34 ••Kenyataan

1.6K 84 2
                                        

Seperti mendung yang kemudian tertutup pelangi, seperti itulah keindahan menutup rapat kebohongan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti mendung yang kemudian tertutup pelangi, seperti itulah keindahan menutup rapat kebohongan.

☁️☁️☁️☁️☁️

Rica menyusuri taman, mencari tempat teduh untuk sekedar duduk menikmati angin sore. Juga menunggu seseorang yang sebenarnya malas Rica temui.

"Hai cantik!" Teriak Niko dari kejauhan, membuat Rica berdecak malas. Belum apa-apa sudah memalukan.

"Udah lama?" Niko ikut duduk disamping Rica.

"Barusan," jawab Rica cuek. "Mau ngomong apaan?"

"Sabar dong beb, baru juga nyampe. Napas dulu lah."

"Berarti dari tadi lo ngga napas."

"Ya ngga gitu juga si."

"Udah cepet!" Perintah Rica tidak sabaran.

Niko menghela napas pelan, menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki.

"Lo tau Farel punya cewek?" Niko memulai Percakapan. Sedangkan Rica tampak berpikir.

"Entah," jawab Rica, ia memang tidak yakin.

"Adik macem apa lo!" Maki Niko, menghancurkan suasana serius tadi. Membuat Rica kembali merengut.

"Buruan!"

Niko menyerah. Rica seperti macan betina yang siap mengamuk kapan saja jika anaknya hilang. Mengerikan.

"Jadi, gue mau kasih tau lo kalo pacarnya bukan orang baik."

"Hah?"

Niko pun menceritakan tentang bagaimana Niken. Tentang siapa Niken yang sebenarnya,yang tidak berani Niko ucapkan langsung pada Farel. Tapi sebagai sahabatnya, tentulah Niko ingin yang terbaik untuk Farel. Apalagi, hubungan Farel dengan Niken membuat renggang hubungan Arin dengannya. Itu juga yang semakin menguatkan tekad Niko untuk memberitahu Rica. Karena ia tau, hanya Rica yang bisa membuat Farel berhenti.

☁️☁️☁️☁️

Hari ini Arin memutuskan untuk pergi ke toko buku. Ia berencana memperbarui novel atau buku bacaannya.
Suara pintu membuat Arin bergegas turun, ia menyambar slimbagnya dan menuruni tangga.

Mata Arin membulat mengetahui sosok yang berdiri didepan pintunya bukanlah Mike. Ia merasa tubuhnya kaku, bahkan untuk mengalihkan bola matanya terasa sangat sulit. Arin masih berdiri diam, tanpa sepatah kata atau ekspresi apapun.

"Rin, ada yang pengin gue omongin," Ujar Farel.

Arin berusaha mengembalikan kesadaran tubuhnya. Ia menghela napas perlahan, berusaha tidak terlihat gugup dihadapan Farel.

"Gue pikir kemarin pertemuan terakhir." Setelah mengatakan itu, Arin bersiap menutup kembali pintunya. Tapi tentu saja tidak semudah itu, Farel berusaha menahannya.

"Sebentar aja, Rin. Ini terakhir." Farel berusaha keras
meyakinkan Arin, kali ini mereka harus bicara. "Gue janji."

Dengan sangat terpaksa, Arin membuka lagi pintunya. Tanpa mempersilahkan Farel untuk masuk, Arin langsung meminta inti dari pembicaraan Farel. Farel sendiri tidak masalah, baginya ini sudah cukup.

"Lo harus jauhin Mike," ucap Farel. Tenang, namun begitu dalam. Membuat Arin melotot seketika. Ia memasang wajah heran tidak karuan. Ini sungguh diluar dugaan.

"Lo, mau balas dendam?" Sarkas Arin.

Farel menghela napas, berusaha tetap bersikap tenang dan tidak terbawa emosi. Bisa-bisa semuanya makin rumit.

"Gue ngga pernah kepikiran itu, Rin," jelas Farel. "Mike ngga tulus sama lo. Dia ada niatan lain."

Berusaha memahami situasi, namun Arin tetap tidak paham. Apa maksud semua ini? Apa sebenarnya yang Farel inginkan. "Lo bilang kaya gitu karena gue pernah ngomong hal buruk soal Niken?"

"Gue udah lupain itu."

"Pergi." Arin berujar pelan, is berbalik memasuki kembali rumahnya. Tak ingin menghiraukan apa yang baru saja ia dengar. Farel terlalu diluar dugaan, bisa-bisanya ia melupakan hal yang membuat semuanya memburuk seperti sekarang. Apa memang semua tidak ada maknanya bagi Farel? Arin masih tidak habis pikir.

Arin duduk di sofa ruang tamunya, sambil menunggu Mike. Pikirannya melayang kemana-mana. Bohong jika ia bilang ia merasa biasa saja setelah ucapan Farel. Tapi Arin berusaha meyakinkan diri bahwa itu hanyalah upaya balas dendam dari Farel.

Dering ponsel memecah lamunan Arin. Ia mengucek matanya, meragukan apa yang baru saja ia lihat. Sebuah pesan dari Farel yang berisi sebuah video. Arin ragu untuk membukanya. Ia bahkan membiarkan dulu pesan itu beberapa saat. Berusaha menjernihkan dulu pikirannya, ia tidak ingin berpikir macam-macam.

Kepalang penasaran, Arin pun membukanya perlahan. Sebelum mendownloadnya, terlihat dua orang Dalam video tersebut. Seorang laki-laki dan seorang perempuan.

"Lo beneran udah jadian, kan?"

"Dia udah terima gue. Semuanya udah selesai."

"Sebenarnya, ini terlambat. Gue udah terlanjur putus sama Farel. Gimana kalo gue kasih penawaran lagi?" Niken tersenyum.

"Penawaran?"

"Ya. Lo bisa sakitin Arin dan tinggalin dia. Itu untuk rasa balas dendam gue, gimana?"

Arin mematikan video tersebut. Tangannya gemetaran, ia masih tidak bisa berpikir apapun. Apa maksud semua ini? Mike, Niken, apa hubungan mereka? Jadi, maksud Farel, semuanya itu benar?

Air mata tidak bisa Arin tahan. Ia merasa hancur. Ia tidak ingin percaya, tapi semua itu memang nyata. Bukankah ini terlalu lucu bagi Arin? Semua orang tampak terlalu jahat untuknya.

Brukkk

☁️☁️☁️☁️

AWAN {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang