49. Aku cinta pertama Mu

10 1 0
                                    

Mereka lebih sering memilih untuk berjalan dengan 1 kendaraan. Walaupun dalam mobil, macet, dan lesuh. Mereka tetap bergurau bersama, tiada hari tanpa canda tawa.
Mobil Riolah yang mereka pilih untuk menuju gedung 12 lantai dan menikmati tahun baru kali ini.

"Rio matiin musiknya!" Ucap Nazwa kesal.

"Iya sih, lo dengerin musik kenceng banget sih." Ucap Lifia.

"Si Rio emang gini. Mentang-mentang mobil dia + dia yang ngedarain dia seenaknya." jelas Ardi

"Kita sih udah kebal sama tingkah si Rio pas lagi di mobil." Ucap Panji.

"Nazwa gak kebayang deh gimana jadi kalian berdua kalo jalan pake mobil Rio."
Ucap Nazwa.

"Gak usah di bayangin Naz, lo kan sekarang lagi pake mobil si Rio." ucap Panji.

"Iya ya heheh. Nazwa lupa."

"Kalian kok mau sih satu mobil sama nih orang?" Tanya Nita.

"Ya karena. Mobil si Rio ini paling jelek di antara kita, lagian si Rio paling jago nikung."

"Oh jadi kalian semua tuh manfaatin gua gitu.."

"Gak gua cuman bercanda Rio." Ucap Ardi.

"Dasar Bambang pengen enaknya doang!"

"Bapak gua bukan Bambang kampret!"

"Gua bukan ngomong sama lo sapi!"

"Terus?"

"Bodoamat ya Bambang." Jawab jutek Rio.

Sen kiri menyala. Mobil Rio berhenti dan semua orang yang di mobil merasa heran dan khawatir Rio menurunkan mereka di tengah jalan.

"Yaelah gua bercanda sapi! Masa kita diturunin disini?" Ucap Ardi kesal.

"Siapa yang nyuruh lo pada buat turun?" ucap Rio

"Terus ngapain berhenti?" tanya Lifia.

"Gua.... Gua...." menatap semuanya sampai isi mobil heran dengan ucapan Rio membalas tatapan Rio dengan bingung.

"Gua kebelet." jawab singkat Rio.

"Ciee... Pada khawatir gua turunin di jalanan ya. Makanya lo tuh jangan suka manfaatin orang, apa lagi gua anak Sultan."

"Yeah..."

Ardi dan Lifia mengeroyok Rio saat itu juga. Kesal dengan tingkah lakunya yang menyebalkan. Rio menutup kepalanya dengan kedua tangannya untuk melindungi kepalanya yang di hantam oleh Ardi dan Lifia. Nazwa Nita dan Panji tertawa membisingkan suasana.

"Dasar Bambang!" Ucap Panji

"Eh itu yang belakang ikut-ikutan aja. Lagian Bapak gua Sultan bukan Bambang!" ucap

"Bodoamat."

******

Beberapa menit kemudian Rio kembali ke dalam mobil setelah selesai membuang air kecil.
Menyalakan musik dengan volume tinggi. Meneruskan tingkahnya yang menyebalkan. Bernyanyi dengan suara falesnya, bergoyang ala-ala pedangdut walaupun sedang menyetir Rio tetap fokus dengan gerakannya.

"Lo gak waras ya?" Ucap Lifia.

"Enak aja." jawab singkat Rio.

"Yaudah lo matiin musiknya." ucap lifia.

"Diam deh lo!"

"Nazwa mau turun aja disini."

"Eh jangan Naz, kan ini masih jauh. Sabar dulu." Ucap Ardi menghalang Naz untuk pergi.

"Tapi Nazwa kesel."

"Jangan khawatir ada gua disini."

Nazwa menghelai nafas dalam-dalam.

"Gua juga kesel kali Naz." Ucap Panji.

Ardi menyelinap dari belakang dan mematikan musiknya.

"Eh no, no ,no."

"Berisik kampret! Kepala gua pusing nih. Mana isinya dangdut semua lagi."

"Bodoamat. Ini mobil gua" memutarkan volume musik lebih kencang.

Mereka hanya bisa pasrah melihat tingkah laku Rio yang menyebalkan.
Sangat menyebalkan, karena ia tidak memperdulikan orang lain disekitarnya. Disisi lain Lifia sangat kesal dengan Rio, ingin rasanya meremas-remaskan wajah menyebalkannya.
Melipatkan kedua tangannya di dada. Wajahnya kesal, tak berkata namun dalam hatinya tersimpan beribu kata kekesalannya kepada Rio.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

# Vote and komen
#Crazy people
#Perihal Rindu

Jangan lupa baca karya baru ku yang berjudul Perihal rindu.

#kumpulan tentang rindu.

@nesyarahma_29



Crazy PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang