"Hey! " kata seseorang sambil menepuk bahu kami
Reflek kami melepas ciumannya dan melihat orang yang baru saja memanggil kami
"Eh Reval?" ucapku sambil menahan malu.
"Gak usah malu gitu lah, udah sah juga kan?" kata Reval
"Sama siapa lu kesini? " tanya Vano
"Calon bini lah" kata Reval
"Mana?" tanyaku sambil mencari sosok Yuanita
"Lagi duduk disana bareng keluarga dan gue ngeliat ada yang melakukan adegan tak senonoh disini" jelas Reval
"Hehe" cengirku
"Ya udah gue balik, bye! Gue saranin ciumannya dirumah, gak liat disini masih banyak yang pacaran tapi belom halal" saran Reval
"Iya sana balik lo, ganggu aja"
"Ya udah gue balik, cepetan bikin dede gemes ya!" kata Reval
"Bacot "
Reval pergi dan duduk di tempat yang tadi ia tempati
"Pulang yuk" ajakku dengan muka yang tak dapat diartikan, rasa malu, sedih, takut, bahagia, kaget. Semuanya menyampur aduk. Aku mengambil tas slempangku dan berjalan ke arah kasir dengan diikuti Vano dari belakang, lalu kami membayar pesanan. Setelah membayar aku langsung ke parkiran dan menunggu Vano membukakan kunci mobil. Dan Vanopun menekan tombol unlock. Dengan sigap aku langsung membuka pintu dan memasuki mobil itu.
"Yang? " panggil Vano dengan lembut, sedangkan aku menunduk lesu dan menutup mukaku dengan telapak tanganku.
"Hmm" akhirnya aku menyahut panggilan Vano
"Udah dong, jangan sedih nanti mukanya aku sumpahin jelek loh" kata Vano
"Enak aja! " balasku, lumayan meredakan rasa malu yang aku tanggung sebab kejadian tadi.
"Emang enak" jawab Vano
"Baru aja mesra mesraan tadi, udah pengen aku benyek benyek juga sekarang" cibirku
"Hehe" Vano cengengesan
Akhirnya Vano melajukan mobil itu, dan suasana sekarang sepi, hanya di balut lagu lagu merdu yang berasal dari radio. Karena sepi, aku menjadi memikirkan kejadian memalukan itu. Sungguh sangat mendalam rasanya, entah mengapa kejadian itu terus menerus tergiang giang di kepalaku.
Vano menghentikan mobilnya karena lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Vano melirik aku, lalu berubah menjadi menatap dengan dalam. Aku tak berani membalas tatapannya. Tiba tiba ia mengelus elus rambutku.
"Udah jangan dipikirin, gak bagus" ujar Vano
"I-iya" jawabku, lalu aku memberanikan diri senyum sambil menatap Vano.
"Udah nggk sedih" kata aku
Dia mendekat, semakin mendekat.
Chuu
Dia menciumku, aku sentak memukulinya dengan pelan
"Majuuu" titahku
Detik itu Vano memajukan mobilnya yang sudah diklaksoni orang.
"Ganggu bener itu mobil, berisik klaksonnya" kata Vano entah untuk dirinya atau aku
"Kamunya aja gak maju maju" ujarku
"Biarin, biar bisa nyiumin kamu" celetuk Vano
"Dasar modus " kata aku
"Iya dong, hidup ini harus belajar modus gak tau ya modus itu pelajaran matematika " kata Vano

KAMU SEDANG MEMBACA
Marry An Enemy ✔
RomanceMASIH KUMPLIT;) "Sudah sudah jangan bertengkar lagi ya" kata sang papa "GAK BAKAL" tolak aku dan Vano "Kalian harus mau karena kalian akan dijodohkan " --- "Tapi disisi lain gue dapet keuntungan dari pernikahan ini" kata Vano --- Clara yap itu nama...