"Aku mau kamu menangani renovasi rumahku, Sa!" kata Aldo dengan nada setengah memerintah.
Oke, ini sepertinya agak dipaksakan. Kenapa juga gak dari awal ngomongnya! Bahkan setelah makan siang, Aldo pernah meneleponku hanya untuk berbasa-basi menanyakan keadaanku. Belum lagi bombardir pesan yang masuk darinya. Jadi aneh sekali kalau dia sampai datang kesini hanya untuk membicarakan sesuatu yang bahkan tidak pernah disinggungnya dari awal.
Aku terdiam sejenak sebelum menjawabnya dengan nada tegas.
"Sorry, tapi saya gak bisa nerima proyek lagi untuk saat ini," aku menatap Aldo dengan tatapan yang tajam. Aldo balas menatapku dengan tatapan aneh yang menyiratkan ketidaksukaan.
"Tapi, kamu tidak boleh menolak klien, Sasa!" kata Aldo lagi, kali dengan nada memaksa.
Kali ini, aku melihat ke arah Lucia yang terlihat sedikit gelisah."Masih ada beberapa interior designer di kantor ini, kok!" jawabku.
"Saya gak bisa menerimanya, karena ini udah di ambang limit saya," kataku lagi, dengan sedikit ngotot.Aldo menghela napasnya, dan kemudian berdiri sambil berkacak pinggang.
"Kamu mau saya bayar berapa kali lipat?" ucapnya dengan keangkuhan yang sangat menyebalkan.
Ucapan Aldo barusan membuatku merasa terhina dan emosi. Emang sepertinya adik kakak ini bermasalah dengan kepribadiannya.
Aku kemudian berdiri dan berkata tegas," ini bukan masalah uang! Dan juga, kalau memang anda punya budget berlebih, tentunya perkara mudah untuk mencari interior designer yang lain,"
"Do, duduk sebentar," Lucia menarik tangan Aldo dan memintanya untuk kembali duduk.
Aldo melihat ke arah Lucia, kemudian duduk.
Mukanya masih menyiratkan kemarahan. Entahlah mungkin ia tidak terbiasa ditolak.Aku pun kembali duduk. Mataku menatap Lucia dan Aldo bergantian. Mencoba mencari petunjuk dan memahami apa yang mereka rencanakan.
"Sa, Kamu gak usah nangani klinik aku, tapi kamu nangani rumahnya Aldo aja, ya!" Kali ini Lucia dengan nada memerintah dan idenya yang tidak masuk akal.
"Ya, gak bisa seperti itu, Lucia. Kita punya aturan yang jelas dalam urusan ini! Saya tidak akan mau meninggalkan proyek yang belum selesai begitu saja," tegasku.
"Loh, tapi ini atas permintaan klien sendiri. Kamu tidak bisa menolak, Sasa!" ujar Lucia semakin memaksa.
Ini semakin gila. Aku mencoba menenangkan diri.
"Lucia, proyek kamu sudah berjalan 70%, jadi jika melakukan pembatalan perjanjian kerjasama, itu akan menyulitkan kita berdua," kataku pelan.
Sepertinya menghadapi kedua kakak beradik ini memerlukan emosi yang stabil dan pikiran yang realistis.
Aku harus menekan emosiku dan berkepala dingin."Proyek ini kita postpone dulu sampai proyek klinik kamu selesai, oke!" kataku pada Lucia yang masih memasang muka jutek. Tapi, raut wajahnya dari dulu memang lebih sering jutek.
Lucia menoleh ke arah Aldo yang bisa kurasakan masih menatapku dengan tajam. Aku memang sengaja menghindari tatapan Aldo, karena tidak ingin ia semakin agresif.
"Gimana? Ga pa pa ya kita tunda dulu?" tanya Lucia.
Aldo membetulkan kacamatanya sebelum menjawab,"Oke, ga pa pa. Yang penting Sasa yang harus menanganinya!"
Aku menghela napas perlahan. Ini orang kenapa ngeyel banget ya!
Lucia mengangguk sambil mengiyakan perintah Aldo," Iya, Do!"
"Ingat, Sasa! Kamu yang harus menanganinya karena itu rumah masa depan kamu!" ulang Aldo.
"What?! Maksud kamu apa!" sahutku tidak suka.
"Iya, Sa, itu akan menjadi rumah kita!" tutur Aldo dengan volume suara yang melembut.
Aldo bergerak maju mendekatiku.
Aku yang shock mendengar ucapan Aldo, kemudian mengerjapkan mataku berulang kali, dan mencubit tanganku sendiri. Aldo sudah gila atau aku yang mengalami mimpi buruk?
Melihat gerakan Aldo yang mendekat, aku bergerak mundur menyandar di sandaran sofa. Otakku sedang berusaha memikirkan tindakan defensif apa yang akan aku lakukan, tiba-tiba suara yang kurindukan terdengar, " Hei, Bung! Kamu mau apa!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Rancangan Rasa
ChickLitBuat seorang Rasabrina Andrista, kepuasan klien atas hasil kerjanya adalah yang terpenting. Sasa selalu rela jungkir balik koprol agar proyeknya selesai seminggu sebelum deadline, sesuai budget awal dan sesuai ekspektasi klien. Maklum, Sasa punya si...