kamu seperti awan, aku berjalan mendekatimu, tapi kamu berjalan untuk mendekati yang lain, sesederhana itu, perasaanku tidak terbalas.
^
Saat cowok dengan julukan 'Playboy' berhasil berubah hanya karna satu cewek.ane...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nilailah seseorang dari kenyataannya bukan dari katanya.
☁☁☁☁☁
Botol kosong itu menggelinding tak tentu arah, seperti hati seorang cowok yang membuang botol tersebut.
Farel merebahkan badannya, kedua tangan ia gunakan untuk menumpu kepalanya, ia melihat birunya langit tertutup awan, seperti hatinya, terasa cerah namun seperti ada yang kurang.
Rooftop sekolah memang favorit Farel, perlahan matanya mulai tertutup.
Lima detik kemudian, matanya terbuka lagi,Farel menghela nafas, ia duduk bersandar pada dinding.
Farel mengacak kepalanya, "arghhh!"
"Apa yang salah dari diri gue," Ucap Farel frustasi, "semuanya jadi sulit," Pasrah nya, ia menengadah, lagi lagi untuk menatap Awan, di sana,terukir seorang gadis yang membuat perasaannya tidak karuan, Farel tersenyum tanpa sadar.
☁☁☁☁☁
"Lo tau rin kenapa tangan diciptakan di samping kaya gini?" Tanya Mike.
Arin nampak berpikir sambil tetap berjalan, "emm, ngga tau, hari ini ada ulangan matematika, aku ngga bisa mikir banyak, hehe,"
Mike terkekeh dengan jawaban Arin, "karena supaya bisa di gandeng," Mike menggenggam tangan Arin, "kaya gini," Ujarnya.
Arin menatap Mike, ia tersenyum geli, "ish apaan si,"
Tiba tiba saja bel sekolah sudah berbunyi, Mike dan Arin tertawa lalu mereka berlari menuju kelas masing masing.
☁☁☁☁
"Sayang?"
"Hm,"
"Kita udah lama ngga ke mall, ya," Ujar Niken, ia bersandar di lengan Farel, padahal suasana kantin cukup ramai.
"Iya," Jawab Farel datar.
"Iya doang?" Tanya Niken.
"Terus?"
Niken mengangkat kepalanya, "ish! Kok ngga peka banget si,"
"Aku bukan dukun," Farel menyeruput jus nya.
Niken menghela nafas, ia tau ada yang salah dengan Farel, ada yang berbeda dengan dia, ini bahaya, Niken harus melakukan sesuatu.
"Emmm.... Farel?"
"Hm?"
"Ada yang beda dari kamu, kamu kenapa?" Tanya Niken, ia rasa ini akan berhasil.
"Aku ngga papa kok,"
"Kamu itu cowo yang ngga mau diem dan banyak tingkah, ini kamu beda, Farel, kamu ngga mau cerita?"
"Aku ngga papa Niken," Farel mengacak puncak kepala Niken.
"Farel, kamu bilang ngga papa tapi kamu kaya gini ke aku, aku tau kamu ada sesuatu tapi kamu lampiasin ke aku, aku ngga masalah asal kamu cerita, ada apa."
Farel menatap Niken kemudian tersenyum, "sebenernya... "
"Apa?" Tanya Niken penasaran.
"Eh kok dipotong," Protes Farel.
"Iya udah apa?"
"Sebenernya.... "
Niken menaikan alisnya, ia penasaran, namun Farel tetap menggantung kalimatnya.
"Sebenarnya... Farel sayang Niken." Raut wajah Niken terlihat kesal, namun Farel terkikik senang, ia bangkit dan segera menjauh dari Niken.
"Eh mau kemana ish!" Kesal Niken.
"Beliin kesukaan kamu," Niken malah tersenyum dan melupakan kekesalan nya karna ulan Farel.
Beberapa menit kemudian Farel kembali dengan nampan makanan, "ini khusus untuk nona cantik," Ujar Farel sambil meletakkan makanan itu di meja.
Niken tersenyum seringai, "terimakasih babu ku,"
Farel mengerucutkan bibirnya, "Wah minta ditalak kamu ya," Ujar Farel, ia pun duduk di samping Niken yang sedang tertawa senang.
"Silahkan, pengadilan ngga akan nrima talak sebelum nikah,"
"Iya iya ngalah, udah cepet makan,"
"Makin sayang deh," Ucap Niken.
"Apalagi aku," Farel mengacak kepala Niken.
Niken pun melahap makanannya begitu juga dengan Farel.
"Aww,"
"Eh aduh, maaf kak maaf,"
Arin memegang bajunya, adik kelas tadi membawa jus rupanya, ah sial, kenapa adik kelas itu menabrak Arin disaat Arin tepat dibelakang meja Niken dan Farel.
"Kak, maaf ya sini saya bersihin," Ujar adik kelas tadi,"
"Eh ngga papa kok cuma basah aku bisa bersihin sendiri,"
"Tapi kak, aku jadi ngga enak, aduh gimana ya,"
"Udah kamu pergi aja ngga papa kok," Arin tersenyum, membuat perasaan adik kelas tadi sedikit tenang, setidaknya, yang ia tabrak itu bukan kakak kelas so berkuasa disini.
"Beneran kak ngga papa?"
"Iya bener,"
"Saya permisi kak sekali lagi maaf ya,"
"Iya,"
Arin melirik Farel dan Niken, mereka terlalu fokus sampai sepertinya tidak menyadari Arin ada disini.
Setelah adik kelas tadi pergi, Arin hendak pergi juga ke toilet, namun langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Niken.
"Beneran kamu mau beliin aku lagi?"
"Iya sayang," Farel mengelus pipi Niken.
Arin menaikan alisnya, "lagi? Maksudnya?" Arin masih berpikir, "berarti pernah dibelanjain? Cih!" Kesal Arin kemudian ia pergi menuju toilet.
Namun tiba tiba saja pikiran Arin merasa terganggu, ia yakin ada sesuatu yang tidak benar.
☁☁☁☁☁
Terimakasih telah membaca!!! Iya tau kok lama..
Salam manis Istri tiri Shawn mendes 💓
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.