Halah masa iy..". Belum sempat Valina habis berbicara,omongannya langsung dipotong oleh Anggara.

"Emangnya aku kayak kamu yang gapernah suka ke orang,isss gak normal". Anggara gantian meledek Valina dan langsung lari ke kamar untuk menghindari serangan telak dari adiknya.

"ABANG!! AKU NORMAL!". Teriak Valina mendengar ledekan abangnya tersebut.

"Maa liat tu abang,masa iya dia ngatain V ga normal, V normal kan ma? Yakan? Yakan?". Valina mengadu kepada mamanya yang sedang tertawa geli melihat tingkah mereka.

"Sampai kamu bawa temen cowo ke rumah mama baru percaya kamu normal". Ucap Asry(mama) dengan sisa tawanya yang ikut ikutan meledek Valina seperti Anggara.

"WHAHAHAHA". Tiba tiba Anggara tertawa dari lantai atas yang ternyata ia masih memperhatikan adik dan mamanya itu.

"Ihhh mama sama aja kayak abang". Bibir Valina maju sangat jauh karena terkena bullyan mama dan abangnya.

"Bercanda sayang". Ucap Asry sambil mengelus lembut kepala Valina.

"Ganti baju sana, terus makan". Sambungnya.

"Iya maa". Jawab Valina masih menyimpan dendam dengan abangnya.

Setelah selesai makan, Valina langsung masuk kedalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya dikasur kesayangannya.

Ada tiga di dunia ini yang Valina sayangi. Yang pertama keluarganya,kedua handphonenya,dan yang terakhir kasurnya.

Valina sangat sayang pada kasurnya ini,karena kasurnya ini empuk dan dingin. 'kalau kasur ini belum rusak v gamau ganti kasur ma'. Begitulah alasannya.

Drrttt

Handphone Valina berbunyi dan mendapati nama Steffi di layarnya.

Steffi : main yuk,uda lama gue ga keliling negara ini

Valina : gaya lo negara,lo baru pulkam ke Yogya Steff!

Valina geleng kepala membaca pesan dari sahabatnya itu dan langsung meletakkan handphonenya mencoba untuk tidur.

Drrttt

Valina mengambil handphonenya malas dan membaca pesan dari Steffi.

Steffi : hehe. Ayo dong V

Valina : besok aja deh,gue ngantuk.

Steffi : yah parah lo :(

Valina : besok gue janji bakal bawa lo ketoko buku. Cantik!

Steffi : janji ?

Valina : iya janji

Valina meletakkan handphonenya dan melanjutkan niatnya untuk tidur.

Belum sempat Valina menutup mata handphonenya berbunyi. Alunan lagu 'Attention' milik charlie puth pun bersenandung.

"Pasti Steffi". Batinnya

Tanpa memastikan apakah itu benar Steffi atau bukan,Valina langsung mengangkatnya tanpa aba aba.

"Gue tuh ngantuk Steffii!!,kan gue bilang besok". Valina langsung to the point Tanpa mengetahui siapa yang sedang menelfonnya.

"Tapi gue bukan Steffi". Ucap seseorang disebrang sana.

Valina membelalakkan matanya. Ia melihat ke layar handphonenya dan benar saja itu bukan Steffi melainkan Langit.

"Langit?!!".

"Demi apa dia tau nomer guee??". Batinnya.

"Valina?". Ucapnya lagi.

Valina berusaha untuk tidak panik girang,ia mencoba mengatur napasnya baik dan menjawab suara itu.

"I-iya". Ucapnya putus putus.

"Gue minta maaf ya,gue gabilang ke lo kalo nomer lo gue simpen. Terus...".

"Iya paa, iya Langit kesana". Sambungnya tanpa melanjutkan penjelasannya tadi.

Omongan Langit terpotong karena sepertinya ia sedang dipanggil oleh seseorang yang ia sebut dengan papa.

"Bangsat gue kepo jadinya". Batin Valina yang menunggu apa yang sebenarnya ingin langit katakan.

"Em besok aja deh,maaf ya. Byee". Ucapnya dan langsung menutup telfonnya.

"Em i-iyaa". Jawab Valina setelah sambungan disebrang sana sudah tak lagi terhubung.

Valina melihat layar handphonenya,mengamati nama yang tertera di layar itu lekat lekat.

Valina tersenyum lebar seperti orang yang paling bahagia di dunia ini. 'Langit'. Tulisan itu masih dipandang Valina dan terus ia pandang.

"V maafin kak". Gumamnya dan memeluk benda persegi panjang itu dengan teriakan yang ia tahan sedari tadi.

Alih alih ingin tidur,memejamkan mata saja Valina tidak bisa karena masih terngiang wajah Langit.

Kok salting sih?

Aelah dia cuma tau nomer lo doang V!

Astaga langitt!

Beneran salting nih gue?

Ah dasar cebong tropis,bisa aja buat gue kesemsem. *Kesemsem = salting,jatuh cinta.

Itu adalah ocehan hati dan otak Valina,yang Valina sendiri tidak menyadarinya.

"GUE CINTA LANGIT!!!". Teriak Valina secara spontan dan membuatnya terkejut. Juga orang yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"..."

Langit Sentanu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang