" Menjadi cinta pertama mungkin menyenangkan, tetapi menjadi cinta terakhir justru lebih menyenangkan"
~lelaki yang pernah menjadi cinta pertamamu
####Hari ini Aisyah memutuskan untuk pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kehamilannya. Menurut perkiraannya kehamilannya ini sudah menginjak 5 minggu. Tetapi ia harus rutin mengecek ke dokter kandungan agar calon bayinya tetap sehat.
Ia sudah meminta izin pada Rivan untuk keluar, namun ia tak memberi tau bahwa ia akan ke rumah sakit. Karena ia tau itu tak akan dipedulikan oleh Rivan. Tadi pagi saja sebelum Rivan berangkat, Aisyah baru bilang bahwa ia ingin keluar. Namun Respon yang Rivan berikan hanyalah tatapan datar dengan kalimat yang menyengat hati, "Pergilah sesukamu, mau pulang atau tidak sama sekali tak ada pengaruhnya untuk saya!"
Kira-kira seperti itulah kalimat Rivan tadi pagi. Namun Aisyah berusaha untuk tak ambil hati.
****
Di ruang kebesarannya, Rivan masih berkutat dengan laptopnya. Namun sekeras apapun keinginanya untuk fokus, ia terus saja teringat pada wanita yang membuatnya marah semalam. Kemana ia akan pergi? Apakah ada seseorang yang akan ia temui? Kalau seperti itu, siapa orang itu?
Berbagai pikiran negatif muncul dibenaknya. Ia tau ini tidak baik, namun sulit baginya untuk berpikir jernih disaat istrinya pergi keluar sendiri.Tunggu, sejak kapan ia mulai khawatir seperti ini pada wanita itu? Dan sejak kapan ia mulai menganggapnya sebagai istrinya? Aahhh... Rivan mengacak rambutnya frustasi.
Sampai suara pintu terbuka, membuat Rivan menghentikan lamunannya.
"Assalamualaikum!"
Rivan tersenyum manis, "waalaikumsalam, Bunda. Apa yang membuat Bunda cantikku ini datang menemui ku, hmmm?" tanyanya dengan tersenyum manis.
"Emang salah kalau seorang Ibu rindu pada anaknya?"
"Bukan seperti itu, Bun!"
"Oh iya, bagaimana hubunganmu dengan Aisyah, Nak?" Maryam lalu duduk diatas sofa yang berada di depan meja Rivan.
Rivan terdiam, ia mengingat pertengkarannya dengan Aisyah semalam. Rivan lalu beranjak dari duduknya dan memilih untuk duduk didekat Maryam.
"Rivan minta maaf ya, Bun. Soal kemarin!"
Maryam menatap anak sulungnya itu dengan kebingungan, "Apa maksud kamu, Nak?"
"Maksud Rivan, Aisyah kemarin pasti maksa Bunda buat masakin opor ayam buat Rivan. Rivan benar-benar minta maaf, Bunda. Rivan janji nggak akan pernah suruh Aisyah buat masak opor ayam lagi!"
Maryam kembali dilanda rasa bingung, "Bunda nggak masakin kamu opor ayam. Nak Isyah juga nggak kerumah kemarin. Kamu ngomong apa sih, Van?"
Rivan terkejut, pasti Aisyah sudah membujuk Bundanya untuk tidak membuka mulut tentang ini. Karena dia tau hal ini akan terjadi. "Nggak usah bohong, Bun. Kan Bunda sendiri yang bilang ama Rivan kalau berbohong itu dilarang oleh Allah!"
"Iya emang Bunda bilang begitu ama Rivan, tapi Bunda juga bilang kalau selalu berprasangka buruk pada seseorang juga akan membuat Allah marah!"
Rivan tertegun, ia kalah telak,mendengar sindiran sang Bunda tentang dirinya.
"Lagian Bunda nggak bohong kok. Emang Nak Isyah nggak kerumah Bunda kemarin. Aisyah juga nggak pernah maksa Bunda untuk buatin kamu opor ayam."
Rivan sungguh terkejut, rasa bersalah lalu menyelimuti dirinya. Entah apa yang Aisyah pikirkan tentangnya disaat Rivan menghinanya semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
RSS[1]: Ketika Hati Berucap [Tamat]
Spiritual[SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS] #Highrank 1 in Aisyah - 3 September 2020 #Highrank 1 in Amanah-5Juni 2019 #Rank 8 in Allah-27 April 2020 PLAGIAT SILAHKAN MENJAUH🚷 [SPIRITUAL-ROMANCE] Si gadis remaja yang mencintai seseorang namun sayangnya ia harus...