AWAN {End}

22 •• Tidak sengaja

Saat aku berusaha menghindarimu, aku malah semakin bertemu denganmu, itu kebetulan, atau memang sudah ditakdirkan?

☁☁☁☁☁

"Arin, ini hp kamu bunyi," Teriak Ibu Arin dari ruang tengah.

"Iya bunda sebentar," Arin berlari dari dapur, tadi ia meninggalkan ponselnya untuk memotong buah buahan di dapur.

Arin mengambil ponselnya, keningnya menyerngit heran, Mike menelponnya.

"Bunda Arin lanjut potong buah ya," Pamit Arin, ibu Arin hanya menanggapinya dengan bergumam, masih fokus menonton berita.

"Halo, Mike?" Arin mengangkat telepon sambil berjalan ke arah dapur.

"Rin,"

"Iya kenapa Mike? Tumben telpon,"

"Lo lagi kosong?"

Arin menaikkan alisnya bingung, meskipun Mike tidak akan melihatnya,ia bersandar pada meja dapur, "kosong? Maksudnya?"

Terdengar suara kekehan kecil dari Mike, "ah iya, maksud gue lo ada acara?"

Arin tampak menimang, "kapan?"

"Nanti malem,"

"Kayanya ngga, kenapa Mike?"

Mike berdehem, dan itu terdengar di telinga Arin, "mau pergi ngga sama gue?"

"Kemana?"

"Ke kafe aja mumpung malem minggu,"

Arin bergumam cukup lama, "gimana ya,"

"Lo ngga bisa ya?" Terdengar nada kecewa dari suara Mike.

"Bisa kok bisa," Jawab Arin cepat, "tapi... "

"Tapi kenapa?" Tanya Mike penasaran.

"Lo ijin sama bunda,"

Dengan cepat Mike mengiyakan syarat dari Arin, kemudian panggilan terputus.

☁☁☁☁☁

Jam menunjukkan pukul 6.30 malam, Arin sudah bersiap untuk pergi bersama Mike, urusan diizinkan atau tidak, itu urusan nanti saja.

Arin menatap cermin, ia membenarkan rambutnya nyang terurai, tiba tiba tubuhnya seperti terkena geleyar aneh, ia merasa detak Jantungnya semakin cepat.

Arin menghembuskan nafas, berusaha menenangkan dirinya. Mata Arin menatap ponsel yang terdapat di meja rias Arin.

Tidak ada notif dari Mike, dan itu membuat Arin khawatir.