42. HAPPY GRADUATION NAZWA

12 4 0
                                    

"Mungkin. Tidak bisa, karena kamu sudah terlanjur kecewa." tertunduk ia sangat merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan kepadanya. Ucap Nazwa

"Bisakah kita berteman lagi seperti dulu?" 

"Berteman dengan mu itu keputusanku, jatuh cinta dengan mu itu diluar kendali ku." jelas Ardi sambil memandang keindahan air yang terus menerus meluncur dari atas patung singa.

Berjalan menghampiri Ardi dan ikut memandang keindahan di depan mata yang tak henti membuatnya terpesona.

"Jujur, kalo boleh memilih, gua lebih memilih untuk tidak pernah mengenal mu atau bahkan hanya melihatmu, kalau ternyata sekarang gua harus melupakan mu."  jelas Ardi.

Memandang wajah seseorang yang selama ini ia rindukan. Yang selalu menghantuinya di setiap tidurnya, kini matanya tak bisa melirih ke arah mana pun ia sangat merasakan kebahagiaan yang tak akan pernah terulang kembali.

"Bisakah kamu gak harus mengingatkan hari dimana kita mulai mencintai? Tapi ingatlah hari ini, apakah hari ini kita bisa mencintai kembali?" Ucap Nazwa.

Membalas tatapan Nazwa, mengelai nafas. Ardi mengusap sesekali wajahnya dengan kedua tangannya.

"Lo itu udah punya yang lain. Dan sekarang gua cuma bisa liat kebahagiaan lo lewat dia."

"Dia siapa? Nazwa cuma nyaman di sisi Ardi." jelas Nazwa.

"Lalu Nadive itu siapa? Bukankah dia cowo lo?" ucap Ardi dengan nada tinggi dan menatap tajam Nazwa.

"Bukan. Sudah berulang kali Nazwa katakan, dia itu bukan cowo Nazwa. Mengertilah. Nazwa hanya merasa nyaman di sisi Ardi."

Air mata tak lagi membendung, mengalir deras dipipi mungilnya. Sepoyan Angin menggebus rambut pirangnya. Menutup sebagian wajah cantiknya. Namun air mata yang deras tak bisa lagi ia tutup. Memeluk erat seseorang di hadapannya membuatnya lebih tenang, memejamkan matanya seolah-olah tak ingin jauh. Kerinduan yang menyakitkan itu akhirnya terbalaskan.

Ardi membalas pelukan Nazwa tangannya tak lagi ingin melepas pelukannya.

"Maafin Nazwa. Nazwa rindu sama Ardi."

"Gua disini Naz. Gua sayang sama lo, dan gua bakal jagain lo sampai kapan pun."

Nazwa tersenyum bahagia di pelukan Ardi.

"Tapi satu hal yang Ardi harus tau,Nazwa belum bisa nerima Ardi seutuhnya sampai sekolah Nazwa selesai." melepas pelukannya sejenak menunduk tak ingin membalas tatapan Ardi.

"Gak usah khawatir, gua bakal menjaga perasaan ini untukmu seorang." ucap Ardi sambil menghapus air mata Nazwa.

"Gua mohon jangan pernah pergi lagi."  ucap Ardi sambil mengelus-elus puncak kepala Nazwa.

Tak lama kemudian datanglah Rio,Panji,Nita dan Lifia yang berjalan menghampiri keduanya yang sedang berbahagia melepaskan kerinduan mereka selama ini.

"Cie,,,,,, cie,,,,,, combek nih hahaha." ketus Rio.

"Kayanya bulan ini ada yang mau traktir kita nih." Ucap Panji sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Horeee,,,hore,,,," sontak teman-temannya yang meledek kemesraan mereka berdua.

Nazwa tersenyum ceria kepada Ardi.

"Eh di, lo traktir makanan buat kita kan?. " ucap Rio sambil mendorong bahu Ardi.

"Iya gua traktir."

"Nah gitu dong ini baru teman gua."

"Alah lo mah ada maunya doang" ketus Panji.

