"Aisyah ada karena Rivan, dan Rivan ada karena cinta Aisyah"
~Ketika Hati Berucap~
####
Maryam tersenyum haru melihat keadaan Aisyah yang baik-baik saja, menantu kesayangannya itu memang wanita yang kuat, di umur yang hampir 20 tahun ia sudah bisa mengurus rumah tangganya sendiri, bahkan sekarang ia sudah berbadan dua, sungguh ini adalah rezeki terindah yang Allah berikan padanya bukan padanya saja, namun pada keluarganya.
Ia lalu memeluk tubuh menantunya itu, tepat di depan pintu ruang rawat Rivan. Ingin sekali Aisyah menangis, namun ia berusaha untuk menahannya, sebab ia khawatir bagaimana kalau Bunda mengetahui kalau keadaan Rivan.
"Kamu nggak papa'kan, Sayang?" tanya Maryam sambil mengelus kepala Aisyah yang tertutupi khimar.
Aisyah mengangguk dengan senyuman tipisnya.Sebelumnya Maryam telah meminta izin pada dokter untuk menemui Rivan, namun Aisyah masih enggan memasuki ruangan ini. Ia akui ia merindukan sosok suaminya, tetapi ia takut. Ia takut hal itu akan terulang kembali dan akan membuatnya kembali tersakiti.
Yusuf mengetahui kekhawatiran adiknya, iapun memegang sebelah pundak Aisyah berharap ini akan membuat Aisyah tenang. Aisyah menatap Yusuf, "Kamu bisa, Dek!" sahutnya yang lebih seperti bisikan, membuat Aisyah tersenyum lalu mengangguk pelan.
"Yaudah atuh, ayo kita masuk!" dengan tuntunan Maryam, Aisyah pun memasuki ruangan dimana Rivan di rawat. Diikuti oleh Yusuf dan Nisa dari belakang.
"Assalamualaikum, Nak"
"Waalaikumsalam, Bunda!" Rivan tersenyum manis pada Maryam. Namun senyumnya langsung menghilang saat ia melihat seseorang disamping Bundanya. Hanya sekedar melihat dengan diam tanpa berniat untuk melontarkan sepatah katapun. Tentu itu membuat hati Aisyah kembali sesak.
"Kamu nggak mau nyapa istri kamu, Van?" Tanya Maryam.
"Ini beneran istri Rivan?! Bukannya aku belum menikah?" pernyataan ini membuat Maryam membulatkan matanya, "Apa maksudmu, Rivan!" Maryam menatap tajam anaknya.
"Rivan nggak ingat siapa dia!" satu lirikan singkat yang Rivan tujukan pada Aisyah saat menyebutkan kata 'dia'.
Maryam berbalik menatap Aisyah yang sedang tertunduk. Ia menghela nafas dalam lalu menghembuskan perlahan, "Isyah, lain kali kalau kamu punya masalah jangan sungkan-sungkan buat beri tau Bunda!" Aisyah mengangguk pelan.Tak sengaja penglihatan keduanya saling terkunci, Aisyah menatap Rivan lekat walau mata itu menyiratkan kesedihan. Jika saja Rivan mengerti sudah sejak tadi ia akan memeluk wanita itu. Namun Rivan sekarang tentu berbeda, ia hanya membalas tatapan itu dengan tatapan tajam. Jujur saja hati Rivan selalu terasa aneh bila berada di dekat wanita itu. Tapi pikiran itu ia tepis jauh-jauh, "banyak wanita yang indah dilihat dari depan, namun dari belakang begitu buruk. Aku tak akan mau dengan wanita seperti itu, terlebih lagi saat mereka hanya mengincar uang! Dasar. Walau tau begitu mengapa aku masih merasa ragu? Sadarlah Rivan!"
"Bunda, Rivan udah bosan disini, udah bisa pulangkan?"
Maryam mengangguk pelan, lalu membantu Rivan untuk berdiri dari ranjang rumah sakit. Sebenarnya Aisyahpun ingin membantu Rivan, namun apakah Rivan mau? Tentu tidak, untuk menatap saja Rivan sudah membulatkan matanya seakan membencinya.
Tetapi meskipun sikap Rivan seperti itu, Aisyah berusaha untuk mengerti. Rivan seperti inipun karena dia, jika saja ia tak memaksakan kehendaknya untuk memakan mie pangsit, mungkin semua ini tak akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RSS[1]: Ketika Hati Berucap [Tamat]
Spiritual[SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS] #Highrank 1 in Aisyah - 3 September 2020 #Highrank 1 in Amanah-5Juni 2019 #Rank 8 in Allah-27 April 2020 PLAGIAT SILAHKAN MENJAUH🚷 [SPIRITUAL-ROMANCE] Si gadis remaja yang mencintai seseorang namun sayangnya ia harus...