"Sasa, apa kabar?" sapanya ramah. Mata coklatnya berbinar menatapku. Senyumnya lebar dan sumringah.
"Akhirnya kita bertemu lagi ya, Sa," lanjutnya.Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
Kenapa malah jadi gugup gini sih, Sa?"Berarti kamu yang nanganin proyek Natasya?" tanyanya.
"Iya," jawabku pendek.
Mata Mikhail menatapku dalam dan membuatku semakin gugup.
"So, kita akan mulai dari mana?" ucapku berusaha mengalihkan perhatianku ke pekerjaan ini.Aku berjalan menjauh dari Mikhail, mendekati sofa di sudut ruangan. Aku duduk, bermaksud menenangkan diri dan gejolak jantungku yang enggak karuan ini. Mikhail berjalan mendekatiku dan kemudian justru duduk di sampingku.
Aduh, bagaimana aku bisa tenang kalau seperti ini?
Mikhail kemudian bersuara, "Kamu sudah tahu kan kalau Natasya pengen pakai desain Industrial?"Sepertinya Mikhail juga berusaha mencairkan kecanggungan ini.
"Iya, aku udah tahu. Bahkan udah aku kerjakan desainnya. Cuman, aku enggak bawa print out- nya. Hanya yang tersimpan di laptopku ini," jawabku panjang lebar.
"Tadi sama sekali enggak ada persiapan pas ditelepon Natasya," terangku lagi.Mikhail hanya menatapku seperti tadi dan berhasil membuatku gugup sekali lagi. Menggagalkan semua usahaku dalam menenangkan diri.
"Easy, Sasa. It's okay!" ucapnya lembut.
Matanya terus membuai hatiku dan membuat pipiku terasa panas."Aah, Sasa...What's happen with you?"bathinku.
"Boleh aku lihat ya?" tanyanya pelan.
Pikiranku kacau.
"Haah, mau lihat apa?" Aku balas bertanya dengan polosnya.
Mikhail tertawa yang memperlihatkan deretan giginya dan menambah binar di matanya.
Aku hanya terdiam, butuh beberapa detik untuk kemudian sadar dengan kebodohanku. Berusaha mengurangi salah tingkah, aku mengeluarkan laptopku dari tasnya dan menyalakannya.Mikhail beranjak dan berjalan ke arah bagian kanan restoran.
Aku kemudian membuka file desain Natasya.Tak lama, Mikhail muncul dan membawa dua botol air mineral. Ia kembali duduk, kali ini bersisian denganku. Ia langsung fokus menatap layar laptop dan mempelajari desainku.
Aroma amber wood bercampur vanila begitu memeluk indera penghiduku. Tak tahan dengan kegugupanku sendiri, akhirnya aku menarik mundur tubuhku dan bersandar pada sofa. Mengatur pernapasanku dengan perlahan. Semoga hal itu bisa menormalkan kembali detak jantungku yang tidak karuan ini.
Aku jadi takut kena serangan jantung. Hiks.
Suasana hening dan itu menakutkan. Karena, aku bahkan takut suara debar jantungku yang tidak normal ini terdengar.
Aah, come on, Sasa. Kamu kayak anak kecil saja.
Ya, anak kecil atau anak baru gede yang labil.Mikhail kemudian berpaling dari layar laptop dan kembali menatapku.
"Desain kamu udah oke banget. Nanti kita pakai ini aja," putus Mikhail."Tapi tadi kata Natasya, untuk renovasi dan tata bangunannya itu sesuai dengan yang kamu atur," bantahku.
"Iya, aku mau pakai yang sesuai dengan yang kamu desain aja, Sa. Nanti Natasya biar aku yang urus!" tegas Mikhail.Ia tidak memberi celah bagiku untuk menolak keinginannya.
"Nah, soal tukangnya juga biar dari kamu saja," tambahnya lagi."Tapi kata Natasya...." aku menyela.
"Natasya biar aku yang urus. Aku gak mau menyia-nyiakan kerja keras kamu," sahut Mikhail pasti.
Ia kemudian terdiam dan menatapku lama.
"Aku kangen kamu, Sasa," katanya langsung dengan tatapan yang rasanya menghujam sampai ke hatiku.
"Selalu merindukanmu." lanjutnya lagi.Aku kaget dan tidak pernah menyangka kalau ia akan se-frontal ini. Aku hanya diam dan membalas tatapan matanya. Senyumnya kembali hadir. Lebar dan sumringah.
"Seperti yang pernah kubilang, Sa...kamu akan selalu aku temukan," tuturnya sambil meraih tanganku dan menggenggamnya.
Jreng... jreng siapakah Mikhail?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rancangan Rasa
Romanzi rosa / ChickLitBuat seorang Rasabrina Andrista, kepuasan klien atas hasil kerjanya adalah yang terpenting. Sasa selalu rela jungkir balik koprol agar proyeknya selesai seminggu sebelum deadline, sesuai budget awal dan sesuai ekspektasi klien. Maklum, Sasa punya si...