21. Suka dan Benci

18 6 3
                                    

"Iya,iya gua ngerti. Asal lo tau naz jatuh cinta itu datang saat kita pernah melakukan sebuah kenangan bersamanya." ucap lifia.

Nazwa kembali membisu saat mendengar ucapan lifia membayangkan kebersamaan nya di mall terlintas.

"Naz...lo kok diem?" tanya lifia.

"Gpp kok." ucap nazwa.

"Ya udah gua duluan ya,bye." ucap lifia.

Setelah beberapa menit berjalan akhirnya mereka berdua pun sampai dan pulang menuju rumahnya masing-masing,jarak rumah Nazwa dan Lifia yang bersebrangan.

"Sampai ketemu di sekolah naz." ucap lifia.

"Bye." ucap nazwa sambil melambaikan tangannya.

Nazwa dan lifia sudah bagaikan seorang saudara,sejak kecil mereka selalu bersama sama rumah mereka pun hanya di batasi oleh jalan raya.

Nazwa pun membuka pagar rumahnya untuk masuk ke dalam.

******

Setiap malam sebelum tidur,nazwa tidak pernah lupa untuk menyisirkan rambut panjang yg lurus nya di depan cermin,sembari mendengarkan iringan musik yang ia suka.

Tak terasa kini pikirannya pun tertuju pada suatu kenangan yang selalu membuatnya tersenyum. Ya,siapa lagi kalo bukan tentang laki-laki yang ia kenal selain Ardi. Terlintas begitu saja dalam pikirannya,tentang ardi.

"Kok nazwa jadi mikirin ardi sih. Ada apa dengan nazwa!" ucap nazwa.

Nazwa pun beranjak dari duduknya dan naik ke atas kasur untuk beristirahat. Nazwa menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya. Pandangannya menatap ke arah atap kamarnya.

"Kok nazwa malah ngebayangin ardi saat di mall ya." ucap nazwa dengan bingung.

"Ya ampunn,jangan sampai nazwa jatuh cinta."ucap nazwa.

Nazwa menatap kedua tangannya yang pernah di genggam erat oleh ardi.

"Ardi pernah nolongin nazwa saat,nazwa pingsan,nazwa pikir sih. Ardi anak yang baik,tapi nazwa bingung kenapa lifia bisa bilang Ardi itu anak yang egois. Sudah lah ini tak penting untuk di bahas." ucap nazwa.

Nazwa pun kembali menarik selimut dan mematikan lampu kamarnya sebelum ia terlelap.

********

Satu per satu nazwa lewati anak tangga yang berada di lantai 2 dengan cepat. Ia sangat terburu-buru karena telat berangkat sekolah.

Karena waktu telah menunjukkan pukul 6.30 ia tidak sempat untuk sarapan. Ia tak pernah lupa untuk mencium tangan ayah dan bundanya sebelum berangkat sekolah.

"Ayah,bunda nazwa pamit berangkat ya." ucap nazwa.

"Naz sarapannya." ucap bunda.

"Gak usah bun,nazwa buru-buru." ucap nazwa.

"Naz,mau ayah anter ke sekolah?" tanya ayah.

"Gak usah yah,nazwa bareng sama lifia aja."

"Tapi lifia,udah berangkat baru saja." ucap ayah.

"Apa boleh buat."ucap nazwa.

"Gimana jadi ayah anterin?"

"Iyaa." ucap nazwa dengan malas.

"Oke." ucap ayah.

Hari ini,hari yang sangat cerah. Kali ini nazwa berangkat bersama ayahnya. Hari ini wajah nazwa berbeda dengan sebelumnya,rasa gundah karena harus telat berangkat kesekolah. Bukan karena akan di hukum guru,nazwa sangat tidak ingin ayah nya mengantar ia ke sekolah karena ayahnya cukup bawel baginya. Terutama tentang cowo.

"Nazwa,kamu gak lupa kan sama pesan ayah,sebelum kamu masuk ke sekolah baru ini?" tanya ayah.

"Inget yah."

"Apa?" tanya ayah.

"Nazwa gak bakal,deket- deket sama cowo yah." ucap nazwa dengan bete.

Ayah tersenyum kecil.

"Belajar yang benar yaa,anak ayah yang cantik ini. Jangan mikirin cowo apa lagi pacaran!" ucap ayah.

"Iya yah."

"Yahh,nazwa pamit sekolah ya" ucap nazwa sambil mencium tangan ayahnya.

"Iyaa, kalo pulang kabarin ayah ya,nanti ayah jemput." ucap ayah.

"Iya."

Nazwa pun keluar dari mobil ayahnya sebelum pintu gerbang sekolah akan di tutup. Dan jam pelajaran akan dimulai.

Jalan kaki menuju kelas nazwa tidak memungkin kan cepat sampai. Nazwa mempercepat langkahnya untuk lebih cepat sampai ke kelasnya.

Kelas ardi dan nazwa begitu dekat. Ya,hampir dekat. Ardi yang sedang bermalas malasan di depan kelasnya bersama teman-temannya siapa lagi kalo bukan,rio dan panji. Ia melihat seorang nazwa yang sedang berlari terburu buru menaiki tangga.

Tawaan nya terhenti saat melihat nazwa. Ardi merasa iba dengan nazwa.

Crazy PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang