Alex memasuki ruangan dimana tempat Suri dirawat. Benar. Keadaanya kembali ke tahap awal. Fase dimana Suri tidak mampu mengontrol keadaannya. Suri melupakan kata – kata Alex untuk selalu berfikir positif dan tidak mencoba menggali masa lalu."Bagaimana keadaannya?." Camilla mendekati Alex begitu pria itu sudah selesai mengecek Suri.
"Stabil. Tapi, kita harus mulai kembali ke tahap awal lagi."
Camilla berdecak. "Apa sebenarnya yang ada di otakmu itu? kamu dokter kan? Seharusnya kamu tahu jika Suri tidak bisa, dan tidak akan mungkin bertemu dengan keluarga jahanam itu. bahkan jika mereka memelas sekalipun. Aku tidak akan mengijinkannya."
"Dia hanya merindukan putrinya."
"Ck! Rindu katamu? Seharusnya dia ada disaat Suri kesusahan. Suri mengalami itu seorang diri. Apa dia ada saat itu? Huh! Orang tua macam apa yang menelantarkan anaknya di negara orang lain. Hanya orang tua yang tidak tahu diri seperti mereka lah yang bisa melakukan hal keji itu."
"Saya mohon untuk memberinya waktu supaya dia bisa menjelaskan keadaannya." Camilla menggeleng. "Tidak lagi. Tidak jika Suri kembali seperti ini." Ancam Camilla.
"Dengar Alex! Cukup sampai sini batas mu mengobati teman ku. Sebelumnya aku tidak pernah setuju dengan hal ini. Tapi Alice yang memaksaku untuk mencoba. Sekarang, aku tidak akan membuat Suri kembali terpuruk dengan pengobatan abal – abal mu. Lebih baik kamu hentikan semua itu."
"Tidak bisa, Camilla! Suri masih butuh bantuan saya. Anda tidak bisa menghentikan pengobatan ini di saat saya sudah sepenuh hati ingin membuatnya sembuh."
"Sembuh katamu? Ini yang kamu bilang sembuh? Dia kembali ke tempat ini. Itu yang namanya sembuh?. Bantuan mu justru membuat keadaanya makin memburuk."
Alex tetap harus mempertahankan Suri sebagai pasiennya. Dia tidak boleh berhenti sampai disini. "Beri saya kesempatan Camilla. Saya akan mencoba memperbaiki semuanya. Saya janji."
"..."
"Camilla. Saya mohon. Ini demi kebaikan Suri juga. Saya akan menyembuhkannya. Saya janji." Camilla mendesah. "Terakhir, Alex. Ini yang terakhir. Jika tidak, aku akan membawa Suri pergi dari hadapanmu."
Mimpi buruk untuk ku bila itu sampai terjadi, Camilla.
🍂🍂🍂
Mendengar derita anak perempuan yang selama ini diasingkannya membuat Nathaniel yang sedang bersembunyi dari kedua sahabat Suri itu menahan isak tangisnya. "oh Suriku! Seharusnya aku menjagamu. Ini salahku!."
Dia tidak tahu jika niatnya untuk menyelamatkan nyawa putrinya justru malah membuat jiwa sang putri hancur. Nathaniel tidak pernah berfikir hingga sejauh ini. Dia pikir Suri akan baik – baik saja. Tapi, hal ini malah sebaliknya. Ini salahnya. Semua ini adalah kesalahannya yang egois mengambil satu keputusan tanpa menjelaskannya terlebih dulu kepada anaknya. Selama ini, dia pikir Suri akan baik – baik saja. Tapi, kenyataan seolah menamparnya. Sakit psikis yang diderita Suri terjadi karena aksi heroik bodohnya. Berniat menyelamatkan Suri dari kejaran penagih hutang dan juga musuhnya yang selama ini mengancamnya. Dirinya malah membuat kehidupannya menderita di negara ini. bodoh, nathanie!.
Suara telpon yang sejak tadi berdering membuat Nathaniel mau tidak mau mengangkatnya juga. "Hallo pah! Gimana Suri?." Terdengar Suara wanita diseberang sana dengan suara sendunya.
"Saat ini dia dirawat kembali,mah."
Suara isak tangis terdengar di kuping Nathaniel. Dia tahu istrinya sedih mendengar penderitaan anak perempuan satu – satunya. "Aku akan berangkat kesana pah. Kali ini kamu tidak bisa menghalangi aku.Dengar!."
"Iya. Kali ini aku tidak akan melarangmu." Pasrah. Hanya itu yang akan dilakukannya. Dia takut jika aksi apapun yang akan dilakukan justru membuat keadaan Suri makin memburuk.
"Kalau begitu aku siap – siap. Lindungi anak ku pah."
Nathaniel mendesah. didalam hatinya dia selalu mengucapkan kata maaf untuk sang istri. Ini salahku. Maafkan aku yang tidak bisa menjaganya.
🍂🍂🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
HIM (Amethyst Florist Series 1) (COMPLETE)
RomantikA SERIES OF 'AMETHYST FLORIST'. 1st sequel 'HIM' 2nd sequel 'CONSEQUENCES' 3rd sequel 'CONQUERED' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Source cover: Pinterest