Tay POV
“Aku mengerti… kau sedang mabuk dan tak menyadari apa yang kau lakukan semalam. Aku takkan mempermasalahkan hal itu…”
Yang benar saja, itu kenapa aku menciummu sekarang saat aku sadar. Aku ingin menunjukkannya padamu, keinginanku untuk menciummu malam itu bukan karena aku sedang mabuk.
“Aku tak apa sungguh… Itu hanya sebuah ciuman… Aku bisa mengatasinya… Tapi mungkin jika kau ingin bereksperimen lebih tentang hal ini, aku tak bisa banyak membantumu…”
Kau bisa mengatasinya? Jika bukan karena aku yang memaksa untuk bertemu kau akan mengacuhkanku hingga Festival Songkran karena ciuman itu. Dan kau bilang kau bisa mengatasinya?! Yang benar saja.
Dan kemudian kau mau melemparkanku kepada orang lain, namun kau bahkan mungkin tak sadar bagaimana wajahmu saat kau mengatakannya. Kau terlihat seperti baru saja meminum sesloki air jeruk nipis.
“Well… Aku tak pernah melihatmu tertarik pada wanita sebelumnya… Jadi mungkin kau harus mempertimbangkan opsi lain.”
Aku tak pernah memiliki opsi lain jika sudah berhubungan denganmu New. Tak ada pilihan untukku.
Aku tak mengerti apa yang salah. New membalas ciumanku, baik itu semalam dan juga beberapa saat yang lalu. Tapi dari yang aku tahu, dia begitu bersemangat untuk melemparku ke pangkuan sosok imajiner yang dia yakini akan dengan senang hati menjadi objek eksperimenku.
Aku masih menatap ke arah jendela kamarnya di lantai 2, seharusnya dia sudah masuk ke dalam kamarnya, namun sampai saat ini lampu di kamarnya tidak menyala. Aku sempat berpikir untuk turun dan masuk ke dalam untuk berbicara dengan New, namun kemudian aku memutuskan aku harus memberi kami berdua waktu untuk berpikir.
Aku harus berpikir apa yang akan aku lakukan menyangkut New dan perasaan aneh yang berhasil dibangkitkan olehnya.
Tak memiliki hasrat untuk minum atau bersosialisasi setelah kejadian malam ini, akupun memutuskan untuk pulang ke condo dan menelpon Off sambil menyetir.
“Hei Tay… Apa kau akan datang ke bar malam ini?” tanyanya,
“Entahlah Off... Aku sedang tidak ingin ke bar atau minum-minum malam ini…” jawabku,
“Kau terdengar… Lelah… Si hyperactive Tay?? Lelah?? Padahal malam masih sangat muda? Yang benar saja kawan…”
“New membuatku lelah kawan…” keluhku, kemudian hening sejenak,
“Kau butuh bicara? Aku dan Gun sedang di daerah condomu, kami bisa mampir jika kau membutuhkanku…”
“Gun takkan keberatan?” tanyaku, kemudian suara kekanak-kanakan Gun muncul di latar belakang,
“Aku tak keberatan Phi… Kami akan kesana… Tunggu kami na…” sahut Gun,
“Thanks Off, Gun!”
New POV
Aku mendengar saat mobilnya menyala dan aku mengintipnya dari jendela kamarku yang gelap, memastikan dia benar-benar pergi sebelum akhirnya menyalakan lampu kamar.
Aku menatap diriku di cermin kamar mandi dan aku bisa melihat penampilanku sekacau pikiran dan hatiku. Bibirku bengkak, mataku sedikit berair dan ada jejak air mata di pipiku.
Astaga… aku seorang pria dan kenapa aku harus menangis karena sebuah ciuman.
Aku merasa kewalahan dengan perasaanku sendiri, seperti sebuah gelas penuh yang terus diisi dengan air dan meluap keluar. Intensitas perasaan ini membuatku ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You Since... Always (TayXNew)
FanfictionApa yang terjadi antara Tay dan New? Mereka bersahabat bertahun-tahun, namun kini menjadi sahabat saja tak lagi cukup bagi mereka. Apa yang lebih dari sahabat? Teman tapi mesra? Friend with benefit?