14. Hospital

3.8K 173 1
                                    


####


Tubuh mungil seorang wanita tengah berbaring di atas sebuah ranjang beroda bersimbah darah, dengan dua orang suster wanita dan satu pria berjas yang ikut mendorongnya menuju ruang UGD. Rivan menatap wajah istrinya yang penuh akan darah.

“Aisyah!”

Saat mereka sudah memasuki ruang UGD, satu suster menahan tubuh Rivan agar tidak ikut masuk.

Sorry, Sir. But you can’t enter in this room!”  ujar suster itu dengan sopan.

“Aisyah!” lirih Rivan.

Tiga puluh menit mungkin cepat untuk seorang Rivan menyelesaikan meeting penting. Namun, untuk menunggu kabar istrinya, rasanya tiga puluh menit itu sudah teramat lama. Rivan masih terduduk diam di atas kursi tunggu depan ruang UGD. Ia khawatir, istrinya kini berada dalam bahaya karena kelalaiannya.

“Ini semua salahku!” lirihnya kembali.

Ia merasa gagal menjadi seorang suami yang harusnya menjaga dan bisa membuat Aisyah bahagia. Rivan merasa malu pada dirinya sendiri, ia pun menjatuhkan jas hitamnya ke lantai. Membiarkan sehelai kain kemeja yang menutupi badan atletisnya.

Sesuatu bergetar di balik saku kemejanya menandakan ada seseorang yang telah meneleponnya. Segera Rivan mengangkat telepon dari sepupu dan juga sahabatnya itu.

“Hallo,Van lo udah ketemu belum ama istri lo?”

“Aisyah masuk rumah sakit. Dia ditabrak mobil.”

“What! Gue ke situ!”

Setelah mengatakan itu Joshua langsung memutuskan telepon sepihak. Rivan menyapu wajahnya kasar, ia frustrasi. Mengapa semuanya menjadi seperti ini. Pintu UGD terbuka menampakkan seorang dokter dengan raut wajah yang begitu susah untuk ditebak.

How’s my wife doing, Doc?!” tanyanya pada wanita berjas putih itu.

Sorry, Sir. Your wife is still in critical condition and dying.” Mendengar itu langsung membuat Rivan terkejut.

What do you mean my wife is in critical condition!!” Rivan memegang kedua pundak dokter tersebut dengan kuat. Membuat dokter itu merintis kesakitan.

Sorry, Mister. But the mister’s wife is still in a coma.” Perlahan tangan kekar yang memegang kuat pundak dokter itu pun perlahan melemah. Rivan mundur perlahan dengan mata yang memerah menahan emosi yang sudah tak terbendung.

Severe bleeding in the head is making matters worse, Sir. Sorry but your wife is currently in a coma.” Mendengar pernyataan itu Rivan terkejut.

What?!” Bahkan kini ia tidak tau harus mengatakan apa lagi. Istrinya kini di ambang kematian, dan itu semua adalah salahnya.

Mister?”

Aisyah! I have to meet her!” Tanpa aba-aba Rivan langsung menerobos masuk membuat Dokter itu sedikit berdecak kesal.

“Aisyah ... Aisyah!” Ia mengedarkan pandangan pada ruangan berbau obat itu, dilihatnya wanita dengan wajah pucat setia dengan menutup kedua matanya. Dengan selang infus pada tangan kanannya, alat bantu bernafas bak masker transparan yang menutupi mulut dan hidung Aisyah.
Rivan perlahan mendekat, kemudian duduk di atas kursi yang telah disiapkan tepat di samping ranjang di mana Aisyah berbaring.

“Maafkan saya, Aisyah! Saya suami yang buruk untukmu.”

Katakanlah sekarang Rivan telah kehilangan akal, yang mengajak orang yang sedang koma berbicara. Namun, apa daya. Saat ini di pikirannya hanyalah Aisyah dan Aisyah. Mereka baru saja menikah dan Aisyah harus mengalami koma.

“Apa kau ingat, sejak pertama kita bertemu, saat itu kau membentak saya hanya karena saya menolongmu.  Entah mengapa pertemuan tak terduga itu selalu berbekas di ingatan saya. Kaulah wanita pertama dan satu-satunya wanita yang telah berani membentak saya. Bahkan saya sampai menyebutmu perempuan aneh. Namun, ternyata skenario takdir benar-benar mengejutkan, saya bisa melihatmu lagi bahkan di depan ayahmu mengucap ijab kabul.” Jeda sekejap Rivan kembali menatap lekat seorang wanita yang berada di depannya.

“Selama ini saya rasa, saya sudah mengerti tentang satu hal. Saya merasa sudah tau semua tentang hubungan yang berawal dengan perjodohan ini ....” Mata Rivan perlahan kembali memerah, suatu genangan kecil terbentuk pada kelopak matanya, ia mendekatkan wajahnya pada wajah pucat Aisyah.

“Saya mencintaimu, perempuan aneh.” Dengan air mata diiringi dengan sebuah kecupan yang mendarat di dahi Aisyah, air matanya menetes dari iris mata Rivan mengenai pipi Aisyah.

Setelah Rivan keluar dari ruangan UGD, alangkah terkejutnya Ia saat melihat Joshua dan dan Mama Linda yang tengah duduk dengan wajah cemasnya.



Bersambung.....

[TERUS JADIKAN AL-QUR'AN SEBAGAI BACAAN YANG UTAMA YAA]

😊😊😊😊

RSS[1]: Ketika Hati Berucap [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang