Chapter 6

5K 381 5
                                    

Tay POV

Pagi itu aku memutuskan untuk mencoba keberuntunganku. Dari 2 ciuman kami, aku yakin New tidak membenciku, dia cukup menyukaiku untuk menikmati 2 ciuman kami. Aku menyukainya, aku tertarik padanya dan bahkan jika dia seorang pria, aku menginginkannya.

Aku hanya ingin dia mengakui rasa ketertarikan yang ada di antara kami dan mengijinkanku untuk mengenali perasaan ini lebih jauh.

Aku berkata jujur saat mengatakan pada Off semalam bahwa aku tak tahu apa yang kurasakan pada New. Ini adalah hal yang baru untukku. Aku tidak pernah benar-benar mencintai seseorang, pria ataupun wanita. Aku dekat dengan beberapa orang tapi tidak secara romantis, paling tidak itu yang aku tahu.

Apa yang aku tahu tentang cinta dan hubungan romantis hanya berasal dari cerita orang lain. Bukan pengalamanku sendiri. Benar apa kata New apa yang bisa dia harapkan dari seseorang yang hidup jomblo dan single hampir di sepanjang hidupnya?
Aku tak bisa memberi nasehat percintaan, aku tak bisa mengenali cinta bahkan jika itu dilemparkan tepat di depan wajahku. Hal yang paling mendekati cinta yang aku tahu adalah New.

Gun bilang dia selalu bahagia jika dia bertemu Off. Aku juga selalu bahagia jika bertemu New, kami saling bercanda dan menggoda satu sama lain hingga tak sempat merasa sedih.

Krist bilang dia tak bisa membayangkan hidup tanpa Singto. Aku juga berpikir begitu. New adalah sahabat terdekatku, dia selalu ada di sepanjang hidupku dan aku tak bisa membayangkan jika suatu hari aku terbangun dalam dunia tanpa New, tanpa sahabat baikku.

Singto bilang, Krist melengkapi dunianya. New melengkapi duniaku, dia seperti sisi bertolak belakang bagiku, namun kami tepat untuk satu sama lain. Aku melengkapi dunianya sama seperti dia melengkapiku.

Off bilang Gun adalah hal terbaik yang terjadi pada dirinya. New juga hal terbaik dalam hidupku. Dia ada di sampingku saat Ibuku tiada dan menghiburku, aku tak bisa tak menghargai apa yang dia lakukan selama ini untuk diriku.

Jika dilihat begini... Apa yang sahabatku rasakan dengan cinta dalam hidupnya, juga aku rasakan pada New, tapi aku tak yakin jika ini benar cinta. Dan aku tak tahu dimana aku bisa mencari jawabannya kecuali dalam diri kami.

Ibu New datang membukakan pintu rumahnya saat aku membunyikan bel rumah pagi-pagi. Dia nampak terkejut namun dengan senyum ramah dan pengertian dia mempersilahkan aku masuk.

"Sawadee Mae..." sapaku,

"Sawadee Tay... Masuklah! Kenapa kau bangun pagi-pagi sekali? Ada janji dengan New?" tanya sambil mendahuluiku masuk ke dalam rumah,

"Tidak Mae... Aku hanya..."

Sejenak aku hanya bisa berdiri disana, bingung harus berkata apa pada Ibu New. Wanita yang paling mendekati sosok ibu di dalam hidupku selama bertahun-tahun.

"Kau mau membantu Mae menyiapkan sarapan?" tanyanya kemudian,

"Pancake dan madu?"

"Kau mau sarapan itu?" tanyanya sambil tertawa,

"Uhm... Aku kangen pancake buatanmu Mae..." sahutku lagi,

"Aw... Kenapa kau tiba-tiba begitu manja?" tanya Mae dengan ekspresi penuh curiga, namun kemudian dia tersenyum dan memelukku, "Pancake dan madu kalau begitu! Ayo bantu Mae!"

Aku kehilangan Ibuku di saat aku masih remaja. Masa itu adalah masa-masa terberat hidupku. Aku sering membolos sekolah karena ingin menemani Mae di rumah sakit.

Saat itu New adalah ketua kelas, dia sering datang berkunjung ke rumah sakit untuk memberikan salinan catatan atau pekerjaan rumah. Awalnya dia melakukannya sebagai bagian dari tugasnya.

Loving You Since... Always (TayXNew)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang