"Walaupun sederhana, namun jika ucapan itu berasal dari hati. Maka itu akan menjadi begitu istimewa"
Ketika Hati Berucap
####
Hujan mengguyur kota Jakarta dengan ribuan bahkan milyaran tetesan airnya, cuaca hari ini seakan mengutuk bumi dengan derasnya hujan serta dinginnya hembusan angin. Tidak hanya hari yang buruk bahkan hati wanita cantik berkhimar ini pun hancur lebur, mengetahui badai yang telah menimpa rumah tangganya.Sambil menangis Aisyah berjalan diatas trotoar dengan menenteng bekal makanan yang awalnya ingin di berikan oleh Rivan. "Hiks...Ya Allah huwaa haa ... Hiks ... Apa salah Isyah!" Bak mayat hidup Aisyah berjalan tak tentu arah, ia hanya membiarkan dirinya di terpa derasnya tetesan air hujan yang begitu menyengat kulit.
Ia berhenti melangkah dan menyimpan bekal makanan yang di pegangnya diatas kursi kosong yang berada di pinggir trotoar, tak memperdulikan siapa yang akan mengambil bekal itu, toh pemiliknya tidak menginginkannya lagi jadi untuk apa dipertahankan.
"Ya Allah, apa sebenarnya salah Isyah hiks. Isyah udah jadi istri yang baik buat Mas Rivan, tapi kenapa Mas Rivan seperti ini pada Isyah. Apa salah Isyah ya Allah! Hiks...Umah...haaa hiks...!" Aisyah sungguh terpuruk, sulit baginya untuk menerima kenyataan pahit ini. Mengapa takdir begitu kejam padanya.
Sampai tangis berhenti disaat ia merasa sakit dibagian perutnya, "Aww, Astsghfirullah ya Allah. Perut aku aww!" Aisyah memegangi perutnya yang sakit. Sangat sakit hingga ia jatuh tersungkur diatas trotoar. "Astaghfirullahaladzim, Allahuakbar"
Aisyah terbaring, menahan rasa sakit di perutnya sampai ia sudah tak sadarkan diri.
****
Aisyah mengerjap-ngerjapkan matanya, suasana yang begitu asing baginya saat melihat semuanya berwarna putih. "I-Isyah dimana?" gumamnya dengan suara sedikit serak.
Nisa lalu beranjak dari duduknya lalu mengelus puncak kepala Aisyah, "Kamu di rumah sakit, Syah. Udah, nggak usah banyak gerak entar perut kamu sakit lagi!"
Aisyah seakan ingin menangis melihat kehadiran Nisa, ia langsung memeluk sahabat lamanya itu, "Hiks, jangan tinggalkan aku, Nis. Aku sungguh sendirian sekarang hiks..." Nisa mengkerutkan keningnya walau begitu ia membalas pelukan Aisyah.
"Iya-iya, sekarangkan ada aku disini. Sana juga ada Abang Yusuf tapi kayaknya dia ketiduran" Aisyah lalu melepaskan pelukan pada Nisa, lalu penglihatannya terarah pada sosok lelaki yang sedang tertidur pulas di sofa rumah sakit.
Aisyah tersenyum sambil menyeka air matanya, "Aku takut, Nisa. Mas Rivan... Hiks... Mas Rivan hiks hiks" Aisyah kembali menangis sejadi-jadinya, hal ini tentu semakin membuat Nisa panik, " Iya, Syah. Jangan menangis kasian dedeknya kalau kamu nangis terus. Aku ngerti mungkin rumah tangga kalian lagi ada masalah sekarang, tapi ini bukan saatnya untuk menangis, Syah. Ingat kandungan kamu!" Aisyah terdiam, Nisa kembali mendekap sahabatnya itu.
"Udah ya, Aku sedih setiap kali lihat kamu nangis, Syah. Sebaiknya kalian secepatnya nyelesaiin masalah rumah tangga kalian. Karena nggak baik kalau masalah di biarkan membesar, bukan?" Nisa memperbaiki khimar Aisyah yang sedikit berantakan.
"Bagaimana aku mau nyelesaiin Nis, kalau Mas Rivan saja udah nggak kenal ama istrinya sendiri!" Nisa terkejut, begitu juga Yusuf yang langsung membuka matanya yang sejak tadi tertutup, walau nyawanya belum berkumpul total.
"Apa, Syah?!" Nisa dan Yusuf bersamaan.
Aisyah mengangguk lesu, lalu kembali membaringkan badannya diatas ranjang rumah sakit. Nisa menatap Yusuf sambil mengisyaratkan 'Bagaimana ini bisa terjadi?'
KAMU SEDANG MEMBACA
RSS[1]: Ketika Hati Berucap [Tamat]
Spiritual[SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS] #Highrank 1 in Aisyah - 3 September 2020 #Highrank 1 in Amanah-5Juni 2019 #Rank 8 in Allah-27 April 2020 PLAGIAT SILAHKAN MENJAUH🚷 [SPIRITUAL-ROMANCE] Si gadis remaja yang mencintai seseorang namun sayangnya ia harus...