Aku sedang menikmati nasi goreng, sarapan pagi kesukaanku, ketika pesan dari Natasya masuk ke gawaiku.
Selamat pagi, Mbak Sasa.
Hari ini jam 11.00 saya tunggu di restoran ya!
Terima kasih.Oke. Berarti hari aku harus cancel rencana ke apartemen Berliana. Segera kubalas pesan Natasya sekaligus menulis pesan untuk Berliana. Pikiranku menerawang.
"Kenapa kamu, Sa?" tanya Delia sambil menepuk pelan pundakku.
"Ini, ntar ketemu lagi ama Natasya. Kenapa jadi maju ya? Padahal udah deal, minggu depan aku bawa desainnya. Untung udah selesai desainnya," kataku.
"Kamu yang nanganin proyek restorannya Natasya?" tanya Delia.
"Iya, kenapa kok kayak kaget gitu?" selidikku dan menatap Delia.
"Iya sih, sebenernya enggak perlu kaget, coz you are tough enough and the perfect one to handle a client like her," jelas Delia.
"Emangnya dia segitu nyebelinnya, kah?" tanyaku lagi sambil kemudian menyeruput jeruk hangatku.
"Yang jelas dia bikin aku dan timku frustrasi! You'll find out why!" Sahut Delia sambil terbahak.
"Dih, malah ngetawain aku!" balasku setengah sewot.
Delia cuek saja dan menghabiskan sarapannya. Sedangkan aku jadi semakin penasaran seperti apa Natasya yang sebenarnya."Jadi, denger-denger rumor dari bawahannya Natasya, kalau Natasya tuh berubah jadi super reseh semenjak dia menikah. Tadinya dia enggak seperti itu. Malah ada yang bilang kalau dia emang frustrasi sama suaminya yang punya simpanan." terang Delia.
"Dasar ratu gosip! Kamu tuh dulunya ngerjain proyeknya Natasya atau jadi wartawan sih!" kataku.
Delia terbahak-bahak lagi sebelum akhirnya menjawab, "Gosip kan kadang juga membuat kita jadi lebih ngerti situasi."
"Hah, teori macam apa tuh!" ledekku. Pikiranku menerawang ke beberapa tahun silam.
Tapi emang masuk akal yang dibicarakan Delia. Salah memilih pasangan memang mampu membuat pribadi kita menjauh dari aslinya."Anyhow, i feel her... kalau begitu kasusnya...." tuturku pelan.
Delia menengok ke arahku, "Maksud kamu?"
"Iya, aku kan dulu pernah tunangan dengan laki-laki yang gak pernah bisa setia," jelasku.
Ada binar di mata Delia. Dia tertarik.
"Diih, emang kamu tuh ya ratu gosip! Denger gitu aja langsung konsentrasinya meningkat 200%," kataku sambil merengut. "Malas ah ceritanya!"
"Aah, gak seru! Baru pembukaan aja udah ditutup!" protes Delia. Sekarang dia yang merengut.
"Udah ah, ayo ke kantor!" ajakku sambil berdiri.
Aku kemudian berjalan cepat meninggalkan Delia di belakang. Pikiranku jadi ke Natasya."Sa, tungguin aku dong!" pinta Delia setengah teriak.
Aku pun berhenti dan menunggu Delia."Sa, you owe me your story!" kata Delia.
"Ogaaaah, ntar ceritaku kau sebar lagi di akun Lambe Turah!" jawabku cepat. Delia memukul lenganku.
"Sakit, tau!" protesku.
"Masih mending daripada sakit hati!" jawab Delia asal.
Kali ini aku yang tertawa terbahak-bahak.
"Been there, felt that," sahutku sengaja membuat Delia makin penasaran."Kaaaan, kamu bikin aku makin penasaran aja!" kata Delia setengah gemas.
Aku kembali terbahak.
"Kamu aja yang terlalu gampang dibuat penasaran sama gosip!" ejekku.
"Kalau kamu yang ngomong, itu bukan gosip, tapi curhat!" jelas Delia. "And i know you, kamu enggak gampang curhat sama orang lain. Makanya aku penasaran, pengen kamu bisa curhat sama aku!" sambung Delia lagi dengan serius."You dont have to be strong all of the time, aku selalu ada kalau kamu butuh ya, Sa!" kata Delia lagi.
Aku terdiam karena menangkap nada tulus dari Delia."Thanks for saying that, Lia!" ujarku sambil melihat padanya.
"My pleasure, Sa" jawab Delia.Aah, kok aku jadi memikirkan Natasya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rancangan Rasa
ChickLitBuat seorang Rasabrina Andrista, kepuasan klien atas hasil kerjanya adalah yang terpenting. Sasa selalu rela jungkir balik koprol agar proyeknya selesai seminggu sebelum deadline, sesuai budget awal dan sesuai ekspektasi klien. Maklum, Sasa punya si...