"Itu yang ngomongin gua, gak usah di traktir ya di."

"Eh, enak aja lo gua juga kan teman nya si Ardi"  ucap panji.

"Alah ee empus lo. Sama aja gesitnya kalo ngedenger yang gratisan mah hahaha." ucap Lifia.

"Eh, jangan samain gua sama si Panji bolong, gua anak sultan." ucap Rio.

"IYA, SULTAN, SULTANNASIR MAKSUDNYA." Sontak suara mereka bergemuru.

"Hehehe...." ucap Rio sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Itu yang abis peluk-pelukan, yang baru aja ketemu selama berbulan-bulan LDR an mah diem mulu nih." ucap Rio.

"Dasar jomblo karatan, sirik mulu lo." jawab Ardi.

"Hahahahaha."

Akhirnya mereka pun dapat berkumpul kembali seperti sedia kala. Tertawa lepas dengan obrolan-obrolan kecil.

"Kamu itu seperti cahaya, menghangatkan membuatku terpukau, membuat kehidupan ku bersinar. Tapi tak bisa ku genggam." gumam Nadive dengan memandang wajah cerianya Nazwa. Dengan kedua tangan di saku celana. Dan tersenyum bahagia.

*******

4 tahun kemudian.
Hari dimana Nazwa mengakhiri kuliahnya. Dan menjadi sarjana di Singapura. Kabar gembira terus menerus menghampirinya selama ini, ia lulus dengan nilai terbaik di Universitas Singapura. Tak hanya itu saja, cita-citanya untuk menjadi dokter kini terpenuhi karena semangat belajarnya yang terus berkobar, dan ucapan semangat yang terus mengalir dari sahabat, maupun keluarga. Dan hari ini hari yang sangat bahagia, bagaimana tidak, para sahabat Nazwa pun ikut menyaksikan kelulusan Nazwa  menjadi seorang mahasiswi terbaik di Singapura. Menjadi kebanggaan Ayah Bunda saat pulang ke tanah Air.

Nazwa berjalan menuruni anak tangga dari panggung dengan berhati-hati, dan berjalan menghampiri para sahabatnya dengan berpakaian rapih, lengkap dengan jas untuk cowo dan gaun untuk perempuan yang sedang bercerita layaknya seseorang yang melihat pentas, membuat lingkaran di keramaian.

"Makasih ya, atas doa kalian buat Nazwa dan udah nyempetin jauh-jauh ke sini."

"Hem, iya Naz." Ucap Ardi dengan gugup sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Bagaimana Ardi tidak gugup untuk hari ini, hari ini Nazwa berdandan lebih cantik dari sebelumnya, dengan menggunakan baju toga wisuda yang di pakainya.

"Bukan apa-apa kok, kita semua kan sahabat. Iya gak?" ketus Rio

"Iyaiya." ucap Panji dengan sewot.

"Eh lo gak peka banget, mana dong ucapan selamatnya gak so sweet banget sih lo di jadi cowo." ketus Lifia.

Hampir beberapa menit Ardi membisu menatap Nazwa hanya kata-kata singkat yang keluar dari bibirnya. Ia benar-benar merasa sangat gugup kali ini untuk berdiri di hadapan Nazwa.

"Eh iya, HAPPY GRADUATION YA." ucap Ardi sambil menyipitkan kedua matanya, sama seperti sebelumnya ia masih menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Iya makasih Ardi." jawab singkat Nazwa

"Alhamdulilah" ucap Rio sambil mengelus wajahnya dengan kedua tangan

"Nah, lo kenapa bilang alhamdulilah sapi! Si Ardi cuma ngucapin happy graduation bukan ngucapin hijab kabul."

"Gpp kali, kan bisa aja abis ini mereka nikah iya gak iya gak?" Ucap Rio sambil mendorong bahu Ardi dengan bahunya.

"Berisik lo." ucap Ardi.

~Terima kasih pembaca setia Crazy people.

Tunggu aja ya kelanjutan nya

Crazy PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang