11. Kecewa

4.5K 198 7
                                    


####


Hidup baru bagi Aisyah di mulai hari ini, tinggal di negara orang menjadi ajaran baginya untuk bisa menyesuaikan diri dan juga bisa lebih mandiri untuk memulai hidup baru. Ini adalah hari di mana ia akan melanjutkan pendidikan di negara yang baru. L.A adalah negara yang minoritas akan Islam, bahkan mungkin akan susah baginya untuk mampu beradaptasi dengan masyarakat di sini, tapi ia akan tetap berusaha dan bersabar.

"Syah, masih lama belum?"

"Tunggu, Mas. Bentar lagi ini, nggak lama kok!" jawab Aisyah sambil melihat pantulan wajahnya di cermin.

"Bismillah. Semoga hari ini bisa lancar dan aman."

****

Gugup, tentu saja. Ini hari pertamanya untuk melanjutkan pendidikan di salah satu universitas di Los Angeles, hal itu benar-benar membuat jantung gadisnya berdetak kencang. University of California. Kampus dengan luas 419 hektar itu kini menjadi tempat di mana Aisyah akan menimba ilmu. Terletak di pusat kota Los Angeles, California, Amerika Serikat. Dan pada akhirnya impian Aisyah untuk kuliah di luar negeri tercapai.

Gadis itu mengambil jurusan desain dan artistik. Sekarang mereka dalam perjalanan menuju universitas. Aisyah pernah membuka antikel mengenai kampusnya, di penuhi dengan banyak pergaulan dan tentunya berlawanan dengan sikap Aisyah. Namun, inilah yang harus gadis itu lewati.

"Kamu nggak papa, Syah?" Rivan bisa melihat kegugupan sekaligus ketakutan di wajah istrinya itu.

"Aku hanya sedikit gugup, Mas."

"Hmmm ... tenanglah, percaya dengan Allah. Aku percaya kok kamu bisa lewatin." Dengan satu senyuman dari Rivan, seketika itu pula rasa gugup Aisyah berubah menjadi rasa yang nyaman, Ia merasa aman jika berada di dekat suaminya ini.

"Kau selalu bisa membuatku tenang, Mas." Aisyah membatin.

"Sepertinya saya hanya bisa mengantarmu sampai di sini, nanti kalau mau pulang kabari, ya. Biar kamu nggak pulang sendiri." Pesan Rivan pada Aisyah. Membuat sang istri sedikit terkekeh.

"Hehehe Iya, Mas. Siap!" Setelah mengatakannya Aisyah pun mencium punggung tangan Rivan yang dibalas Riva dengan kecupan hangat di dahinya.

"Astaghfirullah astaghfirullah ... tenang Aisyah tenang, nanti ketahuan baper sama Mas Rivan, baru tau!" Aisyah mematung dengan pipi yang sudah memerah padam.

"Ada yang blushing, nih! Baper, yaa?" Melihat Aksi Aisyah yang mematung seperti itu membuat Rivan ingin sekali menjahilinya.

"Iih Mas Rivan, sih. Siapa coba yang baper. Udah, deh Aisyah duluan Assalamualaikum!" Aisyah pun mulai menjauh memasuki kampus itu sedangkan di belakangnya Rivan masih tertawa melihat aksi Aisyah tadi.

"Waalaikumsalam," gumam Rivan sambil terkekeh pelan, kemudian ia pun memasuki mobil dan menjalankannya dengan kecepatan sedang. Tentunya lelaki itu tidak akan semena-mena meninggalkan Aisyah sendiri. Beberapa pengawal ia perintahkan untuk melindungi dan terus mengawasi Aisyah selama belajar di kampus.

****

"Mas Rivan ...," gumam Aisyah sambil menyentuh dahinya dengan tangan kanannya. Mengingat kecupan di dahinya itu berhasil membuat hati Aisyah menghangat. Apakah ini artinya ia mulai mencintai suaminya? Semoga saja.

"Memalukan sekali, pasti Mas Rivan menertawakan aku tadi, iishhh malu ... malu ...." Lagi lagi Ia hanya berbicara kepada dirinya sendiri, sambil memukul mukul pelan kepalanya.

Tanpa sadar Ia telah menabrak seseorang sehingga buku-buku yang di pegang oleh orang tersebut jatuh berhamburan.

"Astaghfirullah! I'm sorry!" ujar Aisyah dengan panik.

"It's okay, don't worry I can handle it," jawab lelaki tersebut.

Pria itu pun mulai memungut semua buku-buku yang berserakan, tentu Aisyah tidak akan diam saja melihat lelaki yang barusan ia tabrak memungut buku-bukunya seorang diri. Tiba pada buku yang terakhir. Saat tangan Aisyah dan tangan lelaki hampir bersentuhan, Aisyah langsung menarik kembali tangannya membiarkan lelaki itu yang memungutnya sendiri. Sehingga membuat alis lelaki itu mengkerut bingung.

"I am really sorry, I didn't mean it all. Sorry!" pinta Aisyah kembali. Ia merasa bersalah dengan pria tersebut, hari pertama di kampus dan dia telah menabrak orang lain. Yang benar saja.

"It's okay, don't mention it. By the way my name is George. So what is your name?" Lelaki yang bernama George tersebut lalu mengukurkan tangannya untuk menyalami Aisyah.

"Aisyah," jawab Aisyah dengan mengatupkan kedua tangannya di depan dada, "Nice to meet you." Setelah mengatakan itu Aisyah pun pergi meninggalkan lelaki itu yang masih dikelilingi kebingungan.

RSS[1]: Ketika Hati Berucap [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang