2 •• Harus Terbiasa

3.6K 204 24
                                        

Kamu mungkin ditakdirkan untuk mencintai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu mungkin ditakdirkan untuk mencintai. Tapi sepertinya,memiliki bukanlah bagian dari takdirmu.

☁☁☁☁☁☁

"Rin, ngga ke kantin aja apa? emang ngga laper?" Tanya Farel setelah memasukkan beberapa buku ke rak.

"Laper, tapi gue lagi males."

"Ngga boleh gitu Rin, lo harus makan. Ayo sekarang ke kantin," Ajak Farel.

"Ngga ah."Arin mengambil satu buku untuk dibaca.

"Gue laper rin, lo ngga kasian sama cacing gue? ayo ah ke kantin," Bujuk Farel, "Udah ayo." Tanpa menunggu persetujuan Arin, Farel mengembalikan buku yang sempat diambil Arin. Kemudian menyeret Arin menuju kantin, Arin pun hanya bisa mengelus dada. Bagaimanapun, Farel memang selalu peduli terhadap kesehatan Arin.

Sesampainya di kantin, Farel ikut bergabung bersama Rafi dan Niko, juga dengan Meyra, pacar Rafi.

"Tadi katanya mau ke perpustakaan?" Tanya Meyra setelah Arin duduk.

"Dia belum makan," Jawab Farel.

"Gue ngga tanya lo, sinting!"

Farel hanya mengedikan bahunya acuh.

"Farel maksa gue," Ujar Arin.

"Farel ngga boleh maksa anak orang, dosa sayang dosa," Ujar Niko dramatis. Ia memasang muka mengomeli, sambil menggelengkan kepala.

"Jijik goblok!" Rafi menoyor kepala Niko yang kosong, tidak ada otaknya.

"Daripada dia mati kelaperan,"jawab Farel santai.

"Ih Farel, ngomongnya gitu!" Ketus Arin.

"Eh Rel, itu kan Niken, target lo kali ini!" Seru Niko menujuk seorang gadis yang sedang duduk berdua dengan temannya.

Semua menoleh ke arah telunjuk Niko, Arin melihat sosok gadis cantik, ia tersenyum samar.

Cantik lah, Farel mana pernah pilih yang dibawah standar, batin Arin.

"Doain gue." Farel menepuk pundak Niko dua kali kemudian pergi meninggalkan mejanya.

"Sukses bro!"

Seperti biasa, Farel akan memulai aksinya untuk mendekati sang gadis incaran, membuat Arin harus banyak banyak menyabarkan diri.

"Dasar playboy!" Cibir Meyra.

"Sebenrnya aneh, kenapa lo sama Farel ngga jadian si, emang kalian ngga pernah ada rasa gitu?" Ujar Rafi tiba-tiba. Membuat Arin terkejut.

Arin diam, semua juga diam, keadaan menjadi awkward setelah ucapan Rafi. Arin tidak tau harus menjawab apa, bukan saatnya ia jujur.

"Tipe Farel kan 360 derajat ke atas!" Niko menoyor kepala Rafi.

"Dan tipe Arin juga 460 derajat ke atas!" Balas Meyra,"iya kan rin?"

"Gue kan sahabatnya Farel." Jawab Arin berusaha meyakinkan teman-temannya. Meskipun dalam hati, ia miris sendiri karna rasa sukanya harus tetap ia sembunyikan. Meskipun begitu, Arin tetap senang karna menjadi sosok penting bagi Farel. Walaupun hanya dengan cap sebagai sahabat.

"Bego! Mana ada 460 derajat!" Cibir Niko.

"Lo ngatain pacar gue bego?" Sewot Rafi pura-pura tak terima.

"Kamu pilih dia atau aku? Pilih dia atau aku! " Ucap Niko dibuat dramatis, lagi.

"Niko.." Panggil Arin lembut.

"Iya rin?" Niko menoleh ke arah Arin.

"Arin jijik." Rafi dan Meyra pun tertawa, mereka bergantian menatap wajah polos tanpa dosa Arin, dan wajah marah Niko.

☁☁☁☁☁

"Nanti pulang bareng bisa dong," Ujar Farel.

Niken mengangguk malu,"iya bisa kok."

"Nanti gue chat, bales ya, cewek cantik ngga boleh sombong," Goda Farel memulai aksinya.

"Duh apaan sih, siapa yang cantik."

"Bukan lo ya? Oh iya bukan. Lo ngga cantik, tapi cantik banget."

Pipi Niken bersemu merah, padahal ia tau tabiat Farel yang terkenal playboy, tapi tetap saja. Memang siapa yang tidak tersipu diperlakukan begitu?

Farel menengok, ia melihat Arin dan yang lainnya mulai beranjak.

"Gue duluan ya, sampai ketemu lagi nanti, cantik ." Farel bangkit dan melambaikan tangannya.

"Iya," Jawab Niken, tersenyum sekilas.

"Dapet?" Tanya Rafi malas. Mereka meneruskan berjalan menuju kelas.

"Kapan gue gagal?" Sombong Farel.

"Jadi gimana?" Tanya Arin.

"Gue dapet nomernya, ntar juga gue pulang bareng," Jawab Farel bersemangat.

Arin berdehem, ia meangguk-anggukan kepalanya sambil ber oh ria. Arin harus menguatkan hatinya lagi.

"Gue seneng rin!"

"Iya Farel."

"Alah lebay,kaya  baru pertama aja."cibir Niko.

"Tapi dia beda, tanpa cacat!" Seru Farel.

Arin meringis, hatinya seperti tertusuk, pikirannya melayang. Bagaimana kalau kali ini Farel akan benar benar menyukai seseorang dan menyayanginya dengan tulus? Apakan Arin masih bisa menyembunyikan perasaannya?

"Serah lo!"

Niko dan Rafi sudah berbelok menuju kelasnya. Setelah melambaikan tangan kepada Rafi, Meyra melanjutkan menuju kelas, tanpa menunggu Arin yang malah berhenti dengan Farel.

"Rin berarti nanti gue ngga nganterin lo," Ujar Farel.

Arin berusaha mengembangkan senyum,"ngga papa kok, gue udah biasa."

"Ngga papa rin? Serius?" Tanya Farel.

"Iya Farel. Ya udah gue ke kelas dulu." Arin mempertahankan senyumnya, ia harus kuat.

"Iya udah bye, semngat belajarnya rin." Farel mengacak rambut Arin.

Arin mengangguk dan tersenyum, kemudian berjalan meninggalkan Farel. Lagi-lagi, dia menghela nafas berat.

☁☁☁☁☁

Pendek memang wkwk

Terimkasih telah membaca.

Salam manis,
Whale,Istri tiri Shawn mendes ❤❤❤

Salam manis, Whale,Istri tiri Shawn mendes ❤❤❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AWAN {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang