🍂DUA PULUH SATU(u1)🍂

1.1K 269 1
                                    

"Now I realize that you do not belong to me. Bye love. Be happy."

🍂

🍂

🍂

🍂

Hanya suara tetesan air infus yang terdengar diruangan ini. Hari ini adalah hari kedua. Semenjak kejadian Suri pingsan. Hingga saat ini, kesadarannya belum juga terlihat. Saat ini giliran Camilla dan Alice yang berjaga. Kedua wanita itu masih saja terdiam. Tidak ada lagi Camilla yang ceria dan Alice yang akan selalu mengajaknya bertengkar. Penengah diantara mereka saat ini masih setia menutup matanya. Alex mengatakan jika Suri hanya tidak sadarkan diri. Tapi, sampai saat ini wanita itu belum juga terbangun.

"Kapan kamu akan bangun Suri? Aku bosan jika bercerita sendiri. Alice bukanlah teman curhat yang enak."

         "Huh, siapa juga yang ingin mendengar cerita basi mu itu." Balasnya.

         "Lihatlah Suri, dia meledekku. Bangunlah Suri, biasanya kamu yang membelaku."

         "..."

         "Al, kapan Suri akan sadar?."

         Alice menatap dengan wajah sendu kearah sahabatnya yang saat ini masih saja menutup matanya. "Sabar, Cam. Kita harus berdoa untuk kesembuhan Suri."

          "...."

          Kembali hanya kesunyian yang mengisi suasana saat ini. Mereka sangat merindukan senyuman Suri. Tapi, belakangan ini senyum itu seolah hilang. Alice dan Camilla berharap dia bisa kembali melihat senyuman itu.

Tok tok tok

            "Huh! This man again!." Ucap Alice dengan angkuh. Dia benci sekali dengan kedatangan Sero.

           "Bagaimana keadaannya?." Sero menatap kearah Suri yang masih tertidur dengan bantuan alat pernapasan yang terpasang di hidungnya.

          Alice mengerutkan keningnya. "Apa pedulimu? Urus saja istrimu."

         "Alice, aku juga peduli dengannya. Jadi, aku mohon."

          "Sudahlah Sero. Menjauh. Hanya itu yang bisa kamu lakukan. Suri tidak seharusnya jatuh cinta dengan mu. Tidak dengan keadaannya yang seperti ini."

           Pria itu mendesah kasar. "Apa salahku jika dia mencintaiku? Apa salahku jika tidak mengenalkan Sandra sebagai istriku?."

            Ada seringai di balik senyuman Alice. Dia sangat membenci sikap pria seperti Sero yang menganggap dirinya tidak ada keterlibatan sama sekali dengan kondisi Suri. "Iya bukan salahmu. Maka dari itu sekarang pergilah. Menjauh dari hadapan sahabatku. Menjauh dari kehidupannya. Jangan pernah menunjukkan wajahmu yang tidak bersalah itu didepannya. biarkan dia maju kedepan dengan melupakanmu sebagai masa lalunya."

         "Tapi aku berteman dengannya!."

         Camilla yang dari tadi diam merasa jengah dengan sikap Sero. "Sero! Bisakah kamu memelankan suaramu itu? Suri masih tertidur."

           "Lagipula, benar apa kata Alice. Kehadiranmu hanya akan menambah bebannya."

            "Apa salahku sampai kalian tidak mengijinkanku berteman dengan Suri?."

             "bastard! She is ill. Dan kamu tau masalahnya apa. Jika kamu tidak bisa memberinya harapan akan sesuatu yang diharapkannya. Menjauhlah. Biarkan dia bahagia dengan orang – orang yang menyayanginya disini."

            "Apa sebenarnya yang dia inginkan? Aku membalasnya? Aku ingin tapi hanya tidak bisa."

          Camilla benar – benar geram. Dia berjalan mendekat kearah Sero dan menarik kerah pria itu dengan kasar. "Dia ingin kesetiaan. And god damn it, she sees itu from you. sekarang kamu mengerti?."

            "Aku?. Bagaimana bisa? Cam aku mohon jelaskan masalah Suri yang sebenarnya. Kenapa aku selalu melihat dia dibawa kerumah sakit? dan apa hubungannya dengan kesetiaanku?."

         "Arghh! Kamu itu bodoh atau apa sih? Suri ... sahabatku itu orang yang hanya mengharapkan kesetiaan seseorang yang bisa menerima dan menyayanginya. Tidak membuangnya dan melupakannya. Ketika kamu datang ke toko dan selalu memesan dengan bunga dan nama yang sama, dia sudah mengagumi kesetianmu. Sampai dia akhirnya bertemu dengan istrimu. Disaat dia belum tau jika wanita itu adalah istrimu."

         "..."

          "Kamu tau Sero, dia berfikir jika dirinya jahat. Dia ingin merebutmu dari istrimu. Dia berfikir jika dirinya egois ingin mendapatkan rasa perhatian dan kesetian yang kamu berikan kepada Sandra. Dan, disaat dia tau jika wanita itu adalah istrimu. Tidak ada lagi harapan itu. hatinya hancur. Dia tidak mungkin tega memisahkan mu dengan istrimu. Dia tidak mungkin tega untuk merebutmu dari istrimu yang masih koma."

          "..."

         "Sekarang kamu paham?." Pria itu terpaku. Dia tidak bisa membalas kata – kata Camilla. Sekarang, dia baru menyadarinya. Jika harapan yang diberikannya kepada Suri sudah berada di dalam diri Suri sedalam itu. Dan langkah itu adalah suatu kesalahan untuknya. Suri, bukan seperti wanita lainnya. Dia tidak bisa hanya diberikan harapan. Dia butuh kepastian. Dan Sero sudah salah langkah karena tanpa sadar dirinya memberikan harapan dengan aksi – aksi kecil yang pernah dilakukannya.

          "Sekarang, apa kamu masih ingin melihatnya terpuruk?." Sahut Alice.

           Pria itu menggeleng. "Maaf. Aku tidak sadar jika selama ini..."

          "Sudahlah Sero. Sekarang aku minta kamu untuk pergi dan jangan pernah memperlihatkan wajahmu didepan Suri. Biarkan dia bahagia dengan melanjutkan hidupnya."

             Sebelum dia meninggalkan kamar Suri. Dia melihat kembali kearah wanita yang masih setia dari tidur panjangnya. "Sampaikan permintaan maafku untuknya. Aku minta maaf jika sudah menyakitinya. Aku pergi. Aku berjanji tidak akan bertemu dengannya lagi."

           Sero meninggalkan sebuah surat di meja dekat tempat tidur Suri. Hingga langkah kaki pria itu menjauh dari kamar Suri.

           Keduanya masih melihat sosok itu menghilang. Hingga mereka terkejut saat sebuah suara memanggil kedua wanita itu.

           "Al, Cam ..."

🍂🍂🍂

HIM (Amethyst Florist Series 1) (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang