3. Pembullyan

5.1K 218 6
                                    

Sekitar 10 menit dilalui dengan mode kecanggungan, akhirnya Aisyah bisa menghirup udara dengan segar, saat turun dari mobil Adnan, Aisyah tanpa sadar sedang ditatap dengan mata tidak suka dari berbagai siswa-siswi yang lewat di sekitarnya

"Ada apa dengan mereka?" batin Aisyah.

"Kak, makasih, ya. Udah kasih Isyah tebengan ke sekolah. Kalau gitu Isyah duluan." Aisyahpun berjalan meninggalkan Adnan. Sebelumnya Adnan ingin mencegahnya. Namun, ia lebih memilih untuk mengurungkan niatnya.

Sepanjang koridor, banyak mata yang menatap Aisyah dengan tatapan yang tidak mengenakkan. Hal ini membuat gadis itu sedikit merasa risih. Berusaha tersenyum dengan semua orang dan tidak memedulikan pandangan tidak suka yang ia dapatkan.

"Aisyah!" Gadis itu menoleh kearah sumber suara, dilihatnya gadis berkerudung cantik yang sudah lama ia tunggu-tunggu. Aisyah sedikit mempercepat langkahnya menuju Nisa.

"Syah, bener kabar yang aku denger itu?" tanya Nisa.

Aisyah mengkerutkan kedua alisnya. "Kabar apa, Nis?"

Nisa kemudian menarik tangan Aisyah menuju kelasnya. Tidak ada alasan istimewa, ia hanya tidak suka melihat sahabatnya dipandangi terus menerus oleh orang banyak apalagi pandangan itu ialah pandangan tidak suka.

"Iish. Kabar apa sih, Nis? Kok kamu serius amat?" Tentu saja Aisyah merasa risih dengan sikap Nisa yang sedikit protektif itu.

"Jujur sama aku! Kamu pergi ke sekolah bareng Kak Adnan?" tuntut Nisa dengan tidak sabar.

Aisyah melotot. "K ... kamu tau dari mana?"

"Yaelah, Syah. Semua orang di sekolah udah pada tau kali. Tapi gimana ceritanya? Kok kamu bisa datang ama kak Adnan?" Nisa lalu duduk di atas meja. Mencoba mendengar cerita dari Aisyah.

"Hhmm ceritanya panjang, nanti aja ya aku jelasin." Aisyah meninggalkan Nisa dan berjalan keluar dari kelasnya. Ia kini tahu alasan dari tatapan tidak suka dari siswa-siswa di luar. Jadi hanya karena ia datang bersama Adnan membuat satu sekolah membencinya? Memangnya Adnan itu kakak kelas semacam apa?


Lama Aisyah temenung dengan pikiran yang merajalela. Gadis itu tidak menyadari bahwa beberapa pasang mata kini menatapnya dengan dipenuhi kebencian. Mereka lalu berjalan mendekati Aisyah. Dengan cepat seorang gadis dengan masker yang menutupi wajahnya menarik lengan Aisyah dengan kuat.

"Lepasin, sakit!" Aisyah berusaha meronta, cengkraman dari wanita di depannya benar-benar kuat bahkan berpotensi melukai lengannya. Aisyah masih terus meronta agar bisa bebas dari cengkraman kuat dari gadis bermasker itu. Namun, alih-alih melepaskan justru cengkraman itu semakin kuat.

"Aw!" ringis Aisyah.

Sampailah mereka di ruang gudang lama yang berada jauh dari peradaban sekolah. Wanita itu mendorong tubuh Aisyah hingga sang empu langsung bersandar pada dinding gudang.

"Kak Sarah!" sahut Aisyah ketika melihat gadis yang menariknya membuka maskernya. Aisyah hendak meninggalkan tempat itu. Namun, Sarah dengan sigap menarik kasar lengan baju Aisyah.

"Penguntit kayak lo, datang ke sekolah bareng pacar gue!! Eh asal lo tau, ya! Gue aja pacarnya nggak pernah diantar ke sekolah ama Adnan, nah lo siapa? Tiba-tiba si PENGUNTIT datang dengan wajah sok polosnya, lo kira gue akan tertipu ama wajah ular lo!" Sarah menekankan setiap katanya sambil mendorong-dorong pundak Aisyah dengan telunjuknya.

"M ... maaf, Kak Sarah, tapi ini bukan seperti yang Kakak pikirkan." Aisyah berusaha membela diri. Pundaknya kini terasa sakit didorong seperti tadi. Belum lagi luka yang muncul di lengannya membuat Aisyah tak kuasa menahan isaknya.

"Lo pikir gue bakal percaya ama mulut busuk lo itu?!" Sarah kembali mendorong Aisyahm lalu segera memanggil teman-temannya yang lain. Setelah mendengar panggilan Sarah, lima wanita cantik dengan rambut sebahu muncul dari belakang gudang tua milik sekolah mereka.

"Ra, ini cewek yang lagi deketin pacar lo itu?" Salah satu wanita tersebut mengolok Aisyah dengan tatapan meremehkan.

"Girls lo pada tau kan harus lakuin apa?" tanpa aba-aba satu wanita dari kelimanya memegang tangan kanan Aisyah guna untuk menahannya, lalu diikuti oleh satu wanita lagi yang memegangi tangan kiri Aisyah. Ketiga wanita yang lain langsung berdiri di belakang tubuh Aisyah.

"Ini buat lo yang udah kurang ajar ngerebut pacar gue!!" Bunyi tamparan terasa begitu nyari di telinga Aisyah yang sudah terisak.

****

Nisa kini mengelilingi sekolah demi mencari sahabatnya. Sudah 10 menit ia menunggu Aisyah di dalam kelas. Namun, gadis itu tidak pernah kembali lagi. Ia benar-benar khawatir sekarang, saat ia akan melangkah ke ruang OSIS, terdengar suara seorang wanita yang sedang tertawa penuh kemenangan. Perlahan Nisa mendekat, ia berusaha memelankan suara langkah kakinya ke belakang ruang OSIS.

"A ... Aisyah!" Nisa membekap kedua mulutnya dengan telapak tangan. Air matanya jatuh tanpa izin melihat sahabatnya sedang dianiaya oleh Sarah.

Nisa mengepalkan kedua lengannya. "Ini pasti gara-gara Kak Adnan!


Nisa segera berlari mencari keberadaan kakak kelasnya yang tidak bertanggung jawab itu. Sesampainya ia dikelas XII, Nisa melihat Adnan yang sedang duduk manis dengan mengenakan headset tepat di samping jendela. Mata Nisa memerah akibat tangis.

"Kesalahan apa yang Aisyah perbuat hingga Sarah berani melukai Aisyah, hah?!" tuduh Nisa dengan berapi-api.

"Apa maksudmu?" Adnan dengan apa yang dikatakan Nisa.

"Dasar lelaki pengecut! Sahabat gue hiks ... Aisyah lagi dipukuli ama Kak Sarah hiks ... please ... kalau lo sebenci ini ama Aisyah jangan suruh Kak Sarah yang hukum dia hiks ... Aisyah nggak tau apa-apa!" Tangis Nisa pecah. Membuat Adnan langsung berdiri dari tempatnya. Mata Adnan melebar, tangannya terkepal kuat mendengar aduan dari Nisa.

"Di mana mereka sekarang?!"

"Di gudang tua." Mendengar itu membuat Adnan langsung berlari secepat yang ia bisa menuju ruang gudang tua yang bisa dikatakan cukup jauh dari kelasnya.

Plak!

Sarah melayangkan tamparan di wajah Aisyah untuk kesekian kalinya. Aisyah meringis perih, tangis gadis itu sudah begitu pilu merasakan sakitnya tamparan Sarah.

"Gimana rasanya, Adik kelas tersayangku?" Aisyah masuk terdiam, sungguh ia hampir tak punya tenaga lagi untuk berbicara.

Srek!

Sarah merobek ujung jilbab Aisyah yang kini hanya sampai di sikunya. Aisyah kembali menangis. Jilbab yang diberikan oleh abahnya ini sudah dirobek oleh Sarah.

"Gue paling jijik liat cewe yang jilbabnya terlalu kepanjangan. Cewe ular kayak lo nih gak pantas tau nggak!!" Sarah lalu mencengkram kuat kerah baju Aisyah lalu menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Hentikan." Suara Aisyah mulai melemah, pandangannya perlahan memburam. Bahkan kakinya sudah gemetar tidak kuat menahan bobot tubuhnya.

"Apa? Lo mau lagi? Bilang, dong!" Sarah telah kini tidak memakai tangan, ia mengambil balok kayu yang sejak tadi tergeletak di tanah, dan hendak mendaratkannya pada punggung Aisyah.

"Ucapkan selamat tinggal!"

Seketika Aisyah tumbang ke tanah. Kini gadis itu tidak menangis lagi. Tetapi ia sudah tidak sadarkan diri.


"SARAH!"





Bersambung

Jangan lupa vote dan komentar nya

Jazakallah💓🍉

[TERUS JADIKAN AL-QUR'AN SEBAGAI BACAAN YANG UTAMA]

RSS[1]: Ketika Hati Berucap [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang