🍂DUA PULUH DUA(v2)🍂

1.2K 268 0
                                    


          Kedatangan seorang pemuda ke ruangan Suri membuat seluruh penghuni ruangan itu terpaku. Tapi tidak bagi kedua orang tua itu. Marsha dan Nathaniel menyambut pemuda itu dengan sebuah pelukan.

          "Kami merindukanmu, son." Ucap Nathaniel dengan senyum sumringah. Dia sudah lega dengan perizinan yang diberikan kedua sahabat Suri untuk membiarkannya masuk kedalam kamar putri sulungnya.

         Marsha kini membawa pemuda itu mendekat kearah Suri. "Suri, kamu masih ingat ini siapa?."

          Ada sebuah potongan gambar usang di masa lalu yang tiba - tiba muncul di pikirannya saat melihat pemuda tampan didepannya. Suri tersenyum. Dia kini merentangkan kedua tangannya menyarankan supaya pemuda itu memeluknya. "Kakak merindukanmu, Joe."

          "Aku juga, kak."

🍂🍂🍂

            Saat ini, Suri duduk berdua dengan sang adik yang baru saja di ambil oleh ayahnya dari Jepang. Sebenarnya, Joe sudah dari lama ingin bertemu Suri. Begitu dia mendengar keadaan Suri yang mengkhawatirkan. Tapi, Nathaniel adalah pria keras kepala. Hingga saat semua sudah tenang dia baru mengijinkan Joe bertemu dengan sang kakak yang sudah berpisah darinya selama belasan tahun.

            Mereka kini menghabiskan waktu berdua untuk bercerita. Suri tidak pernah melepas genggaman tangan sang adik. Disaat dirinya sedang bercerita pengalaman apa saja yang dialaminya. Suri bahkan bertanya apa adiknya pernah merasakan rasa sakit yang sama dengannya begitu dirinya di kirim ke Jepang. Hingga jawaban Joe membuat Suri terdiam.

            "Saat itu, mungkin kakak panik. Jadi, kakak tidak pernah mendengar perbincangan mama dan papa sebelum mereka mengirim kita."

           "..."

           "Aku ada disana. Aku mendengar semuanya. Kekhawatiran papa sangat nyata. Dia bahkan menangis dipelukan mama karena harus membiarkan kita yang masih sangat muda saat itu menjauh darinya."

          "How can you memorize all those memory, Joe? Aku selama ini berfikir jika kalian hidup bahagia tanpaku. Aku tau papa masih mengirimkan uang untuk ku. Tapi, semenjak aku dewasa dan bisa bekerja part time. Aku tidak menggunakan uangnya lagi. Perasaan kecewa karena berfikir kalian pasti bahagia disana membuat kejiwaanku terganggu. Begitu bodoh dan piciknya aku, Joe."

             Ada air mata yang keluar dari mata indah itu lagi. Kini, sang adik lah yang menghapusnya. "Sejak dulu, aku tau kalau kamu akan salah paham. Karena kamu tidak pernah mendengar alasannya. Tapi, aku minta sekarang kamu bisa mulai memahaminya kak."

         " ... "

        Joe memegang wajah Suri dengan kedua tangannya hingga menghadap kearahnya. "Tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya. Papa dan mama sangat menyayangi kita. Sebagai anak, kita harus bisa memafkan jika mereka bersalah. Lagi pula, papa juga sudah begitu menderita kak. Aku mohon buka hatimu untuk memaafkannya."

           Sejak dulu, dengan segala upaya Suri mencoba berfikiran buruk tentang orang tuanya dan adiknya. Tapi, begitu dia mendengar kenyataannya. penyesalanlah yang dimilikinya saat ini. Dia menyuruh Joe untuk memanggil kedua orang tuanya kedalam ruangan. Hingga kini, mereka berempat berada disekitar kasur Suri.

          "Jika masih ada kesempatan, aku ingin meminta maaf kepada mama dan papa." Ucap Suri yang langsung dihadiahi pelukan oleh kedua orang tuanya. "Kita tidak pernah menyalahkanmu, Suri." Ucap sang ayah. Nathaniel kini bisa tersenyum dengan lega. Keluarga kecilnya bisa berkumpul kembali. Dia pun menarik Joe kedalam pelukan itu.

         "Aku sungguh menyayangi kalian."

🍂🍂🍂

           Malam ini giliran Nathaniel yang menjaga sang putri di ruangannya. Dia masih belum bisa membayangkan betapa bahagianya dirinya kini sampai bisa mendapatkan kata maaf dari anaknya. Selama ini, Nathaniel selalu merasa buruk. Dia gagal sebagai seorang ayah. Selalu bertindak seenaknya.

            Melihat Suri yang sedang tertidur dengan tenang membuat perasaan Nathaniel lega. Masalah sudah selesai, pikirnya. Ia kini berjalan mendekat ke kasur Suri. Duduk di samping anaknya dan mengambil tangannya untuk digenggam.

          "Sudah belasan tahun papa tidak pernah memegang tangan mu, nak. I really miss this." Ucapnya. Ia membawa tangan Suri untuk di ciumnya. "Jangan pernah sakit lagi, nak. Papa sangat menyayangimu"

           "Engh!"

           Terdengar lenguhan Suri yang terbangun dari tidurnya. Matanya kini terbuka lebar dan mengarah tepat ke mata sang ayah.

           "Papa kenapa menangis?" Suri membangunkan dirinya hingga dia kini bisa bersandar ke belakang. Suri mengarahkan tangannya untuk menghapus sisa air mata sang ayah.

            "Aku tidak apa - apa. Jangan khawatir." Ucap Suri dengan penuh senyuman.

            "Papa tahu. Kamu wanita yang kuat. Dan papa bangga. Papa tidak akan menangis lagi sayang."

            Nathaniel kembali menarik tangan Suri untuk di ciumnya. "Terima kasih karena sudah memaafkan pria tua ini, Suri." Ada senyuman yang keluar dari wajah Suri. Senyum bahagia yang penuh kelegaan.

            "Aku yang sudah salah paham. Maafkan aku pa." Nathaniel membawa Suri ke dalam pelukannya. Sungguh, sudah lama ia begitu ingin memeluk anak perempuan satu - satunya ini. Dia berjanji akan menjadi ayah yang lebih baik lagi.

             "Tidak ada yang perlu di maafkan. Yang harus kita lakukan mulai saat ini hingga nanti yaitu bahagia. Berjanji sama papa kamu akan selalu bahagia, Suri."

           "I will pa. I promise to be happy."

🍂🍂🍂

HIM (Amethyst Florist Series 1) (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang