Chapter 21

8.5K 698 8
                                    

Aku terdiam.
Naya kemudian melanjutkan,"Hanya karena kamu ketakutan akan disakiti lagi, bukan berarti kamu mematikan apa yang kamu rasakan, Sa!"

"Gak ada yang perlu dimatikan, Nay! Mikhail juga gak ngomong apa-apa lagi kok!" elakku.

"Duuh, ngeles sih bisa aja, tapi jangan jadi bego dong!" kata Naya sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. "Ya kali Mikhail mau nanya mulu kayak orang dikejar deadline! Sekali apa dua kali itu dia ngasih tanda, tapi yeee kamu juga pura-pura bloon!"

"Terus aja sih, ngata-ngatain aku!" protesku.

Naya tuh kebiasaan kalau ngomong gak pake mikir akibatnya buat aku. Sebel aku tuh!

"Udah lah, case closed dulu, ya!" pintaku sambil ikutan menyuapkan nasi goreng ke mulutku.
"Hari ini aku mau ketemu sama Lucia juga, jadi butuh banyak tenaga!" ujarku lagi.

"Iya...iyaa...aku nanti malam berangkat ke KL. Damian tugas ke sana jadi kita ketemuan di sana," terang Naya.

"Kalian juga kenapa sih masih betah aja melakukan long distance marriage?" tanyaku.

Naya terdiam sebelum menjawab,"Well, i have a dream and he has his own dream. So, kami ketemu di tengah-tengah. That's our agreement from the beginning!"

"Iya sih, kapan balik sini?" tanyaku.
"Minggu depan, aku ambil cuti seminggu," jawab Naya.

"Btw, thanks ya Nay buat nasihatnya,"  ucapku sambil tersenyum.
"Anytime, Sa! Inget ya aku gak akan bosen marahin kamu!" ancam Naya sambil tertawa.

Aku pun ikut tertawa," So, are we okay now?" tanyaku.
"Yaaa iyaaalah Sa! Lebay nih! Pasti kepikiran Mikhail, kan ?" ledek Naya sambil bangkit berdiri.
"Mikhail lagi, ntar dia sariawan kebanyakan diomongin" elakku
"Diih! Eh, Giliran kamu nyuci piring, ya!" perintahnya.

"Perasaan emang aku mulu yang bagian beres-beres!" ujarku yang juga sambil bangkit berdiri.

___

Pukul 10.45 aku tiba di ruko klinik kecantikan Lucia.
Lucia sudah menungguku. Baru saja kakiku melangkah masuk ke ruangan, Lucia mendekati dan menyapaku.

"Hai, Sa! Udah jadi ya?" tanyanya langsung tanpa basa-basi.
"Iya, udah," jawabku singkat.

Lucia mempersilahkanku duduk. Ia pun duduk di sampingku. Ia mengamati desainku dengan seksama.

"Kapan mulai dikerjakannya?" tanya Lucia.

"Hmm, kalau kamu setuju dengan ini, besok akan mulai dipesan dan dikerjakan untuk built in furniturnya," jawabku pasti.

"Oke, deal, Sa!" kata Lucia.
"Eh, btw,Sa....kamu udah nikah?" tanya lucia pelan.
"Belum," jawabku heran.
"Udah punya pacar?" tanyanya lagi.
"Eehm, belum," jawabku.

Asli heran! Kenapa juga pake nanya beginian?

"Kenapa emangnya, ya?" mulutku gatal juga buat bertanya.

"Emm, kamu ingat Abangku, gak?" selidik Lucia.

Aku diam dan berpikir siapa ya abangnya Lucia? keknya aku gak ingat deh! Wong Lucia aja mau kulupain, eh apes aja malah ketemu dan jadi klien. Hiks.

"Ehhm, sorry aku gak ingat, Lucia," jawabku apa adanya.

"Duh, yang biasa suka jemput aku ke kelas dan nunggu depan pintu. Aldo kan kakak kelas kita juga, Sa!" Lucia berusaha mengingatkanku.

"Sorry, beneran gak inget," sahutku lagi sambil nyengir.

Lucia mengeluarkan gawainya dan kemudian menunjukkan sebuah foto laki-laki bergaya metropolitan. Yaa, cukup terawat, tapi tetap aja aku gak ingat!

Tunggu dulu, kenapa juga Lucia begini?

"Emang ada apa sih, Lucia?" tanyaku penasaran.

"Sa, Aldo kan udah duda, trus dia kepingin ketemu sama kamu lagi. Karena, katanya dia dari dulu suka sama kamu," terang Lucia.
"Kamu mau ya makan siang bareng dia?" tanya Lucia.

Duh, kok jadi gini sih?

Rancangan Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang