17 ••Kenangan

1.7K 102 8
                                        

Aku tidak pernah meminta Tuhan menyatukan hati kita, setidaknya biarkan aku menemani sedihmu, dan dilupakan dalam bahagiamu, tapi jangan siksa aku dengan kenangan yang kau buat, yang hanya bisa dikenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak pernah meminta Tuhan menyatukan hati kita, setidaknya biarkan aku menemani sedihmu, dan dilupakan dalam bahagiamu, tapi jangan siksa aku dengan kenangan yang kau buat, yang hanya bisa dikenang.

☁☁☁☁☁

Goresan oren pada langit menandakan waktu yang telah berlalu, matahari mulai menyampaikan salam perpisahan, Arin menatap senja dengan mata menyipit, disini, di danau dengan rumput hijau, Arin duduk bersandar pada sebuah pohon, sendiri.

Perlahan matanya menutup, mencoba menikmati setiap hembus yang menerpa rambutnya, mencari penyembuh dari setiap luka nya.

Danau ini, dan kenangan 6 tahun lalu.

Saat itu, Farel berusia sekitar 11 tahun, begitu juga dengan Arin.

Farel kecil duduk sendiri, sambil sesekali melempar batu ke danau.

Arin yang berada tak jauh dari Farel sedang menahan air matanya, ia sedang merebut boneka kesayangannya yang diambil oleh anak nakal.

Tidak ada pilihan, Arin pun teriak minta tolong, Farel yang mendengar itu awalnya tidak peduli, tetapi melihat mata gadis itu hampir mengeluarkan air mata, Farel jadi tidak tega, ia pun menjadi orang pertama yang menyelamatkan Arin.

"Heh anak nakal, kembalikan boneka itu!" Perintah Farel kecil.

Bocah laki laki tadi tertawa, "coba kau lihat badanku, dan lihat badanmu kau sangat kecil haha!"

Farel mengepalkan tangannya, "diam kamu! Kembalikan boneka gadis ini!" Perintah Farel.

"Kamu yakin mau melawanku?" Tantang bocah tadi, Arin yang melihat kejadian ini menggigit bibir bawahnya, ia sangat takut.

"Aku tidak takut! Tapi aku ingim tertawa melihatmu," Ujar Farel.

"Tidak ada yang lucu denganku."

"Tentu saja ada, badanmu menakutkan tapi kamu memegang boneka? Itu sangat lucu, bukan?" Farel menatap Arin, meminta persetujuan dia, Arin dengan takut mengangguk.

"Terserahku, aku sedang mengerjai anak ini!" Balasnya.

"Tapi kamu tidak malu? Bagaimana kalau temanmu ada yang lihat? Kamu pasti ditakuti kan? Dan kamu bawa boneka? Haha itu lucu." Farel kecil masih memancingnya, "sudahlah gadis manis, lebih baik kita pergi, biarkan si moster berhati perempuan ini bermain dengan boneka," Ujar Farel, ia bersiap untuk pergi.

Arin sebernarnya ragu, ia takut bonekanya tidak kembali, itu adalah boneka kesayangannya.

Farel yang gemas pun akhirnya menyeret tangan Arin, "sudah, ikutlah," Katanya, akhirnya mereka meninggalkan bocah tadi, namun baru beberapa langkah, bocah tadi mengeluarkan suaranya.

"Ini ambil! Aku tidak berhati perempuan! Ambil aku tidak butuh boneka itu." Bocah nakal tadi melempar boneka Arin, hampir saja jatuh di Danau, untung saja Farel langsung menangkapnya, walaupun sekarang Farel yang jatuh.

"Lihat, kamu yang memegang boneka, artinya kamu yang berhati perempuan," Kata bocah nakal tadi.

Arin buru buru membantu Farel untuk kembali berdiri, Farel tidak peduli omongan bocah tadi, yang terpenting boneka gadis ini sudah kembali,"sudah ayo lari."Farel dan Arin berlari menjauh dari bocah tadi.

Setelah dirasa jauh mereka berhenti, dan duduk di rumput, "ini punyamu, lain kali hati hati," Ujar Farel.

"Terimakasih, kamu tidak apa apa?" Tanya Arin.

"Aku hanya jatuh sedikit tadi, oya siapa namamu?" Farel mengulurkan tangannya.

"Namaku Arin, kamu siapa?" Ucap Arin sambil menerima uluran tangan Farel.

"Aku Farel, kata mamaku aku ganteng," Ujar Farel percaya diri.

Arin tertawa, " Kurasa ibumu berbohong, tapi terimakasih telah menolongku."

Farel mengerucutkan bibirnya, tapi sedetik kemudian ia kembali tersenyum, "sama sama gadis manis, kamu tinggal dimana?"

Lagi lagi Arin kecil tertawa, "kamu sangat lucu, ini kan danau komplek, tentu saja aku tinggal di komplek ini, kamu juga, kan?" Tanya Arin.

Farel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "ah iya."

Tidak lama, suara seorang wanita menginterupsi keduanya, "arin, ayo pulang dulu." Ujar wanita itu.

"Iya bunda, sebentar ya," Jawab Arin.

"Farel aku pulang dulu."

"Iya, kapan kapan kita main kesini lagi, aku tunggu kamu disini, " Ujar Farel.

"Baiklah, sampai bertemu."

Kemudian Arin pergi.

Hari berikutnya, Farel datang ke danau, berharap ia menemukan Arin, namun, setelah menunggu lama, ia tak juga menemukan Arin, akhirnya Farel menulis sebuah surat kecil,

'Arin, hari ini aku menunggu kamu'-Farel.

Arin menemukan surat itu keesokan harinya, tapi, hari itu malah Farel yang tidak datang, Arin banyak menemukan surat dihari hari selanjutnya, di hari dimana Farel menunggu Arin.

Arin membuka matanya, yang tidak sadar telah mengeluarkan air mata, mengingat semuanya terasa menyakitkan, Arin sekarang telah jauh dari Farel, dan, Arin rindu Farel.

Arin selalu menguatkan hatinya, bahwa, walaupun Arin mencintai Farel, ia tidak akan berusaha untuk memiliki, karna Arin, cukup sadar diri, Arin hanya ingin tetap menemani Farel, itu saja. tapi sayang, sekarang semuanya telah berubah.

Arin menulis sebuah surat kecil, sama seperti beberapa tahun lalu.

'Farel aku menunggumu hari ini'-Arin.

Arin melihatnya, kemudian menaruh di pinggiran pohon, ia menghapus air matanya, ia menatap langit yang sudah semakin jingga, semakin redup seperti hatinya.

Arin berharap semua akan baik baik saja, semoga.

☁☁☁☁☁

Hai Hai, sekarang hari jumat kan? Selesai UNBK dan aku nepatin buat next ya, jangan lupa baca.

n/a:buat tulisan yang aku miringin itu kejadian dulu ya, sampe tulisannya kembali normal berarti udah kejadian yang sekarang, ngerti? Wkwk

Salam manis,
Whale,Istri tiri Shawn mendes❤

Salam manis, Whale,Istri tiri Shawn mendes❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AWAN {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang