24. Sekeras batu

10 6 0
                                    

"Gua gak nyangka sama lo,ternyata lo lebih keras kepala di banding gua." ucap panji kepada Ardi yang duduk di pojokan ruang kantin.

Tak ada jawaban. Ardi hanya tersenyum percik saat mendengar ucapan Panji kepadanya.

"Kalo gua sih ya jadi lo pada, gua gak akan sombong." ucap Rio.

"Wajarlah sombong gua sama Ardi kan punya otak. Gak kaya lo gak punya otak." ucap panji.

Rio yang mendengar ucapan Panji seketika membisu dan berusaha mencerna ucapan panji tadi.

"Kira-kira beli otak dimana ya pan?" tanya Rio.

"Di tukang sayur!" jawab panji dengan wajah kesal.

Tak lama kemudian datanglah seorang gadis dengan paras cantik dan senyuman manisnya siapa lagi kalo bukan Nazwa. Kedatang nazwa membuat Panji dan Rio sangat terkejut tidak seperti biasanya nazwa mampir ke tempat biasa Ardi,Rio dan Panji pakai untuk berkumpul.

"Eh ada nazwa,pasti mau nanyain Ardi? ucap panji.

"Iya,nazwa lagi nyari Ardi. Dimana Ardi?" ucap nazwa

"Noh disana buaya daratnya lagi minum buat ngisi energi biar gak baper ngadepin para cewe-cewe lain." ucap Panji sambil menunjukkan posisi Ardi

"Ngapain nyariin si Ardi? Mending nazwa disini kita ngopi." ucap Rio.

"Gak,nazwa mau ngomong penting dulu sama Ardi." ucap nazwa.

Nazwa melirih ke arah tempat duduk Ardi,melihat ardi yang sedang sibuk menyeruput Es teh miliknya. Nazwa pun menghampiri Ardi yang sibuk itu dan langsung mengambil kursi yang berada di hadapan ardi.

Ardi terkejut saat melihat sosok nazwa dihadapannya.

"Eh nazwa,tumben lo kesini?" ucap Ardi.

"Ardi gpp kan?"

"Gpp. Emang ada apa sama gua?"

"Nazwa cuma mau tau apa yang sebenarnya terjadi tadi."

Ardi hanya bisa memandang wajah polosnya nazwa.

"Bukan urusan lo!" ucap Ardi dengan wajah kesal.

Ardi yang merasa malu dengan tindakannya sama sekali tidak ingin menjelaskan apa yang sudah terjadi padanya, ia berfikir nazwa akan menjauh dengan sikapnya yang seperti anak-anak itu.

Ardi segera meninggalkan nazwa yang masih mematung di tempat duduknya.

Nazwa,Rio dan Panji hanya bisa melihat kepergian Ardi dengan wajah penuh kekesalan dari ruangan kantin dan meninggalkan Nazwa sendirian di tempatnya.

"Kenapa lagi sama tuh anak?" ucap panji.

"Udah gak salah lagi ini. Mereka berdua berantem." ucap Rio.

"Tumben lo bisa mikir?." ucap panji

"Wahahaha berisik lo panji bolong." ucap rio yang tak mau kalah.

Nazwa beranjak dari duduknya dan ikut pergi maninggalkan tempat tersebut.

*****

Dibawah pohon yang rindang nazwa yang sangat menikmati udara yang sejuk di siang hari.
Dengan memikirkan rasa sedihnya saat melihat sikap ardi yang tiba-tiba dingin kepadanya Nazwa berfikir dirinya sangat bersalah karena terlalu memperdulikan Ardi.

"WOI!!" ucap lifia yang berusaha membuat nazwa kaget.

"Huft... " ucap nazwa sambil mengusap dadanya.

"Kaget yaa? Lagiann lo ngapain sih pake ngelamun." ucap lifia.

"Nazwa lagi mikirin Ardi,sejak tadi ardi bersikap dingin sama nazwa." jelas nazwa.

"Hah?? Lo mau ngapain sih ketemu sama dia?" ucap lifia.

"Nazwa cuma mau nanya apa yang sebenarnya terjadi tadii." ucap nazwa.

"Udahlah lo jangan peduliin dia lagi. Gua udah pernah bilang sama lo dia cuma mau ngebaperin lo doang dan ujungnya dia bakal ninggalin lo dan gua gak mau lo jadi korban selanjutnya." jelas lifia

"Memangnya apa yang nazwa lakuin itu salah?" ucap nazwa.

Lifia hanya bisa menghelai nafas entah bagaimana untuk menjelaskan rasa khawatirnya kepada sahabatnya yang terlanjur jatuh cinta.

"Lo gak salah naz. Ini bukan situasi yang tepat buat lo ngomong masalah ini ke Ardi." ucap lifia

Nazwa melirih pandangannya kepada lifia dengan penuh penyesalan.

"Terus sekarang nazwa harus bagaimana?" ucap nazwa.

"Lo kan tau. Ardi baru aja ngelakuin kesalahan sampai dia masuk BP, Mungkin dia butuh suasana yang membuatnya dia lebih tenang." ucap lifia

*****

Terima kasih yang sudah membaca Crazy people

Maaf gua baru bisa post part ini agak lama

Jangan lupa koment and vote yaa

Crazy PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang