kamu seperti awan, aku berjalan mendekatimu, tapi kamu berjalan untuk mendekati yang lain, sesederhana itu, perasaanku tidak terbalas.
^
Saat cowok dengan julukan 'Playboy' berhasil berubah hanya karna satu cewek.ane...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Farel ravisqy madava & Shafarina Quize.
☁☁☁☁☁
Farel melirik arloji di tangan kanan nya, sudah 15 menit ia menunggu, terasa lama, padahal baru sebentar.
Mata Farel terus menyipit memperhatikan setiap orang yang berlalu lalang di bandara.
Tidak lama kemudian, seorang gadis melambai lambaikan tangannya, Farel mengembangkan senyumnya, "RICA!!!" Panggil Farel tak tau malu, padahal ia sedang berada di keramaian.
Gadis itu berlari menghampiri Farel dengan wajah ditekuk, Farel menyerngit heran, "kok mukanya gitu, ngga mau peluk nih." Farel merentangkan tangannya.
Gadis itu tersenyum menghamburkan badannya ke Farel, "Kangen," Rengeknya.
"Tau, gue ngangenin."
Pelukan itu terlepas,"tapi, kakak malu maluin! Teriak teriak!"Ketua Rica.
"Bodoamat!" Farel membalas,"udah yuk balik."
Gadis itu bergeming, menatap Farel dengan ganas. Farel terkekeh,"iya deh maaf, nanti kakak beliin coklat."Farel mengelus puncak kepala Rica, adiknya.
Rica mengembangkan senyumnya, "sayang kak Farel!" Rica kembali memeluk Farel.
"Ih jauh jauh, bau lo!"ketus Farel, tapi ia tetap membalas pelukan adiknya itu.
☁☁☁☁☁
" Bunda dari mana?"tanya Arin saat melihat ibu nya baru pulang.
Bunda Arin tersenyum, " ini bunda habis belanja."
Arin melihat kantung belanjaan ibunya yang terlihat banyak tidak seperti biasanya, "banyak banget bunda," Heran Arin.
"Oh ini." Bunda Arin mendekat.
"Kamu belum tau ya?"
Arin menggeleng,"belum tau apa bun?"
"Si Rica, adik Farel baru pulang dari Amerika, bunda sama ayah mau undang mereka makan malam."
Ah Rica, Arin ingat, Rica memang jarang dirumah, dia tinggal di Amerika.
"Bunda mau masuk dulu."
Arin mengangguk samar, kemudian menghela nafas.
☁☁☁☁☁
Pukul 07.00 PM
"Arin cepet turun sayang, bantuin bunda!"
Arin membuka pintu kamarnya dengan malas, jujur saja, ia malas bertemu Farel, tapi Arin tidak ingin terlihat bahwa ia dan Farel sedang tidak baik baik saja.
"Bantuin apa bunda?" Tanya Arin setelah memasuki dapur.
"Ini kamu tata di meja ya."
Arin mengangguk kemudian mulai menata berbagai makanan, ibu nya benar benar menyiapkan makanan spesial malam ini.