21 ••Kebetulan

1.7K 94 2
                                        

Tuhan mempertemukan kita melalui takdir bertopengkan kata 'kebetulan'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuhan mempertemukan kita melalui takdir bertopengkan kata 'kebetulan'

☁☁☁☁☁☁

Arin dan Meyra baru saja kembali dari tempat fotocopy, tadi, Bu Wika yang menyuruh mereka.

Mengingat bu Wika kadang selalu membuat Arin tertawa, pasalnya Farel, Rafi, dan Niko pernah membuat jokes dengan nama tersebut, tentu saja dengan lagu dj yang baru baru ini viral, mereka bertiga sering hanya memanggil tanpa embel embel 'bu' katanya, nama awal bu Wika seperti sebuah lagu dj, tentu saja mereka melakukan itu jika tidak ada bu Wika, mereka masih cukup waras.

Ah, kenapa semua hal seperti bersangkutan dengna Farel? Apa sangat sulit berusaha hidup tanpa menganggap Farel?

Arin dan Meyra keluar dari kantor guru setelah bu Wika mengucapkan terimakasih, Meyra berniat untuk ke kantin karna memang sudah waktu istirahat, namun Arin meminta untuk pergi ke toilet terlebih dahulu.

Baru saja Meyra hendak menemani, malah Rafi datang, Arin bisa sendiri, lagi pula tidak enak dengan Rafi.

Akhirnya Arin pergi ke toilet sendiri, saat hendak membuka pintu, ia mendengar samar percakapan seseorang, itu suara Niken, lagi lagi dengan seseorang di sebrang yang tampak bukan teman biasa, terlihat dari bahasa Niken.

Tadinya, Arin akan tetap masuk, biar sekalian Niken gelagapan melihat Arin, namun, bagaimana jika itu ternyata adalah Farel?

Akhirnya Arin memutuskan untuk langsung ke kantin, ia melamun di sepanjang jalan.

"Gimana kalo itu Farel? Tapi gimna kalo bukan?"Arin mengoceh sendiri, ia berjalan menatap lantai.

Saat Arin mendongak, sebuah bola basket terlempar ke arahnya, refleks Arin menjerit dan menutup matanya.

Namun bola tidak juga sampai ke badan Arin, Arin membuka matanya perlahan, seorang cowok tinggi yang tidak asing itu menangkap bola yang hampir jatuh dibadan mungil Arin, bola itu milik anak kelas X yang sedang berolahraga.

Setelah adik kelas itu mengambil bola, ia pergi sesudah meminta maaf.

Arin mulai berkeringat, Farel ada di depannya, menyelamatkannya, apa yang harus Arin katakan? Terimakasih? Ah iya itu, tapi... Ini terlalu canggung bagi Arin.

"Ma.. Ma. Makasih," Ujar Arin terbata.

Farel berbalik menghadap Arin, "gue rasa lo bisa lebih hati hati lain kali," Setelah mengucap kalimat itu, Farel pergi dengan kedua tangan dimasukkan kedalam saku.

Arin menatap punggung Farel yang mulai menjauh, Farel yang playboy dan konyol sekarang sudah berubah menjadi cowok dingin, tapi hanya kepada Arin, terbukti sekarang dia sedang bersiul didepan adik kelas.

AWAN {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang