31. Good bye 1

13 4 0
                                    

Berbeda dengan Ardi ia sangat ceria dan bersemangat berjalan di loby sekolah hari ini, karena menurutnya hari ini hari yang bahagia untuknya. Ia sengaja ingin berkunjung ke kelas Nazwa hanya untuk memberikan bekal khusus kepada nazwa yang ia buat di pagi tadi. Tapi rasa bahagia itu mulai hilang karena ia tidak sama sekali melihat sosok nazwa yang selalu membaca buku di depan kelasnya.

Ardi melirih sesekali jarum jam yang ia pakai di tangannya.

"Dimana ya nazwa, apa gua masuk aja kali ya?"ucap Ardi sambil melirih kanan dan kiri seperti orang kebingungan.

Saat ardi akan melangkah masuk ke kelas nazwa. Tak lama kemudian keluar lah sosok perempuan yang ia kenal dari dalam kelas,siapa lagi kalo bukan teman sebangku Nazwa, Lifia.

"Eh,eh. Gua mau nanya dong?"

"Apa!, pasti mau nanyain nazwa. Nazwa gak sekolah hari ini." ucap lifia dengan sewot dan melipatkan kedua tangannya di dada.

"Tumben nazwa gak sekolah."

"Mana gua tahu,gua bukan emaknya. Minggir gua mau lewat!" ucap lifia sambil mendorong Ardi.

Lifia berhasil membuat Ardi mengalah untuk memberikannya jalan. Ardi pun tak ingin kalah ia juga berhasil membuat lifia berhenti melangkah untuk kedua kalinya.

"Oh jadi ini yang dinamakan sahabat? Jadi ini balasan lo ke nazwa? Nazwa begitu peduli sama lo,tapi lo sia-siain dia cuma gara-gara hal sepele kaya gini doang!"

"Kalo lo benci sama gua, lo boleh maki-maki gua. Lo boleh maki-maki sesuka hati lo, satu hal yang lo harus tau. Kalo lo sampe nyakitin hati Nazwa jangan harap lo bisa lari dari gua."

Lifia menghiraukan ucapan Ardi dan pergi tanpa sepatah kata yang ia keluarkan.

"Brengsek!!" Ucap Ardi sambil mengacak-acak puncak kepalanya.

"Gua harus cari dia kemana lagi, masa iya gua harus ke rumahnya." gumam Ardi.

******

"Bunda,ayah sudah membelikan nazwa tiket hari ini untuk nazwa,bunda sudah siapkan semuanya kan?" ucap Mr anwar

"Yah,apa gak sebaiknya aja kita batalkan pemberangkatan ini?"

"Ayah mau nazwa itu mandiri, ayah mau dia sukses dengan perjuangannya buat sekolah disana."

Tak sengaja nazwa yang mendengar percakapan kedua orang tuanya segera masuk ke kamarnya dengan rasa campur aduk dalam dirinya, entah itu sedih, bahagia atau kecewa.

Saat nazwa masuk dan menutup pintu, ponsel nazwa pun berdering tanpa henti. Membuat nazwa semakin kesal dengan gangguan deringan ponselnya ia pun segera mengambil dan melihat notifikasi dari siapakah yang telah membuatnya semakin kesal.

113 panggilan tak terjawab dan 600 pesan belum dibaca yang tertera di layar ponselnya.

08-456-789......

~hari ini kenapa lo gak sekolah?

~sakit?

~nazwa.....

~hello gua rindu sama lo

~maafin gua, udah ganggu waktu lo

~ hari ini gua rindu lo,senyum lo.

Sebuah pesan dengan nomor tak di kenal masuk dari layar hp nazwa.

"Ya ampunn kerjaan siapa sih,malam-malam begini nelpon sampai ratusan gini!" gerutu nazwa

Nazwa pun berniat untuk membalas pesan dari no tak di kenal, karena ia tak ingin lagi di ganggu dan ingin mengetahui lebih detail siapakah seseorang yang sudah menerornya.

~maaf ini siapa??

Dreettt...drettt...

Geratan ponsel membuat Ardi terbangun dari lamunan nya karena harus menunggu kabar dari nazwa. Matanya yang sipit kini terbuka lebar saat melihat layar ponselnya terdapat notif dari seseorang.

"Akhirnya nazwa balas pesan gua." ucap Ardi sambil tersenyum bahagia saat menatap ponselnya.

~gua ardi,gua khawatir sama lo. Kenapa hari ini lo gak sekolah?

Nazwa yang tersenyum kecil saat melihat pesan dari ardi. Nazwa menaikkan sebelah halisnya dan kembali menatap ponsel di tangannya.

~Maafin nazwa ya, nazwa hari ini lagi sibuk buat berangkat ke singapura besok pagi.

~lo mau ngapain ke singapura?

~nazwa harus sekolah disana Ardi.

Setelah membalas pesan singkatnya nazwa tak ingin lagi berlarut dalam kesedihan ia segera mematikan ponselnya dan melemparnya di atas kasur.

"Jadi nazwa mau berangkat ke singapura?" ucap Ardi dengan mengganggukkan kepalanya sambil menatap ponselnya walaupun tidak ada balasan kembali dari nazwa dan sebuah ide yang muncul dari kepalanya.

Malam yang dingin. Iya dingin kaya sikap dia. Hujan deras membasahi seluruh pemukiman komplek, seperti hujan yang identik dengan dingin. Seperti genangan identik dengan Rindu, itu lah yang Ardi alami malam ini. Hujan membuatnya rindu akan seseorang, membuatnya sulit untuk memejamkan matanya, hingga ia harus mengambil keputusan.

"Gua harus ke rumah Nazwa." Ucap Ardi sambil melirih ke arah jam dinding berwarna biru yang menunjukkan pukul 23.00 dan menyingkirkan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.

Ardi segera bergegas keluar sambil memakai jaket hitam yang ia gantung di belakang pintu kamarnya kemudian pergi keluar untuk berjumpa dengan Nazwa. Walaupun hujan semakin deras, jalan semakin sepi itu tidak mampu membuat Ardi berhenti atas keinginannya untuk bertemu dengan Nazwa.

"Apapun yang terjadi gua harus ketemu sama lo Naz. Walaupum hujan deras sekalipun gak akan bisa ngehalangi gua buat ketemu sama lo " Ucap Ardi memandang rumah bercat putih.

Ardi memarkirkan motornya di depan pagar rumah Nazwa, Ardi mulai membuka pintu pagar perlahan. Saat ia berhasil membuka pintu pagar Ardi pun memulai aksi barunya dengan memanjat dinding untuk sampai ke jendela kamar Nazwa.

"Nazwa... Nazwa.... Bangun naz." panggil Ardi dari balik jendela yang ditutup oleh tirai putih yang memudahkan ia melihat Nazwa dari luar kamar, dengan melirih kanan dan kiri, ia tak ingin aksi konyolnya itu ketauan oleh warga komplek atau pun penjaga.

Nazwa pun terbangun dari tidurnya karena mendengar seseorang memanggil namanya.

"Kaya ada suara Ardi yang manggil Nazwa, tapi gak mungkin deh. Aah ini perasaan Nazwa aja." ucap Nazwa sambil menarik selimutnya dan memejamkan kembali matanya.

"Nazwa.... Tok..tokk.... Ini gua Ardi." ucap Ardi sambil mengelus-elus telapak tangannya yang mulai menggigil.

Nazwa pun terbangun untuk kedua kalinya. Kini rasa penasarannya muncul, dan segera menghampiri jendela kamarnya untuk memastikan apakah benar seseorang di balik jendela itu Ardi.
Saat membuka tirai, Nazwa terkejut tak main-main. Dia segera membuka jendela kamarnya dan menyuruh Ardi masuk.



Bagaimana dengan nazwa?

Bagaimana kondisi Ardi??

Apakah mereka akan bertemu atau tidak?

Bacar terus crazy people ya

Crazy PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang