kamu seperti awan, aku berjalan mendekatimu, tapi kamu berjalan untuk mendekati yang lain, sesederhana itu, perasaanku tidak terbalas.
^
Saat cowok dengan julukan 'Playboy' berhasil berubah hanya karna satu cewek.ane...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada beberapa pilihan tentang perasaan, menyimpan, mengungkapkan, atau dijadikan kenangan.
☁☁☁☁☁
"Rin! "
"Farel ko ngagetin!" Kesal Arin.
"Sorry, ini lo lagi ngapain sih. Gue mau cerita dengerin dulu." Farel merebut bulpoint yang sedang dipakai untuk menulis oleh Arin.
"Farel!" Bentak Arin.
"Gue mau cerita," Balas Farel.
"Ya udah cepetan, gue harus nyelesein nyatet bentar lagi masuk."
"Gue ada target baru."
Arin mengambil bulpoint yang mulai merenggang di tangan Farel. "Farel kapan berenti jadi playboy. "
"Ngga tau, gue ngga playboy kok rin, cuma sering ganti cewe,"ujar Farel lalu menyengir.
"Gue lanjut nulis ya, Farel." Arin melanjutkan mencacat.Tidak terlalu menghiraukan ucapan Farel. Dalam hati, Arin berdoa agar Farel segera pergi.
Farel bergumam, kemudian mulai menggunakan meja sebagai alas untuk tidur.
Farel selalu bercerita tentang cewek yang sedang dia sukai. Tidak tau saja, Arin mati matian menyembunyikan perasaannya, berusaha meredam cinta yang perlahan tumbuh.
Terkadang, semua ini membuat Arin berfikir, apa Farel tidak punya rasa apapun kepada Arin? 6 tahun mereka bersahabat. Tapi, Farel masih tetap cowok playboy yang gonta ganti pacar, Arin merutuki dirinya, mungkin dia yang salah naksir cowok.
"Sinting! Ngapain lo tidur di meja gue!" Teriak Meyra yang merupakan sahabat Arin sejak duduk dibangku SMA.
"Berisik Mey ah," Balas Farel. Farel masih menidurkan kepalanya.
"Berdiri cepet! Gue mau duduk! "
"Galak amat broww! heran gue, si Rafi mau aja sama lo." Farel berdiri, mengucek matanya yang terasa ngantuk. "gue kekelas dulu rin."
"Hm." Balas Arin, berusaha menyepelekan perasaan sesak di dadanya.
"Gila temen lo," Ujar Meyra.
"Temen gue kan temen Rafi, pacarnya Meyra."
"Untung Rafi ngga gitu." Meyra bergidik, membayangkan jika Rafi seperti Farel, cowok playboy yang menyebalkan.
"Ngga boleh gitu Mey, dulu juga Rafi kaya Farel."
"Lo belain Farel ah!" Kesal Meyra.
"Gue ngga bela siapa-siapa kok." Balas Arin, terkadang memang ribet, punya dua sahabat yang tidak bersahabat, seperti Farel dan Meyra ini.
☁☁☁☁☁
Arin bersenandung, ia berjalan menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku yang sempat dipinjam. Lagi pula, Arin sedang malas ke kantin, lebih baik dia menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan.
Brakkk
Arin merasa tubuhnya sedikit terhuyung, ia menatap kakak kelas yang menabraknya. Buku yang ia pegang, sudah berserakan di lantai.
"Jalan pake mata! Dasar adik kelas so polos!" Arin menghela berat, kenapa harus Vina? Kakak kelas yang Arin tau sangat membenci Arin. Hanya karna Arin bisa dekat dan bersahabat dengan Farel. Sedangkan dia, selalu mengejar dan mencari perhatian Farel.
"Maaf kak, aku ngga sengaja," Balas Arin sesopan mungkin.
"Jijik gue liat adik kelas so polos kaya lo tau ngga! Muak!"
Kepala Arin menunduk, berusaha menahan untuk tidak melakukan banyak hal. Ia tidak mau terlihat masalah, apalagi dengan senior.
"Kenapa diem lo!" Bentak Vina.
"Maaf kak, aku beneran ngga sengaja." Arin berjongkok untuk mengambil bukunya, namun sudah keduluan oleh seorang cowok.
"Nih," Ujar Farel, ia menyerahkan buku itu kepada Arin.
"Ngga usah ganggu Arin, bisa?"
"Tapi Rel, Arin sengaja nabrak gue!" Elak Vina.
"Gua ngga bodoh, udah sana pergi, ngga ada kerjaan banget si!" Kesal Farel.
Dengan raut kesal Vina akhirnya beranjak pergi meninggalkan Arin yang belum bergerak."awas lo!" Ucapnya sebelum benar-benar berlalu.
Farel menatap Arin, kemudian tersenyum usil. Ia mencolek dagu Arin, "makanya jangan kepolosan."
"Dia kaka kelas, gue kan harus sopan." Arin mengerucutkan bibirnya.
"Dia ngga pantes di sebut kakak kelas, ayo gue anter ke perpus." Farel mengacak puncak kepala Arin, kemudian menggandeng tangannya.
☁☁☁☁☁
Terimakasih telah membaca!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.