kamu seperti awan, aku berjalan mendekatimu, tapi kamu berjalan untuk mendekati yang lain, sesederhana itu, perasaanku tidak terbalas.
^
Saat cowok dengan julukan 'Playboy' berhasil berubah hanya karna satu cewek.ane...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hati adalah benda mati, jika terus disakiti berkali kali.
☁☁☁☁☁
Meyra turun dari motor kemudian memberikan helmnya kepada Rafi, tak selang lama, perhatian mereka berdua tertuju pada dua orang yang turun dari mobil, itu Arin, "Itu siapa yg bareng arin?"Tanya Rafi, ia kemudian turun dari motor dan merapikan bajunya.
" Oh, itu, katanya si siapa ya em.. Oh Mike,"jawab Meyra setelah berpikir lama.
"Mike? Gue ngga pernah denger nama dia," Ujar Rafi.
"Emang lo punya telinga?" Sinis Meyra.
"Ish! Mey Mey jahat ya ke suami sendiri."Rafi berkata dramatis.
"Dih! Bodoamat!" Meyra pergi begitu saja,namun sudah biasa, apalagi bagi Arin yang sempat melihat mereka.
"Ayo rin, masuk," Suara Mike mengambil alih perhatian Arin, "hah? Masuk kemana?" Tanya Arin.
"Ya ke kelas Arin, kemana lagi," Jawab Mike, ia jadi gemas sendiri melihat kepolosan Arin.
"Oh iya hehe," Jawab Arin cengengesan.
Mereka akhirnya berjalan beriringan, tapi, baru beberapa langkah, suara ponsel berdering membuat mereka berhenti, "siapa?" Tanya Arin setelah melihat ekspresi wajah Mike yang seperti bingung.
"Bukan siapa siapa rin, lo duluan ya gue mau ngangkat dulu," Mike tidak mengatakan apa-apa lagi, ia langsung pergi menjauh dari Arin, Arin sendiri dibuat bingung, ada apa dengan Mike?
"Kadar peka lo cukup memprihatinkan, " Farel menggelengkan pelan kepalanya, sedangkan Arin hanya menatapnya bingung, "maksud gue tanya gitu, bukan karna kita ngga pernah ketemu, tapi kita ngga pernah bareng lagi, lo si, sibuk sama temen baru," Jelas Farel.
"Temen baru? Siapa? "
"Itu mikropon!"
"Namanya Mike, rel, " Ralat Arin, "lagian bukannya Farel yang udah lupa karna ada pac-" Arin hampir saja keceplosan, "eh!" Ia menutup mulutnya dengan tangan.
"Pac? Pace? Paci? Pacar?" Ujar Farel, "oh pacar baru, lo cemburu?" Tanya Farel dengan santainya.
Arin melotot, ia ingin mengelak tapi kenapa jadi susah, "hah? Eng.. Eng.. Engga lah!" Jawab Arin susah payah.
"Lo kok jawabnya Gugup gitu, jangan jangan...." Farel maju beberapa langkah ke arah Arin, "jangan jangan lo itu..." Arin menggerutu dalam hati, ah, harusnya dia pergi sekarang, tapi badannya terasa kaku untuk bergerak.