New POV
Sejak aku keluar dari kamar mandi hingga sekarang saat kami duduk bersebrangan untuk makan malam, Tay bersikeras untuk diam, tak bersuara sama sekali.
Dia menyodorkan piring berisi sop sayur yang masih panas dan sepiring nasi goreng ke hadapanku dan menyuruhku makan tanpa bicara sepatah katapun.
Tidak sulit untuk menebak suasana hatinya. Jelas dia sedang marah. Aku masih belum menanyakan bagaimana dia bisa tahu aku ada disini. Setahuku, hanya P’Bern dan P’Jenny yang memiliki info keberadaanku dan tak mungkin mereka memberikan informasi itu pada Tay. Karena sampai saat ini kami bahkan belum mengatakan hubungan kami pada P’Jenny.
Setelah selesai makan, Tay berdiri dan menumpuk piring kotor bekas makan kami dan mengeluarkannya dari kamar. Meletakkannya di depan pintu untuk diambil oleh staf hotel. Bahkan setelah itu dia hanya berjalan ke arah sofa dan duduk menghadapi tv yang tak dia nyalakan.
Menghembuskan napas frustasi aku pun berjalan kesana dan duduk menyamping di pangkuan Tay, lalu memeluk tubuhnya.
“Maaf Tay… Maafkan aku na…” kataku sambil menyandarkan daguku di bahunya,
“Apa yang harus aku maafkan darimu? Apa kau melakukan sebuah kesalahan?” tanyanya dingin, kontras dengan apa yang telah dia lakukan untukku beberapa jam terakhir,
“Tay jaaaa… Jangan begitu naaa…. Kau tahu aku sedang ada dalam masalah berat!” rayuku lirih,
“Dan kau tidak berpikir untuk memberitahu pacarmu? Atau kau lupa baru seminggu yang lalu kau memintaku untuk menjadi kekasihmu?!” sahutnya ketus,
“Kau yang memintaku untuk menjadi kekasihmu…” kataku sedikit menjauh dari dadanya dan memukulnya pelan,
“Tapi kau yang menyusulku ke Chumphon!” jawabnya sambil menatapku tanpa ekspresi,“Iya kau benar… Dan tidak, aku tidak lupa kalau aku sudah memiliki pacar!” sahutku pelan, mencoba menenangkan kemarahannya, “Semuanya terjadi begitu cepat! Maafkan aku na Tay…”
Dia menyisirkan jemari di rambutnya yang mulai panjang. Menatapku frustasi. Tak lagi bisa mempertahankan raut wajah dinginnya.
“Newwie… Tidak ada lain kali okey?! Kau bisa mengandalkanku, seperti aku tahu aku bisa mengandalkanmu…” sahutnya,
“Tak ada lain kali. Aku berjanji!” sahutku sambil kembali memeluknya erat.
Aku telah hidup bertahun-tahun dan harus bergantung pada diriku sendiri. Aku harus kuat demi aku dan Mae, tak ada yang bisa kuandalkan selain kami berdua. Sekilas aku lupa bahwa Tay praktis telah mengikatkan hidupnya pada hidupku dan Mae saat dia meminta restu pada Mae.
Kebiasaan lama memang susah dihilangkan. Mungkin aku tidak perlu berlagak sok kuat dan menanggung semua sendiri seperti dulu. Dan aku harus membiasakan diri untuk sekali-sekali bergantung pada pria ini.
“Aku turut sedih kau harus melalui ini semua…” bisiknya di telingaku, kemudian mencium pipiku lembut,
“Kau tidak bertanya apa aku benar-benar meminta Earth untuk melakukan itu?” tanyaku,
“New… Aku tahu dirimu… Kau tidak perlu melakukan itu untuk mendapatkan project. Kau adalah aktor yang baik, kau berbakat dan juga pekerja keras. Dan aku yakin diantara fansmu masih banyak yang percaya akan kemampuanmu…” sahutnya meyakinkanku.
Aku harus berjuang menahan air mataku mendengar kepercayaan absolut di dalam suaranya, bahkan ketika aku meragukan diriku sendiri.
“Aku merasa aku akan kehilangan banyak fansku karena masalah ini Tay…" gumamku,
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You Since... Always (TayXNew)
FanfictionApa yang terjadi antara Tay dan New? Mereka bersahabat bertahun-tahun, namun kini menjadi sahabat saja tak lagi cukup bagi mereka. Apa yang lebih dari sahabat? Teman tapi mesra? Friend with benefit?