44. Perpisahan

6 5 0
                                    

Beranjak dari tempat duduknya,berniat menghampiri Nazwa dan menggibas debu pada jas hitamnya dengan kedua tangannya secara bergantian.

Nazwa berjalan menuruni anak tangga sambil menggenggam tangan Ardi. Senyumannya semakin lebar. Ardi dan Nazwa menghampiri Sahabatnya, disisi lain tidak hanya Ardi yang merasakan kebahagiaan akhirnya moment yang tak terduga pun terjadi, dimana Rio memperlihatkan kepribadian aslinya.

"Selamat ya sobatku." Ucap Rio sambil memandang Lifia di rangkulannya.

"Iya Rio iya, selamat juga ya buat lo." ketus Ardi.

"Selamat buat apa? Yang lagi bahagia kan lo." Ucap Rio sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Selamat ternyata lo normal hahahah." Ardi tersenyum kecil dan sedikit menundukkan kepalanya.

"Yhaaa. Akhirnya si semprul normal juga hahaha." ledek Panji

Rio yang mendengar Ucapan Ardi langsung melepaskan tangannya yang merangkul di bahu Lifia. Wajah Rio dan Lifia berubah memerah saat mereka sadar bahwa mereka berdekatan. "Eh lo, sejak kapan tangan gua nyangkut di lo!" tanya Rio dengan nada tinggi.

"Mana gua tau, tangan, tangan lo Rio. Ih mit amit kenapa gua gak nyadar sih."  Ucap Lifia, menaikkan kedua bahunya dengan wajah jutek namun masih terlihat wajahnya memerah.

"Yaelah jangan galak-galak dong sama Lifia, Rio." Ucap Nazwa.

"Udah jadian ajaa ,lo kan sama dia sama. sama-sama rempong."   ketus Panji.

"Hahahahaha." sontak tawa bersama.

"Lo juga ngapain, tuh tangan pegang- pegangan di depan umum." Ledek Rio yang tak mau kalah.

"Biarin lah Nita kan cewe gua." ketus Panji sambil menggenggam tangan Nita seraya memamerkan keromantisannya di hadapan Ardi.

"Aduhh, mentang-mentang gua baru jadian. Kalian juga ikut mesraan." jelas Ardi.

Rio pergi meninggalkan mereka dengan wajah kesal, tanpa sepatah kata pun Ardi dan Panji sangat tahu sifat Rio ia tidak ingin membahas asmara, hal yang tak cocok bagi Rio.

"Pundung, pundung." ledek Panji.

"Gara-gara lo sih di, si Rio pundung kan."

"Hahaha, lo kaya gak tau di aja kampret!" Ucap Ardi.

Panji pun berlari menghampiri Rio yang kesal karena ulah mereka.

"Eh, tungguin gua Panji bolong!. Naz gua kesana dulu ya." Ucap panji meminta izin kepada Nazwa.

"Iya Ardi."

Ardi pun segera menghampiri Panji dan Rio yang terlebih dahulu keluar.

"Kok Nadive gak datang ya?" gumam Nazwa melirih kanan kiri mencari sosok Nadive.

"Kenapa Naz?" tanya Nita

"Gpp kok." jawab singkat.

"Asekkk, akhirnya kalian berdua dipersatukan lagi setelah sekian lamanya kalian merasakan kesepian." Ucap Lifia.

"Jangan galau-galau lagi ya." Ucap Nita.

"Hai Naz." menepuk bahu Nazwa dari belakang.

"Eh Nadive." menoleh ke arah Nadive.

"Oh iya, gua sama Nita keluar duluan ya, mau nyusul mereka bertiga." Ucap Lifia sambil menarik tangan Nita.

"Iya Lifia." jawab singkat Nazwa.

"Nadive udah lama disini?" tanya Nazwa.

Mengangkat sebelah alisnya. "Hem, lumayan sih."

"Oh iya, HAPPY GRADUATION YA NAZ, DAN SELAMAT AKHIRNYA KAMU DI KASIH KEPASTIAN SAMA ARDI." ucap Nadive sambil memberikan tangannya untuk bersalaman bersamanya.

"HEM.. Iya. Makasih ya Nadive."

"Oh iya, aku pamit pulang ya."

"Tunggu dulu."

Nadive pun memurungkan niatnya untuk pergi.

"Nazwa cuma mau bilang sesuatu sama Nadive, makasih ya selama ini udah jadi temen curhat Nazwa, dan makasih suport nya. Maafin Nazwa juga ya selama berteman sama Nadive." Ucap Nazwa.

Memandang wajah Nazwa dan tersenyum ramah kepadanya.
"Hemm,,, iya. Oh iya kamu jangan sedih-sedih lagi ya. Aku ikut bahagia kok kalo kamu bahagia." jelas Nadive

"Nazwa harap, Nadive gak lupa ya sama Nazwa. Soalnya Nazwa gak tau, kapan lagi Nazwa pulang ke Singapura." jelas Nazwa sambil menundukkan kepalanya.

Tersenyum kecil saat mendengar ucapan Nazwa. "Kamu ini ngomong apa sih, pasti kok, dan aku gak akan pernah lupa sama pertemanan singkat kita." Nadive sambil mengelus-elus pipi Nazwa.

"Kehidupan itu seperti piano, putih melambangkan kebahagiaan dan hitam melambangkan kesedihan. Tetapi jika kamu memadukan keduanya, bagian- bagian itu akan membentuk suatu irama yang indah. Kalo kamu merasa sedih ingatlah selalu kata itu dalam pikiranmu. Bahwa kehidupan itu gak selamanya tentang kesedihan." Ucap Nadive.

"Iya, pasti kok." jawab singkat. Matanya berbinar-binar.

"Yaudah aku pulang ya."

Mengganggukkan kepalanya pertanda Nazwa mengiyakan pertanyaan Nadive kepadanya.

"Hati-hati ya Nadive."

Menoleh ke arah Nazwa dan mengganggukkan kepalanya.

Memandang kepergiaan nya, perlahan namun pasti sosok di hadapannya akan hilang, namun ucapan terima kasih, dan ucapan perpisahan pun sudah ia lontarkan, sangat lega rasanya. Setelah bertahun-tahun akhirnya Nazwa bersatu kembali bersama Ardi dan mencapai cita-citanya, kebahagiaan tak henti menghampirinya. Nazwa sangat bersyukur memiliki sahabat dan keluarga yang peduli dengannya. Tetapi disisi lain ia merasa kehilangan seseorang yang telah membuatnya terpukau akan ucapan dan sikap ramahnya yang memilki banyak makna yang membuat hatinya terasa tenang.

"Terima kasih Tuhan, telah memberikan Sahabat dan Keluarga yang sangat baik dan peduli sama Nazwa" Ucap Nazwa dengan senyuman nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
#jangan galau lagi okehh

#jangan lupa banyakin bersyukur ya karena masih di kasih nikmat sama Tuhan yang maha Esa.

#yang punya sahabat paling setia. Jangan sia-siain sahabat kalian ya😗

~Crazy people

Crazy PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang