30. Rumah sakit 2

3.2K 176 17
                                    

"Pernikahan bukankah akhir dari kisah cinta, namun pernikahan adalah awal dari perjuangan dua hati yang disatukan oleh cinta"

Ketika Hati Berucap

####

Aisyah berjalan dengan tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit, hatinya begitu sesak mengetahui kabar yang baru saja masuk ditelinganya. Mendengar berita kecelakaan sang suami membuat Aisyah harus menelan pil pahit untuk kesekian kalinya.

Ia berlarian hingga berhenti didepan ruangan UGD tempat dimana Rivan masih dalam proses penanganan. Tepat dibelakangnya ada Maryam dan Edward juga dengan Adnan yang baru juga sampai.

"Sabar ya, Nak. Semoga Allah memberikan kekuatan agar Rivan segera sadar!" Maryam memegang sebelah pundak Aisyah.
Aisyah tersenyum hambat, "Iya, Bunda. Makasih."

"Tenangkan dirimu, Nak. Buya percaya Rivan akan baik-baik saja. Dia itu anak Buya yang kuat!" Edward mencoba menyemangati menantunya. Sungguh iapun merasa begitu sedih mengetahui insiden yang menimpa anaknya.

"Isyah khawatir, Buya hiks ...!"

Maryam lalu membawa Aisyah dalam pelukannya. "Kamu harus tenang, Nak. Ingat kamu sedang hamil sekarang," Maryam sudah tau tentang kehamilan Aisyah. Sebab ia diberi tahu oleh Rivan sehari setelah mengetahui bahwa istrinya sudah hamil.

Adnan terdiam, lelaki itu masih menelaah perkataan Mamanya, Aisyah hamil saat ini, itu menandakan bahwa penantiannya sama sekali tidak berarti apa-apa, selain kepahitan.

Selang beberapa menit kemudian, pintu ruang UGD terbuka yang menapaki seorang wanita paruh baya dengan jas putih kebesarannya.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Edward pada dokter tersebut.
Dokter paruh baya itu membuka kaca mata beningnya lalu berkata,"Untuk saat ini kondisi pasien sudah membaik, tapi saat ini pasien belum bisa dijenguk untuk sementara waktu karena kondisi pasien benar-benar lemah"

"Terus kapan saya bisa lihat suami saya, Dok?" tanya Aisyah pada dokter itu, Adnan menatap Aisyah sekilas. Lalu kembali membuang wajahnya.

"Kalian bisa menjenguknya besok, untuk hari ini biarkan pasien untuk istirahat dulu, kalau begitu saya permisi, assalamu'alaikum!" Dokter itu pun berlalu menjauh.

"Waalaikumsalam" balas Maryam dan Edward bersamaan.

"Terima kasih ya Allah, setidaknya Mas Rivan tidak meninggalkan Aisyah saat ini, semoga Mas Rivan segera sembuh"

****

Terik matahari tepat berada di atas kepala wanita berkhimar cokelat itu, sudah setengah jam ia berada di kawasan rumah sakit setelah mengetahui keadaan suaminya, namun entah apa yang menahannya hingga belum juga pulang kerumahnya.

Aisyah masih terduduk diatas bangku panjang yang berada di taman rumah sakit, ia begitu lelah hari ini, bahkan hatinyapun lelah menerimanya. Ia mengetahui jika Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya, tetapi hatinya ini lelah menerima semuanya. Mungkin inilah salah satu pelajaran untuknya kalau pernikahan bukanlah akhir dari kisah cinta, namun pernikahan adalah awal dari sebuah perjuangan dua hati yang disatukan oleh cinta.

Aisyah kembali menitikan airmatanya. Sulit ia menahan air mata ini untuk tidak terjatuh, namun semakin ia menahan itu akan membuatnya semakin terjatuh didalam palung yang ia buat sendiri.

"Apa kau akan terus menangis seperti ini?" suara buriton sepertinya berasal dari belakang Aisyah. Aisyah sudah mengetahui siapa orang dibelakangnya, namun ia enggan untuk menoleh.

RSS[1]: Ketika Hati Berucap [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang