kamu seperti awan, aku berjalan mendekatimu, tapi kamu berjalan untuk mendekati yang lain, sesederhana itu, perasaanku tidak terbalas.
^
Saat cowok dengan julukan 'Playboy' berhasil berubah hanya karna satu cewek.ane...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dari sekian banyak rasa sakit, aku harus merasakan sulitnya mengungkapkan, kemudian diabaikan. -Shafarina Quize
☁☁☁☁☁
"Hoammmmm!" Arin menguap, matanya mengerjap, menatap layar ponsel nya yang baru saja berbunyi.
RICA🦇
PAGI KAK ARIN YANG CANTIK KAYA RICA! bangun kak sekolah, hehe...
Oh ya kak, hari ini kakak bakal berangkat sama kak Farel.
Harus!
Wajib!
Jangan berangkat dulu ya, tunggu kak Farel jemput!
Arin sontak membuka matanya lebar, seketika menghilangkan rasa kantuk yang beberapa menit lalu masih dirasa oleh Arin.
Arin membalas cepat.
Em, ngga bisa Rica, lain kali aja ya...
Arin menghela nafas lega, berharap agar Rica mau mengerti tanpa banyak tanya, ia mulai beranjak dan bersiap berangkat ke sekolah.
Arin memasuki kamar mandi. Setelah beberapa menit Arin keluar dan mulai memakai seragamnya, ia menyempatkan diri untuk membuka ponselnya.
Ada balasan dari Rica disana.
RICA🦇
Ngga mau tau, pokoknya harus, aku udah bilang kak Farel, pasti dia nanti jemput kakak.
Okeee!!!!!
Arin mencibir dalam hati, terserah saja lah, pikirnya.
"ARIN! TURUN SAYANG, SARAPAN!" Suara menggelegar bunda Arin membuat Arin cepat cepat turun setelah merapikan penampilannya
"Iya bunda," Jawab Arin setelah sampai di ruang makan.
"Pagi yah," Sapa Arin saat melihat ayahnya sudah siap di depan meja makan dengan setelan rapi.
Arin duduk, diikuti bunda nya, mereka menghabiskan sarapan dalam hening.
TET.....
Suara klakson membuat mereka menoleh arah pintu, bunda Arin berdiri berniat membereskan piring yang sudah kosong.
"Siapa rin, coba liat dulu, bunda mau beresin ini."
Deg
Jantung Arin berpacu cepat, sepertinya itu Farel, Arin bergeming, menatap datar arah pintu utama, merapal doa dalam hati agar dugaannya salah, Farel tidak mungkin mau menjemput Arin, tidak mungkin!
"Arin? Kok diem?" Bunda Arin menegur.
Dengan berat hati, Arin bangkit perlahan, langkah kakinya menuju pintu dimana tamu itu dipastikan berada.