21. Sebuah Hadiah Terindah

3.6K 164 4
                                    


Tiga minggu kini telah berlalu, Aisyah selalu dibuat heran dengan perilaku Rivan. Bagaimana tidak, beberapa hari yang lalu suaminya itu selalu terbangun tengah malam dan berakhir muntah-muntah di wastafel, serta untuk pertama kalinya Aisyah melihat suaminya itu benci dengan bau AC di kamarnya. Padalah waktu itu Rivan sendiri yang memilih pengharum ruangan. Sekarang Aisyah kembali terheran melihat suaminya yang dengan lahap memakan kedondong muda dan asam jawa yang masih berwarna hijau.

“Enak, Mas?”

Rivan mengangguk semangat. “Mau makan bareng?”

Aisyah menggeleng sambil tersenyum.“Mas aneh banget, deh akhir-akhir ini”

Rivan menutup mulutnya. Ia kembali merasa mual, disimpannya piring berisi kedondong muda dan asam jawa muda itu. Lalu ia berlari menuju kamar mandi. Ia selalu saja ingin muntah. Namun, yang keluar hanyalah air.

“Mas nggak papa?!” Rivan menggeleng pelan.

“Sebaiknya kita periksa ke dokter!”

Aisyah kemudian membantu Rivan untuk berdiri. “Telpon aja, suruh dokternya ke sini. Kepala saya sakit.” Aisyah mengangguk. Segera ia membawa Rivan menuju kasurnya dan kemudian membaringkannya.

“Bentar Isyah mau telepon dokter dulu!” kata Aisyah yang langsung pergi sedikit menjauh dari Rivan.

****

Setelah memeriksa keadaan Rivan, bukannya memberikan solusi agar suaminya itu kembali baik, kini malahan dia yang di periksa.
“Sering mual?” tanya dokter tersebut. Dia adalah dokter dari Indonesia yang kebetulan bekerja di Los Angeles. Mendengar itu membuat Aisyah menggeleng.

“Enggak, Dok. Tapi yang sering mual itu suami saya.” Dokter wanita paruh baya tersebut mengangguk paham.  Ia melepaskan stetoskop di telinganya.

“Selamat, Nyonya. Anda sedang mengandung.” Aisyah dan Rivan terkejut kala mendengar berita dari dokter.

“B-beneran, Dok?!”

“Tentu, selamat, ya!”

“Tapi, Dok. Mengapa malah saya yang selalu saja muntah-muntah dan mengidam hal-hal yang aneh?” tanya Rivan. Jelas, karena menurut sepengetahuannya biasanya jika wanita yang sedang hamil tentu yang mengidam dan muntah-muntah hanyalah untuk wanita.

“Begini, Pak. Pada umumnya untuk wanita hamil memang wanita itu sendiri yang mengalami gejala-gejala kehamilan seperti sering mual, mengidam, dan juga emosi yang tidak stabil. Tetapi karena ini kehamilan pertama dari Aisyah, maka efek dari gejala kehamilan itu terpindah ke suami. Tetapi ini tidak sering terjadi pada pasangan suami istri lainnya. Konon katanya, di saat istri dalam keadaan hamil pertama, dan gejala kehamilannya justru terpindah pada suami, maka suami itu sangat mencintai istrinya.” tutur dokter paruh baya itu.

Rivan tersenyum, lalu menggenggam erat tangan Aisyah. “Alhamdulillah kalau begitu. Terima kasih atas penjelasannya, Dok!”

Setelah kepergian dokter tersebut, Aisyah tak henti-hentinya tersenyum. Kabar yang ia dengar dari dokter sungguh membuatnya selalu memanjatkan syukur pada Allah Swt. Di dalam perutnya saat ini ada nyawa yang telah Allah titipkan pada mereka.

“Mas sekarang udah jadi calon Papa,” gumam Aisyah terkekeh pelan.
“Dan istri mas yang cantik ini udah jadi calon Mama.”

Aisyah mengusap perutnya yang masih rata itu. “Terima kasih ya Allah!”

****

Setelah sampai di depan rumah besar bertingkat, Aisyah berdiri melihat langit. Bersyukur untuk kesekian kalinya pada Sang Arsy atas anugerah yang telah diberikan padanya. Sampai ia merasakan pelukan hangat dari belakang.

“Makasih, Sayang!” bisiknya tepat di telinga kanan Aisyah.

Dengan sigap digendongnya tubuh mungil istrinya itu layaknya sepasang pengantin baru yang memasuki rumah mereka.

“Mulai saat ini, kamu nggak boleh kecapean! Mengerti?” Aisyah mengangguk.

“Makasih, Mas! Makasih banyak atas semua perhatian yang Mas kasih untuk Isyah.” Aisyah mengalungkan lengannya pada leher Rivan.

“Bukankah yang harusnya berterima kasih itu saya? Sebagai  tanda terima kasih dari saya. Hari ini saya tidak ingin ke Kantor.”

Aisyah melotot. “Lho! Kok gitu?!”
“Apa kau lupa suamimu ini adalah direktur utama perusahaan termaju di Los Angeles? Saya bisa melakukan apa saja yang saya mau. Termasuk dirimu malam ini!”

****

“Huh! They are happily over may misery! You see, don’t call me Candy, if I can’t destroy the life of the bitch who was snatched Rivan from me!” ujar Candy dengan mata tajam layaknya seekor singa yang hendak menerkam mangsanya.

That’s right Candy! And you need to know one more thing.”

What is it?”

“I turned out that Aisyah was pregnant now. I just asked the doctor who just finished examining that girl,” jawab seseorang di samping Candy.

Candy memukul keras permukaan meja yang berada di depannya.

Aargh! I won't stand still! If necessary I will kill anyone who stand in my way with Rivan. Wait a minute, didn't you say that bitch went to the same campus as you?” tanya Candy pada orang tersebut.

“Of course, I also saw him there for the first time.”

“Hahaha great! Aisyah ... Aisyah ... You don't know that right now you are dealing with death!”  kata Candy dengan lantang.

Bersambung...
Jangan lupa vote dan komentar ya

Jazakallah!💓🍉

RSS[1]: Ketika Hati Berucap [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang