🍂SEMBILAN(i1)🍂

1.3K 281 4
                                    

"A process of curing a scar is a path that should be faced."

🍂

🍂

🍂

🍂

         Akhirnya, setelah keputusan yang disetujui Suri. Jessica mengajaknya untuk bertemu dengan dokter Alex. Jam temu sudah di atur Jessica sebelumnya. Jadi, ketika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Jessica membawa Suri ke ruangan dokter Alex.

         Tok ... Tok ... Tok ...

          "Come in!." Setelah mendapat ijin dari dalam. Jessica diikuti Suri dan Alice masuk kedalam ruangan itu. Suri melihat ada sebuah sofa tidur didalam ruangan dokter ini. Dia juga melihat disebelahnya ada meja kecil yang dipenuhi oleh sebuah jam pendulum yang memiliki empat bandul yang sejajar. Suri tahu alat apa itu. Kemudian, dia melihat sebuah lilin aroma terapi, daa juga alat – alat dokter yang lain. Seperti stetoskop, tensimeter dan lainnya.

           Tatapannya belum teralihkan dari keadaan ruangan itu sampai dia tanpa sengaja menabrak Jessica yang sudah berdiri didepannya. Suri tersenyum. Ketika akhirnya Jessica mengenalkan dokter Alex kepada Suri. Wanita itu baru mengalihkan tatapannya dari Jessica.

          Suri sempat terdiam melihat wajah pria didepannya. Tidak asing. Itulah kata yang tercetus dikepalanya. Dia ingin mencoba mengingat dimana dia pernah melihat pria ini sebelumnya. Tapi, kepalanya sama sekali tidak memunculkan memori apapun. Akhirnya, Suri membiarkan rasa penasarannya dan segera mengenalkan dirinya.

         "Selamat pagi, Dokter. Saya Suri."

          Dokter itu tersenyum. Dia juga mengeluarkan tangannya. "Saya Alex. Senang bertemu dengan anda Nona Suri. Silahkan duduk." Dia pun juga menyapa Alice dan menyuruhnya duduk.

          "Jadi? Apa anda sudah siap untuk memulai? Saya sudah mendengar situasi anda dari Dokter Andre." Suri mengangguk. "Saya siap."

         Mendengar nada yakin dan semangat dari diri Suri membuat Jessica dan Alice tersenyum dengan puas. Mereka lega akan semangat itu. Tapi, disamping itu ada orang lain yang juga tersenyum. Walaupun di matanya menunjukkan senyuman tulus. Tapi, seringai kecil yang tidak dapat dilihat orang lain membuatnya memiliki arti yang berbeda.

🍂🍂🍂

            Jessica mengajak Alice keluar dari ruangan dokter Alex. Jessica mengatakan jika Suri harus bisa membantu dirinya sendiri. "Apa dia dokter terbaik?." Tanya Alice ketika dia dan Jessica sudah menginjakkan kaki mereka di kantin sambil menunggu terapinya berakhir.

          Jessica mengeluarkan handphonenya dan memperlihatkan beberapa photo yang didapatnya dari rekan kerja satu devisinya. Disitu terlihat riwayat hidup dokter Alex yang sudah sangat terkenal. Dia dokter yang tepat untuk membantu Suri.

         "Dia memiliki pengalaman. Dan, aku sangat yakin dia akan membantu Suri." Jelas Jessica.

         Alice mengambil minuman yang di ambil Jessica dari vending machine. "Thanks." Alice membuka botol itu dan langsung meminumnya. "Jadi, kamu yakin akan berhasil?." Tanya Alice kembali.

          Jessica mengangguk dengan semangat. "Aku yakin. Dan aku mau kamu dan Cam juga yakin akan hal itu."

          "Oke. aku percayakan padamu Jes. Aku pasti akan mendukungnya."

🍂🍂🍂

"Ayo silahkan Nona Suri." Ajak Alex menunjuk ke sofa bed yang ada di tengah ruangannya. Suri berjalan dengan sedikit gugup. Dia mencoba untuk membuat dirinya nyaman tapi hal itu cukup susah untuk dilakukannya.

Ketika dirinya sudah berada di atas sofa bed tersebut. Dia masih duduk tegak. Dan hal itu membuat Alex heran. "Suri. Kamu bisa merebahkan tubuhmu disini." Ucapnya.

Dengan kaku Suri merebahkan tubuhnya. Tak lama, Alex mengambil kursi dan duduk disebelah Suri. Dia akan memulai dengan beberapa pertanyaan ringan. "Jadi, apa wanita yang tadi adalah adikmu?." Pertanyaan itu adalah pertanyaan pembuka Alex.

"Dia saudariku." Ucap Suri singkat. Dia masih menggerakkan tubuhnya dengan tidak nyaman. Hal itu membuat Alex tersenyum. "Kamu bisa merilekskan tubuhmu Suri. Aku tidak akan melakukan apapun." Jelas Alex. Suri mengikuti arahan itu dan membuat dirinya agar lebih nyaman.

"Dan bagaimana bisa kamu dekat dengan Jessica?." Kembali Alex menanyakan pertanyaan standar. "Dia sudah kuanggap seperti ibuku. Dan Joe sudah ku anggap seperti ayahku." Jelasnya sambil tersenyum jika mengingat kedua pasangan itu.

"Apa kamu berasal dari New York?." Suri mengernyit. Dia bingung apa ini termasuk dalam proses terapinya?. Tapi, ketika dia memandang Alex yang menunggu jawabannya dia yakin jika ini masih bagian dari terapinya.

"Bukan. Aku dari In..Indonesia." Mendengar jawaban Suri membuat senyuman itu kembali.

Sesuai dugaan.

"Jadi, sudah berapa lama kamu tinggal disini?."

"Sejak sekolah menengah pertama." balasan Suri sempat membuat Alex terkejut. Tapi, syukurnya hal itu tidak diketahui oleh Suri. Dia kembali memberikan pertanyaan – pertanyaan lain. Hingga dia merasa cukup. "Baiklah Suri. Kita mulai sekarang."

"Apa?."

"Mimpi indah." Ucap Alex. Dia kemudian menarik pelan satu butir pendulumnya yang membuat mereka berayun saling terantuk satu persatu. "Silahkan tutup matamu. Dengarkan baik – baik suara saya." Suri mengikuti arahan Alex dengan tenang. "Saat ini, kamu bayangkan jika kamu sedang berada di sebuah pantai. Pantai yang begitu indahnya. Suara ombak yang terdengar sangat merdu di telinga, pasir putih yang halus bagai sutra, dan juga angin yang berhembus dengan nyaman." Ucapan Alex membuat Suri lebih tenang. Dia sudah masuk kedalam alam bawah sadarnya.

Alex kembali menjelaskan beberapa kata – kata yang membuatnya bisa melihat respon Suri. Dia terus bertanya, dan bertanya, hingga dia ingin mencoba satu pertanyaan. Dia tahu hal ini mungkin akan berakibat fatal untuk wanita didepannya. Tapi setidaknya, ini cara yang dibutuhkannya untuk meyakinkan sesuatu yang sejak tadi mengganggu pikirannya.

"Apa hal yang membuat kamu sedih ada hubungannya dengan Indonesia?." Suri mengeluarkan bentuk wajah yang sudah bisa ditebak Alex. Walau matanya sudah tertutup, kerutan yang terlihat sangat jelas di keningnya membuat Alex yakin jika ini adalah masalah utamanya.

Dia kembali mencoba. "Apa ini ada hubungannya dengan keluargamu?."

Saat itu, isak tangis Suri keluar. Dari pelan, hingga dia merintih kesakitan. Suri terus memukul dadanya dengan kencang. "Sakit! sakit! Tolong aku! Tolong!." Respon itulah yang membuat Alex yakin. Dia sudah mendapatkan jawabannya.

🍂🍂🍂

HIM (Amethyst Florist Series 1) (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang