cerita 6 / suka ga harus mencintai,kan?

471 38 0
                                    

Valina ingin sekali berteriak histeris saat mengetahui nama orang yang berhasil membuatnya salah tingkah itu lebih tepatnya membuat Valina jatuh cinta. Namun ia mengurungkan niatnya karena ia sadar bahwa ia sedang berada di kantor yang ramai sekali orang.

Langit

Hanya itu yang ada di dalam fikiran dan hatinya Valina.

"Cari siapa nak?". Sapa salah seorang guru wanita paruh baya,jika dilihat dari nicknamenya nama ibu itu adalah Mira.

"E-emm".

Valina mengulang fikirannya mengingat apakah tadi Langit ada menyebut nama seorang guru atau tidak.

"Ohh iya gue tadi ditunggu siapa coba?". Gumamnya dalam hati.

"Saya juga gatau buk dipanggil siapa hehe". Jawabnya canggung pada wanita paruh baya itu.

"Langit yang manggil?". Tanya bu Mira.

"I-iya buk, kak Langit yang manggil". Seketika Valina merasa deg degan saat mendengar nama itu,membuat darahnya mengalir cepat.

"Oh,ayo ikut saya".

Tanpa fikir panjang Valina langsung mengikuti langkah kaki guru tersebut.

"Handphone kamu bukan?". Ucapnya sambil memberikan benda persegi panjang itu pada Valina.

Betapa terkejutnya ia bahwa handphone kesayangannya ternyata tidak bersamanya selama Mos berlangsung. Valina langsung mengecek kantung rok dan bajunya. Dan benar,handphonenya tidak ada.

Valina meraih handphone itu dan memeriksa apakah itu handphone miliknya atau bukan.

Valina menekan tombol on di handphone itu dan memperlihatkan wallpaper yang sangat indah. Dilayar tertera pemandangan senja dan terdapat ukiran tulisan nama Valina yang ia dapat dari hasil editannya sendiri.

"Iya buk ini punya saya". Jawabnya setelah melihat isi dari handphonenya itu. Valina masih bertanya tanya kenapa handphone kesayangannya bisa ada di kantor sekolah.

"Tadi Langit nemu handphone kamu di meja kantin,dia mau balikin sendiri cuma dia gatau kamu ruang berapa. Terus dia kemari buat ngeliat nama kamu diruang berapa dan minta tolong samaa saya buat balikin ke kamu". Jelas bu Mira panjang kali lebar dan dapat menjawab semua pertanyaan Valina.

"Ohh iya,tadi Valina ke kantin bu buat beli makan siang. Tapi Valina juga gasadar kalo ternyata handphonenya Valina tertinggal". Jawabnya pada bu Mira.

"Hehe terima kasih banyak ya bu". Sambungnya lagi.

"Iya sama sama,lain kali inget inget kamu kalau naruh barang". Bu Mira langsung menasehati Valina.

"Hehe iya bu,permisi ya bu". Valina langsung pamit meninggalkan kantor.

"Gue harus cari kak Langit nih". Valina sudah meniatkan itu dari awal sebagai ucapan terimakasihnya pada Langit.

Valina langsung mengedarkan pandangannya mencari Langit. Namun tidak didapatnya, Valina pergi ke kantin namun juga tidak ada dia.

"Besok aja deh". Batinnya dan langsung balik ke ruangannya.

~

"Woi ada yang liat langit ga?".

Suara itu terdengar Valina saat ia berdiri persis di depan pintu kelas XII ipa 1. Valina berhenti dan mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan. Nampaknya mereka sama seperti Valina yang sedang mencari langit.

"Langit di atas lah". Sahut salah satu dari mereka.

"Tutup mata kamu,terus liat keatas. Nemu langit kan?".

"Hai langit keluar laah!!". Sambung yang lainnya sambil menirukan suara seperti menggosok kendi agar sang jin keluar.

"Kayaknya gue taruh di kantong gue deh!".

"Gue seriuss bangsat!!". Teriak lelaki itu pada teman temannya yang mulai nyelindur sehingga mengundang tawa.

"Pfttt,Heran deh gue, Langit tuh besar tapi selalu aja ilang, kan gue yang susa....". Kalimat pria itu terpotong saat ia membuka pintu dan mendapati Valina sedang berdiri di depan pintu kelasnya.

Ia terbengong,Valina juga.

"...."

"Itukan? Cewe yang diceritakan Langit?". Batin lelaki itu.

Valina tersenyum malu kearahnya dan langsung lari dari tempat itu.

"ketololan apa lagi yang gue perbuat??". Batinnya.

"Malu gue sama diri gue sendiri,ahh!". Celoteh Valina pada dirinya sendiri dan langsung melanjutkan perjalannya tanpa harus singgah lagi.

~

"Dari mana lo?". Steffi langsung memberi pertanyaan pada Valina tanpa mempersilahkan Valina untuk duduk.

"Handphonee gue ketinggalan di meja kantin". Jawabnya dengan napas yang masih sedikit sesak.

"Terus hubungannya ke kantor apa?". Steffi kembali bertanya.

"Hp gue ditemuin sama kak Langit. Itu yang tadi manggil gue". Jelasnya pada Steffi.

"NAMANYA LANGIT?". Seketika nada bicara Steffi tinggi,terkejut? Iya.

"Keren namanyaa!!!". Lanjutnya lagi.

"Langit apa? Langit senja? Langit mendung? Atau apa? "

"Langit Sentanu". Jawab Valina singkat dan seperti biasanya darahnya mengalir cepat saat mendengar nama itu.

"Ganteng banget sih parah,tapi salahnya putih,buat lo aja dah". Sahut Steffi yang kurang menyukai cowo berkulit putih.

"Rencananya". Ucap Valina pelan namun terdengar oleh sahabatnya itu.

"Nah kannn!!!!, Terimakasih ya Allah, V akhirnya bisa sukaa ke cowoo!!!!". Steffi menjerit girang dan memeluk Valina seperti orang yang telah mendapat hadiah yang banyak.

Valina hanya pasrah dengan kelakuan sahabatnya dan hanya tersenyum meng iyakan apa yang Steffi katakan.

"Kita siap jd tempat curhat lo V". Sambung Jia yang tiba tiba sudah ada di samping Steffi.

"Gue suka. Suka ga harus..".

"Ga harus jatuh cinta kan?".Belum habis Valina berbicara Steffi langsung menyambung kalimat yang sudah ia hapal sejak lama.

"Aduh V masa iya lo gamau suka ke cowo. Lo normal kan?".

"Ya normal lah"

"Nah yaudah nunggu apa lagi,sikattt"

"Iyaa Steff iyaa"

"Emang V ganormal Steff?". Jia dengan polosnya bertanya kepada mereka yang lagi serius berbincang.

"Mulai sekarang V udah normal Ji,tenang aja". Jawab Steffi enteng dan membuat Valina berdengus kesal mendengar penjelasannya,seolah selama hidup Valina bukanlah orang yang normal.

~

Bel pulang telah berbunyi. Namun Langit juga tidak tidak menunjukkan diri.

"Lo bareng siapa?".

"Bang Anggara Stef,mau bareng?".

"Boleh deh bang Rio katanya lama lagi pulang".

"Yaudah kita tunggu di depan gerbang sekolah,yuk?".

Valina dan Steffi berjalan beriringan menuju gerbang depan sekolah.

Langit Sentanu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang