38. Ketika Hati Berucap [END]

5.3K 205 13
                                    

Aisyah Rivan

"Ketika hatimu telah memilih, maka percayalah bahwa dialah yang dipilih Allah untuk bersamamu, berjalan di sampingmu, menggenggam erat tangamu, dan menggandengmu hingga menuju Jannah-Nya"

Ketika Hati Berucap

####

Jalan terbaik bagi seorang insan adalah menerima takdir yang Allah tentukan dengan keikhlasan. Jika kita menerima dengan senang hati kebahagiaan yang hadir di hidup kita, maka seharusnya kitapun harus menerima dengan lapang dada saat cobaan datang.

Lari dari masalah bukanlah jalan terbaik untuk meraih ridho-Nya, karena Allah tak menyuruh kita untuk berlari, tetapi menyuruh kita untuk menjalaninya dengan penuh kesabaran. Sebab cobaan adalah rezeki yang Allah berikan untuk menjadikan hamba-Nya sebagai sesosok yang lebih baik dan kuat.

Tapi melalui banyaknya cobaan membuat Aisyah sadar tentang arti sebuah pernikahan. Pernikahan bukan sekedar perjanjian menyatukan dua insan yang saling mencintai, pernikahan bukanlah hanya sekedar menjabat tangan penghulu dengan mengucapkan ijab qobul dan dibalas 'sah' oleh orang banyak. Tetapi pernikahan adalah awal dari perjuangan dua hati yang disatukan oleh cinta, untuk berjalan bergandengan tangan menuju Jannah-Nya.

Aisyah menyadari semua itu, dan ia bahagia bisa melewati semua cobaan bersama Rivan. Dan saat ini tidak hanya dirinya, bahkan Abangnyapun ternyata akan datang menyusulnya.
Mereka berdua telah memutuskan untuk berkunjung dirumah Umahnya sehabis asar.

Dan sekarang Aisyah masih berada di toko buku. Karena persediaan novelnya sudah habis ia baca, ia akhirnya pergi membeli sendiri. Mengapa ia tak mengajak suaminya? Tentu Aisyah menolak. Sebab sudah dua hari Rivan tak pergi kekantor, dan Aisyah tidak menyukai itu. Ia adalah direktur utama namun pangkat itu tidak harus di jadikan alasan untuk Rivan bermalas-malasan dirumah. Dan dengan terpaksa Rivan harus mematuhi perintah istri tercintanya itu.

Setelah membayar semua novelnya, Aisyah segera keluar dari toko buku lalu tinggal menunggu taksi untuk mengantarnya pulang.

"Aisyah!" panggil seseorang dari sampingnya.
Spontan Aisyah menoleh, sekilas ia nampak terkejut lalu kemudian ia hanya diam menatap kearah wanita yang berjalan mendekatinya.

"Isyah, kita perlu bicara!"

"Tidak ada yang perlu dibicarakan, permisi." Aisyah pun berjalan meninggalkan Sarah, namun segera Sarah memegang lengannya membuat Aisyah berhenti.

"Please, Syah. Aku cuman butuh waktu sebentar aja buat ngomong ama kamu!" Aisyah menghela pelan, "hhh ... Baiklah."

"Aku minta maaf, Syah. Sungguh ini semua memang kesalahanku. Aku memanfaatkan kekesalan Adnan dan menyuruhnya untuk menabrak Rivan," Aisyah menutup matanya, sungguh hatinya benar-benar sakit mendengar pengakuan Sarah.

"Aku kira kamu masih cinta ama Adnan, dan berusaha mendekati Kakaknya untuk mendapat perhatian Adnan. Dan aku menyesal saat tau kalau ternyata kamu adalah istri Kak Rivan. Ini semua salahku, Syah. Aku minta maaf," Sarah menunduk, ia benar-benar menyesal.

"Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran kamu, Ra. Dulu kamu nyuruh aku jauhi Adnan, padahal kamu tau kalau aku dulu juga suka ama Adnan, tapi aku lakuin. Aku nggak ngebantah. Dan sekarang saat aku udah bahagia bersama Rivan dan melupakan Adnan, kau malah mencelakai suamiku. Apa kau sangat membenciku hingga melakukan semua ini, Ra?!" Sarah menyeka air matanya. Sungguh kala ia mengingat semua perbuatannya pada Aisyah itu membuatnya menyesal bahkan air matanya pun sudah lelah untuk keluar. Karena sebab tau bahwa Rivan adalah suami Aisyah, tak ada seharipun tanpa ia menyesali perbuatannya.

RSS[1]: Ketika Hati Berucap [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang