"A chance to have the feeling to be accepted."
🍂
🍂
🍂
🍂
Untuk kesekian kalinya, Sero mencoba menemui Suri. Kali ini, dia tidak boleh gagal lagi. Entah ada apa dengan kedua sahabat Suri yang selalu menjadi penjaga ketika dirinya hendak menemui Suri. Sero tahu jika dia sudah menyakiti Suri dengan perbuatannya. Tapi, bagaimana caranya dia minta maaf untuk aksi spontannya itu ketika kedua wanita dari sahabat Suri itu selalu menjadi tameng untuknya.
"Kali ini apa lagi alasan kalian tidak membiarkan saya menemui Suri?." Tanya Sero begitu dia sudah hampir sampai di dekat toko mereka. Sero geram akan blokade yang dibuat Alice dan Camilla. Tidak pernah dia melihat orang – orang yang penuh dengan kegigihan seperti mereka ini yang selalu berniat menjadi penghalang jalannya.
Sero merasa bersalah. Sungguh. Dia menyesal. Satu, karena dirinya yang menjadi pria brengsek karena sudah menghianati wanita koma yang saat ini belum juga terbangun karena ulahnya. Kedua, akan aksi bodohnya yang sudah memeluk dan juga mencium Suri saat itu. Entah dorongan setan dari mana dia mulai mendekati wajah Suri dan mencuri ciuman dari wanita yang sempat membuatnya gugup hanya karena sebuah senyuman. Gila, pikirnya. Setelah sekian lama merindu akan kasih sayang sang wanita yang saat ini masih koma. Dia mengambil celah lain melalui Suri untuk pelampiasan nafsu sesaatnya. Ketiga, ketika Suri pergi dari kamar wanita-nya. Sero tidak ada niat untuk mengajar Suri dan memberikannya penjelasan. Pria itu justru terdiam karena masih merasa bersalah sudah menghianati Sandra di depannya langsung.
Setelah beberapa hari menyadari aksi bodohnya. Sero menyadari jika dirinya pasti sudah menyakiti harga diri Suri. Bukan menghindar yang harus dilakukannya. Tapi, meminta maaf dan menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Dia sungguh benci dengan dirinya yang bisa berubah menjadi seorang banci karena tidak langsung menjelaskan kesalah pahaman ini.
"Dia tidak ada." Balas Alice dengan datar. Camilla hanya diam dan menatap Sero dengan dingin. Pria pembawa masalah, batinnya.
"Oh Come on! you guys are being ridiculus.!." Geramnya. "Saya baru saja melihatnya keluar dari toko untuk meletakkan papan itu." tunjuknya pada papan tanda bahwa toko mereka telah dibuka.
"Dia sibuk." Kata – kata itu lagi yang diucapkan Alice.
"Apa masalah kalian sebenarnya? Saya datang sebagai pelanggan. Tapi, kalian memperlakukan saya seperti ini." Alice hanya mendecih dan mengalihkan tatapannya.
"Ada yang bisa kubantu?." Sebuah suara mengalihkan tatapan mereka ke arahnya. Alice melotot. Kenapa disaat seperti ini mereka harus bertemu. Pria menyebalkan ini bisa mengganggu aksi nya sebagai bodyguard Suri.
"iya. Kedua wanita ini menghalangiku untuk masuk ke toko mereka." ucap Sero yang membuat Camilla dan Alice membelalakan matanya tak percaya. Brengsek. Umpatan itu satu hal yang sama yang diucapkan keduanya. Entah bagaimana Sero bisa meminta bantuan kepada Caspian. A.k.a. musuh bebuyutan Alice, saingan toko mereka, dan pria brengsek yang memaksanya untuk menikah dengannya.
"Kamu tidak usah ikut campur Caspian!." Ucap Alice sengit. "Dan kamu! ... jangan harap bisa menemui Suri lagi." Dia mengarahkan jarinya ke arah Sero.
"Wajar toko kalian sepi pelanggan. Jika tingkah laku kalian seperti ini. Mengusir pelanggan yang akan datang." Ucap Caspian dengan sarkas.
Camilla yang mendengar jika toko mereka di injak – injak tidak bisa tinggal. Dengan mata berapi – apinya, dia menunjuk Caspian.
"Heh! pria kesepian yang memaksa seorang gadis untuk menikahinya dengan membuat tokonya nyaris bangkrut!" Dia mengatakan nama panggilan Caspian yang panjang itu dengan satu tarikan nafas. Caspian sempat terkejut dinobatkan seperti itu oleh teman wanitanya. "Jangan karena temanku ini tidak mau denganmu. Kau jadi seenaknya. Asal kau tahu, dia ..." tunjuknya kepada Alice. "Tidak akan pernah menikah denganmu."
Caspian terdiam. Rahangnya mengeras mendengar hal itu. "Karena Alice sudah dijodohkan dengan orang tuanya. jadi, lebih baik kau angkat kaki dari sini."
Bukan hanya Caspian yang terkejut. Tapi, sahabatnya Alice yang menjadi objek pembicaraan Camilla juga tak kalah terkejut. Entah ide dari mana Camilla bisa mengatakan hal tidak masuk di akal ini. Tapi, dia hanya mendiamkannya saja. Mungkin Camilla memiliki ide lain dari ucapannya.
Disisi lain, Caspian yang masih geram mengalihkan tatapannya kearah Sero. "Anda ingin bertemu dengan Suri?." Sero mengangguk. Alice dan Camilla harap – harap cemas mendengar pertanyaan dari pria tidak tahu diri itu.
"Baik. akan saya antarkan." Ucapan itu langsung membuat keduanya tidak bisa berpikir jernih.
Caspian Sialan!
🍂🍂🍂
Kehadiran Sero setelah sekian lama membuat Suri terkejut. Terlebih lagi, kedatangannya diikuti Caspian, saingan mereka. Dibelakang pria itu, Alice dan Camilla masuk dengan nafas yang terputus – putus.
"Suri." Panggil Sero.
Ah! Setelah sekian lama aku tidak melihatnya. Kini entah kenapa aku merindukan suaranya ketika memanggilku.
Suri tersenyum. Dia melangkah ke hadapan Sero. "Sudah lama tidak berjumpa, Sero." Mencoba mendalami peran untuk membuat pria itu percaya jika dirinya baik – baik saja sejak kejadian kala itu.
"Menemuimu sebenarnya sudah sering aku lakukan. Tapi, halangan yang ada di dekatmu yang membuatku kesusahan." Mendengar ucapan Sero. Pandangan Suri langsung mengarah ke dua sahabatnya yang saat ini sedang mengalihkan tatapan mereka.
"Mari! Silahkan." Ucap Suri kepada Sero dan Caspian untuk mengikutinya ke arah kantor mereka. Suri mengarahkan Caspian dan Sero untuk masuk terlebih dahulu. Dibelakangnya dia menahan kedua sahabatnya itu.
"Aku akan menghukum kalian setelah ini." Ancaman Suri membuat keduanya menelan ludah mereka dengan susah payah. Habis sudah! .
"Maaf jika kedua sahabatku berbuat sesuatu yang salah, Sero dan juga Caspian." Keduanya tersenyum. "Aku tidak masalah. Sekarang aku bisa kembali bertemu dengan mu."
Suri tersenyum. Tak lama Sero menyampaikan keinginannya untuk berbicara dengan Suri. Caspian yang mengerti jika pria itu ingin ditinggal berdua dengan Suri akhirnya bangkit meninggalkan keduanya didalam ruangan itu. Dia sempat menahan langkahnya di dekat Alice. "Kamu tahu?, aku tidak akan menyerah." Setelah mengatakan itu. Caspian melangkah pergi keluar dari toko mereka.
"Cam! Al! Kalian bisa meninggalkan aku dan Sero dulu?." Kata – kata Suri membuat mereka mendesah pasrah. Tidak bisa lagi mereka menahan pria kurang ajar itu untuk tidak menampakkan wajahnya di hadapan Suri. Alice ingin protes, tapi tatapan Suri yang seolah mengatakan jika dirinya akan baik – baik saja membuat Alice pasrah. "Aku tidak akan jauh. Aku berada tepat diluar pintu ini. jadi, jika pria gadungan ini mcam – macam. Kamu teriak saja. Karena aku sudah siap untuk menghajarnya detik itu juga." Mendengar ancaman Alice yang kala itu memberikan tatapan tajam membuat kening Sero mengerut. Dia bingung, kenapa kedua sahabat Suri begitu membencinya. Apa yang sudah dibuatnya hingga mereka terlihat sangat memusuhi dirinya.
Ketika pintu sudah di tutup oleh Alice. Camilla merancau kesal kepada Alice. "Sudah aku bilang kan Al? Jika hal ini tidak akan mudah." Alice mengacak rambutnya dengan kasar. "Diam Cam! Aku pusing!." Dia membalikkan tubuhnya dan menyandar di dinding. Camilla juga melakukan hal yang sama. "Apa mau pria itu Alice? apa dia tidak cukup mengurus wanita-nya saja? kenapa harus ngotot untuk bertemu dengan Suri?."
Alice mengangkat bahunya lesu. "Aku tidak tau. yang aku harap, setelah ini, pria itu tidak akan muncul lagi didepan Suri dan membuat keadaan Suri drop lagi. karena lihat saja jika sampai hal itu terjadi, aku tidak akan membiarkan dia tidur dengan wajah mulusnya."
🍂🍂🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
HIM (Amethyst Florist Series 1) (COMPLETE)
RomansaA SERIES OF 'AMETHYST FLORIST'. 1st sequel 'HIM' 2nd sequel 'CONSEQUENCES' 3rd sequel 'CONQUERED' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Source cover: Pinterest