(IND) Bonus Chapter - Another Round

1K 86 53
                                    

Kehidupan pernikahan Singto dan Pha bisa dibilang sempurna dan bahagia. Namun, sejak si kembar Seung Hee and Seung Gie bisa berlari, hidup Singto bagaikan neraka dibuatnya. Selain menghancurkan perabot, melompat di sofa, ranjang, membanjiri kamar mandi, dan mereka bahkan memanjat balkon dan hampir membuat ibu Pha mendapat serangan jantung.

Singto dan Pha bahkan tidak punya kesempatan untuk berduaan di kamar, karena kedua setan kecil itu selalu memaksa untuk tidur di kamar bersama mereka.

Tengah malam...

Pha terbangun karena mencium bau yang tidak enak, berasal dari popok si kembar yang mengarahkan bokong tepat di depan hidungnya, iapun bangun dan mengatur posisi si kecil.

Tidak lama Singto juga terbangun oleh gerakan kasur yang dibuat oleh Pha dan mencoba membuka kelopak matanya yang terasa berat.

"Sudah pagi?" tanyanya pada pria itu.

"Aw, maaf membangunkanmu..." ujar Pha sambil turun perlahan dari ranjang dan ingin ke toilet.

Singto mengucek matanya dan menyalakan lampu di sebelahnya dan mengecek jam lalu memeriksa si kembar dan mendapati Seung Gie ngompol, ia pun bangun dan mengganti popoknya.

Setelah kembali dari toilet, tiba- tiba saja Pha memeluk Singto dari belakang dan mengagetkannya.

"Sayang, kau merindukan ku?" bisiknya di telinga pria itu mesra, lalu mengulum daun telinganya untuk menggodanya.

Singto menarik nafas dalam dan langsung mengerti apa yang ia inginkan, namun ia sedang sibuk dan mendorong Pha pelan.

"Tunggu sebentar!" pinta Singto sambil melepaskan celana dan popok si kecil.

Pha tidak ingin melepaskannya, ia mempererat pelukannya sambil mengendus dan menciumi leher pria itu dengan penuh nafsu.

Singto merasa geli dan kembali mendorongnya. "Ambilkan tissue basah dan popok baru! Bantu aku, biar cepat!" pintanya dan memijat kejantanan Pha untuk menggodanya.

Pha mengeluarkan erangan ringan sebelum melepaskannya dan membantunya agar ia bisa segera menikmati sarapannya.

Setelah selesai, Pha membersihkan popok dan tissue kotor di kasur lalu berbalik menoleh pada Singto.

Pria itu menguap lebar dan menjatuhkan diri di sofa karena kelelahan dan ngantuk.

"Sebaiknya kau melanjutkan tidur, besok kau harus menyiapkan pesta ulang tahun Pa." Pha duduk di sampingnya dan mengarahkan kepala pria itu bersandar di dadanya.

"Seandainya Paman Il Woo masih hidup dan ikut merayakannya bersama kita..." ujar Singto.

Mendengar nama Il Woo, ekspresi di wajah Pha berubah sedih. "Tidak terasa, sudah 8 tahun paman Il Woo meinggalkan kita..." Pha mendesah. "Jika bukan karena Paman Il Woo, mungkin tidak akan ada hari ini..."

Singto menaruh tangannya di dada Pha dan memijatnya lembut.

"Meskipun waktu telah berlalu begitu lama, Pa tidak pernah sehari pun melupakan Paman Il Woo." Tambah Singto. "Tadinya aku berpikir, setelah meninggal, pada akhirnya orang – orang akan melupakan kita, termasuk keluarga..."

"Well, jika aku meninggal kelak, aku berharap tidak ada yang akan mengingatku dan menangis karenaku..." komentar Pha.

Singto segera meletakkan jari di bibirnya untuk menutup mulutnya. "Jangan mengatakan hal itu, kau masih muda dan anak kita masih kecil! Kita masih punya waktu yang panjang untuk menikmati waktu bersama!"

"Apakah kau ingin menambah anak?" goda Pha.

Mendengar itu Singto seraya bangun dan melotototinya. "Semakin hari usiaku semakin bertambah tua karena ulah kedua bocah itu, kau berharap aku cepat mati agar kau bisa menikah lagi?"

(IND - ENG) - Lovely, New Year Gift (END)Where stories live. Discover now