Langit pulang dari rumah Valina. Anggara yang mengantarnya kedepan pintu, bukan Valina. Valina sudah tertidur pulas akibat kelelahan, dan Langit sudah mengantarnya kedalam kamar.
"Gue balik". Ucap Langit.
Anggara mengangguk.
"El"."Apa?". Tanya Langit sebelum menaiki motornya.
"Gue takut kalo Val-".
"Ga akan". Potong Langit sigap.
Anggara menunduk. Ia menarik napas perlahan. Membuang semua penat yang ditanggungnya.
"Lo harus percaya. Valina bakal sembuh". Ucap Langit.
"Kalo itu gue selalu percaya. Tapi soal lo-"
"Gue gamasalah bro. Lo tau gue gimana selama ini. Kita harus ngelanjuti ini semua. Demi Valina. Kita ga bisa maksa dia buat nginget semua kejadian". Jelas Langit.
"Gue sayang Valina, El.". Lirih Anggara.
"Gue lebih sayang dia". Sambung Langit.
Anggara menoyor kepala Langit.
"Enak aja!. Gue abangnya anjir!".Langit meringis. "Yauda, lo abang gue juga berarti". Ucap Langit saat menaiki motornya.
Anggara mengernyitkan dahinya. "Abang?".
Langit mengangguk. Ia menghidupkan motornya. "IYA. ABANG IPAR GUE!. HAHA!"
Setelah mengatakan itu, Langit melajukan motornya kencang sebelum sepatu Anggara mengenai kepala belakangnya.
"GASUDI GUE, LO JADI ADIK IPAR GUE". Teriak Anggara.
>>
Seminggu tanpa kehadiran Langit disekolah sudah di jalani Valina. Sempat was-was dengan kakak kelasnya yang kemarin sempat membuatnya takut untuk sekolah, Valina dengan perasaan bahagia kini berjalan menuju kantin sekolahnya. Ya, seminggu telah ia lewati tanpa ada kehadiran Langit. Kakak kelas yang ia sendiri tidak tau namanya menghilang setelah kejadian enam hari yang lalu. Begitu juga Rega, teman sekelas Valina. Mereka absen dan tidak diketahui keberadaannya.
"Beibbbbbb!". Teriak Steffi yang kini sudah duduk bersama Genta di meja kantin. Valina berlari menuju meja mereka. Sempat menilik sebentar karena ia tidak menemukan sosok Langit disana.
"Mana kak Langit?". Tanya Valina saat sudah sampai.
"Mwahsih dwi kantor Gwuru". Jawab Genta yang mulutnya dipenuhi Bakso goreng.
"Makan aja dulu kak". Kekeh Valina juga Steffi.
"Lo mau makan apa?". Tanya Steffi.
Valina menggeleng. "Ga selera gue".
"Yakin lo?". Ucap Steffi meyakinkan. Valina mengangguk.
"Yaudah, gue pesen makan dulu". Steffi bangkit dari duduknya.
"Stef, gue ikut. Mau beli minum". Ucap Genta.
"Oh oke, lo sendiri gapapa?". Tanya Steffi khawatir.
"Gak lah. Gue udah besar Steff!". Gerutu Valina.
"Be-"
"Udah sana pergi. Kasian kak Genta udah seret tuh kayaknya". Lirik Valina yang melihat Genta di sebelah Valina. Mereka tertawa lalu melangkah pergi.
Valina duduk, menunggu Langit datang. Ia mengetuk meja dengan jemarinya. Tatapan datang dari semua orang. Mengingat kalau ia sekarang semakin dekat dengan Langit.
Valina memperhatikan Steffi dari kejauhan. Ia terkekeh saat melihat Steffi yang terkejut akan hadirnya Jia yang juga memesan makanan.
Valina masih memperhatikan sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Sentanu [Completed]
Teen Fiction[PROSES REVISI] Setelah kejadian 2 tahun yang lalu. Langit mau tidak mau harus menerima kenyataan kalau ia benar-benar dilupakan oleh orang yang ia sayangi. Valina Faraninda. Kenyataan memang pahit. Namun, hanya satu yang Langit mau, Valina tetap da...