kamu seperti awan, aku berjalan mendekatimu, tapi kamu berjalan untuk mendekati yang lain, sesederhana itu, perasaanku tidak terbalas.
^
Saat cowok dengan julukan 'Playboy' berhasil berubah hanya karna satu cewek.ane...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada hal yang mungkin akan berubah, jika saja perasaan ini kau ketahui, maka dari itu, kusimpan rapat segenap rasa yang kugenggam sendiri.
☁☁☁☁☁
Mata Arin bergerak mencari Farel, tetapi kelas Farel baru terisi beberapa anak saja, dan tidak ada Farel. Tumben sekali Farel sulit di cari.
Arin melanjutkan langkahnya untuk mencari Farel, ia belum melihat Farel pagi ini, dan itu sedikit membuat Arin khawatir.
Hanya ada beberapa tempat yang mungkin Farel kunjungi, yaitu kantin, kelas kosong yang seperti gudang, dan toilet, padahal Arin sudah mencari ke semua tempat itu, tapi tetap saja Arin belum menemukan Farel, Arin yakin Farel sudah berangkat, Motor sportnya saja sudah terparkir rapi.
Ah iya, hampir saja Arin lupa, ada satu tempat yang belum Arin datangi, belakang sekolah, Arin pun cepat cepat menuju tempat tersebut.
Arin menutup mulutnya dengan tangan, matanya membulat sempurna, kali ini Arin melihat Farel mencium tangan seorang gadis, Farel berjongkok membawa sebatang cokelat.
Selama ini, yang Arin lihat Farel hanya menggandeng, atau merangkul pasangannya, tidak sampai mencium tangan.
Arin mengatur nafas, ia berusaha menangkap sosok gadis yang berdiri beberapa meter dari arahnya, mata Arin memicing memperhatikan wajah gadis itu. Tunggu. Itu bukan Niken?
Bukankah kemarin Farel bersama Niken, dan sekarang siapa cewek ini?. Farel playboy, Arin harus ingat itu.
Arin melihat Farel berdiri, kemudian tanpa sengaja menatap ke arahnya, Arin jadi salah tingkah sendiri, ia seperti maling yang ketangkap basah.
Arin memejamkan mata melihat Farel berjalan mendekat.
"Rin?"
"Bentar Farel." Arin berbalik, ia menarik nafas dalam dalam kemudian menghembuskan perlahan.
"Lo kenapa?" Tanya Farel ketika Arin sudah menghadap ke arahnya lagi.
"Gue ngga papa kok, cuma tadi gue liat Farel sama.." Arin mengamati sekeliling,"cewek yang tadi mana, Farel?"
"Oh dia, kanapa emangnya?"
Arin menggigit bibir bawah, mencoba mencari alasan logis.
"Em itu, kan kemaren lo sama Niken, ko.. Sekarang.. Beda?" Ucap Arin lirih.
Farel terkekeh,"itu bukan siapa siapa elah." Ia mengacak rambut Arin, selalu seperti itu jika Farel sedang gemas kepada Ari,"Yuk ke kelas." Farel membalikkan badan Arin kemudian merangkul Arin menuju kelasnya.
Sepanjang koridor, banyak yang bisik bisik tentang Farel dan Arin, banyak yang berharap Farel pensiun playboy, dan bersama dengan Arin.
Farel yang tinggi, tampan, dan kepintarannya bermain basket sangat serasi dengan Arin yang cantik, polos, dan super dalam bidang akademik, apalagi tinggi Arin yang sedikit dibawah rata rata, mereka akan menjadi couple goals.
Yah, padahal Arin juga memiliki harapan yang sama, tapi itu hanya harapan, entah akan menjadi kenyataan, atau malah menjadi kenangan, biar waktu saja yang menentukan.
"Makasih Farel," Ucap Arin saat sudah sampai didepan pintu kelasnya.
"Iya Arin, belajar yang rajin, biar bisa jadi ibu yang baik buat anak anak gue."
Plakk
"Aduh!" Farel memegang pundaknya yang sedikit terasa sakit karna serangan tiba tiba dari singa Meyra.
"Ngga usah gombalin Arin!" Ancam Meyra.
"Dih siapa lo,"balal Farel, masih memegangi pundaknya yang berdenyut.
"Kalo mau gombal sana sama cewe murahan aja, Arin mah mahal!" Ketus Meyra.
"Kenapa lo yang sewot?" Farel memasukkan kedua tangan kepada saku masing masing celana.
Arin menggigit bibir bawahnya, ini adalah saat dimana Arin melihat sisi tertampan dari Farel.
Meyra menghirup oksigen yang terasa berkurang, sudah lama ia memendam in' "gue ngga mau sampe Arin baper!"
Arin membulatkan matanya, sedangkan Farel menatap Meyra bingung.
"Baper gimana?lo tau gue sama Arin udah sahabatan lama,"Ujar Farel masih dengan nada santai.
"Ya udah kalo sahabatan yang wajar aja, ngga usah kaya pacaran gitu, kalo Arin berharap lebih gimana, lo mau di cap php?" Ujar Meyra, sebenrnya akhir akhir ini Meyra merasa ada sedikit perubahan dari Arin, Meyra merasa Arin suka kepada Farel, dari tingkah laku dan ucapannya.
Farel memicingkan mata, ia menatap Arin lekat "lo berharap sama gue?"
Arin dibuat mati kutu, ia biasanya adalah gadis polos yang selalu jujur tentang perasaannya, namun kalo sudah menyangkut tentang perasaannya kepada Farel, Arin akan menjadi pembohong yang handal.
Ini semua karna Arin tau, tidak seharusnya Arin menaruh hati pada sahabatnya ini, apalagi Farel yang terlihat sama sekali tidak ada rasa kepadanya, ini membuat perasaan Arin makin tidak karuan.
"Jawab rin,"Ujar Meyra.
"Engga.. Engga kok, siapa bilang gue berharap ke Farel," Ucap Arin berbohong.
"Tuhkan denger" Ujar Farel, "mey, kurang kurangin deh nonton sinetron,"
Tak ingin memperpanjang, Farel pun memilih untuk pergi.
"Gue cabut," Ucapnya kemudian berlalu meninggalkan Arin dan Meyra.
"Rin," Panggil Meyra.
"Iya Mey ayo masuk," Ajak Arin, tanpa menunggu Meyra, Arin berjalan mendahului menuju kelas.
Sejujurnya Arin hanya takut, takut kalau semuanya sudah terbongkar, Farel akan menjauh, dan Arin tidak bisa selalu ada untuk Farel lagi.
☁☁☁☁☁
Terimakasih telah membaca:) Jangan lupa follow ig: armlaprni__
Salam manis, Istri tiri Shawn mendes ❤❤❤
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.