Tay POV
Aku segera mencium bibirnya dan kembali menggerayangi tubuhnya dengan kedua tanganku. Setelah puas mengecap bibirnya dan mengeksplore mulut New dengan bibir dan lidahku, aku pun merayap turun, menyerang kedua putingnya.
Aku menghisap dan menjilati puting kanan dan kirinya bergantian. Memelintir dan mencubitnya sampai New menggelinjang di bawahku dan tangannya meremas rambutku dengan gemas.
Semakin turun menuju perut kerasnya dan semakin ke bawah. Aku kemudian menggenggam penisnya di tanganku dan mulai membelai dan meremas penisnya yang sudah kembali tegak karena rangsangan. Walau dia menolak dan memprotes namun dia tetap saja terangsang karenaku.
Aku tersenyum menggoda padanya sebelum kemudian memasukkan penisnya ke dalam mulut. Lidahku menggoda batang dan kepala penis New di dalam mulutku. Aku mneghisap dan menjilat penisnya dengan rakus, membuat lenguhan New kembali terdengar, pinggulnya terangkat membuat penisnya semakin terbenam.
New POV
“Aaahhh… Tay… Kau akan terlambat…” desahnya,
“Tidak jika aku bisa membuatmu keluar dengan cepat… Jadi berkonsentrasi lah Newwie… Atau kau akan membuatku terlambat!” sahutku,
“Aaaargh….”
Aku hanya bisa mendesah keras saat dia memijat kedua bolaku dan menghisap penisku dengan keras, sambil menggerakkan kepalanya naik turun di batang penisku, “Umph…”
“Nnnhhh… Tay… Ah Tay…”
Aku yakin rambutnya sudah acak-acakan tidak karuan karena kedua tanganku meremas dan menjambak rambutnya dengan gemas demi merasakan kulumannya.
Tak seberapa lama aku bisa merasakan ejakulasiku yang hampir datang dan aku pun menggoyangkan pinggulku lebih keras, mengangkatnya dari atas ranjang, menemui mulut Tay yang terus menggodaku. Kakiku naik membelit bahunya kencang, mengunci Tay di antara kedua pahaku dan tanganku membenamkan wajahnya disana. Tubuhku mengejang kaku saat gelombang climaxku mendera seluruh indera, penisku berkedut sekali lagi. Kali ini di dalam mulut Tay.
Bisa kurasakan spermaku menyemprot kencang ke langit-langit mulutnya. Aku tak lagi dapat menahan teriakan dan isakan pelanku saat kenikmatan itu menyapu kesadaranku. Tanganku masih mencengkeram rambutnya dan menggerakkan kepalanya sedikit maju mundur, memohon agar dia mengisap semua sisa sperma dalam tubuhku, bahkan mungkin menghisap jiwaku pergi bersamanya.
Saat aku melepas belitan kaki dan cengkeraman tanganku di rambutnya, Tay pun bangkit dan merebahkan kepalanya di perutku. Menempelkan penisnya yang sudah kembali tegak karena memberiku oral ke permukaan pahaku.
“Urgh Taaaaayyyy…” protesku sambil menggerakkan kakiku, mencoba memindahkan pahaku dari bawah tubuhnya,
“Arghhh…” desahnya pelan dan semakin merapatkan penisnya pada kakiku,
“Kamu mengeras lagi…” protesku,
“I know… Biarkan saja! Aku tahu kamu lelah…” sahutnya sambil mencium perutku sedikit diatas pusar, “Aku akan mandi air dingin dan segera berangkat ke gathering…”
Tay bangkit dari ranjang, namun aku menahan tangannya dan menariknya jatuh kembali di atas tubuhku. Aku bisa melihat bagaimana dia menahan diri. Mana mungkin aku tega membiarkannya mandi air dingin dan menekan hasratnya, padahal dia begitu banyak memberiku kenikmatan?!
“Masukkan lagi Tay!” bisikku di telinganya dan kemudian mengigiti cuping telinganya dengan lembut,
“Tapi kau…”
“Tay…” kataku sambil menyerahkan satu bungkus kondom lagi di tangannya dan kembali mencium bibirnya dengan ganas.
Aku melebarkan kedua kakiku untuk Tay dan dengan segera dia pun membenamkan kembali penisnya ke dalam tubuhku. Kembali bergerak dengan cepat, mengejar kenikmatan bagi kami berdua.
Pahaku melingkari pinggangnya dan mengait di atas pinggulnya, membuat Tay lebih leluasa bergerak menghajar lubangku. Saat dia menyerangku begitu ganasnya, mau tak mau terlintas dalam benakku betapa aku mneyukai ini… Menikmati saat Tay bergerak di atas tubuhku. Keluar masuk lubangku yang kini terasa panas dan hampir mati rasa. Aku terpesona melihat bagaimana wajahnya tersapu gelombang ekstasi. Semua itu karenaku.
Gelombang posesif menghantam kesadaranku saat Tay meraung meraih puncak kenikmatannya dengan kepala terlempar ke belakang dan penisnya terbenam sepenuhnya di dalam tubuhku. Tubuh Tay yang basah karena keringat jatuh ke atas tubuhku dengan lemas.
Aku langsung meraupnya dalam pelukanku dan membiarkannya berbaring di atas tubuhku. Beban tubuhnya yang menghimpitku lebih terasa nyaman dan menenangkan. Napasnya memburu dan berderu di samping wajahku.
“Kau luar biasa New…” bisiknya sambil mencium pipiku, “Biarkan aku begini sejenak, na… Aku sangat lelah!”
“Kau terlambat…” sahutku pelan,
“Biarkan aku terlambat lebih lama… Taka da bedanya terlambat 5 menit dan 30 menit!” sahutnya sambil terkekeh.
Pada akhirnya, Tay terlambat hampir satu jam. Dia sempat tertidur sebentar sebelum aku membangunkannya dan memintanya untuk mandi air hangat sebelum bersiap untuk mengikuti gathering.
Kini aku berbaring di ranjangku yang dalam keadaan kacau dan dengan tubuh yang terpuaskan. Nyeri tumpul kurasakan di pantat dan pinggangku, namun aku merasa tubuhku sangat rileks dan menghangat karena aktivitas seks panas yang baru saja kualami.
Mungkin aku akan meminta room service untuk mengantar makan siang lebih awal dan jasa house keeping untuk membersihkan kamar sebelum Tay kembali. Apa aku terlalu banyak menuntut jika meminta mereka untuk membelikanku lube dan kondom lagi? Pikirku saat melihat tumpukan kondom yang sudah menipis.
Ini masih hari Sabtu dan kami masih akan tinggal di sini sampai besok siang, sedangkan stok kondom yang diberikan Nammon sudah berkurang banyak. Sepertinya kami harus lebih berhemat malam ini. Pikirku sambil mendesah frustasi.
Aku tak tahu jika aku se-hyper ini. Aku sudah mengalami 3 kali ejakulasi di jam segini dan masih menginginkannya lagi. Tay merubahku menjadi seseorang yang haus seks, dan lagi aku adalah bottom.
Setelah beberapa kali seks aku menyadari aku menikmati posisiku, aku tak terpikir untuk berganti posisi sama sekali sejak semalam hingga pagi ini. Aku benar-benar kacau…

KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You Since... Always (TayXNew)
FanfictionApa yang terjadi antara Tay dan New? Mereka bersahabat bertahun-tahun, namun kini menjadi sahabat saja tak lagi cukup bagi mereka. Apa yang lebih dari sahabat? Teman tapi mesra? Friend with benefit?