"Belum, April masih didandanin di ruangan belakang gedung ini," sahut Layla.
"Kita kesana aja ?" tanya Nina padaku
"Gak usah ajalah, ntar pas April udah selesai didandanin aja lah ya," kata Layla lagi.
"Iya gitu aja," sahutku pendek.
"Kita foto-foto dulu, yuk mumpung ada cowok ganteng," ajak Nina yang sudah siap bergaya dan mengeluarkan smartphone-nya.
Dengan gaya heboh dan sok centilnya, Nina mendekati Mikhail.
"Sini Mikhail kamu diantara aku dan Sasa, biar aku gak dikira single," kata Nina sambil menarik tangan Mikhail.
"Ampun, trus biar aku yang dikira single gitu?" kataku sewot.Nina tertawa, "Iyes, karena secara reputasi, kamu lebih terkenal sebagai putri berhati es."
"Asyem kamu, Nin!" aku segera mendekat ke Mikhail dan mengapit tangannya.
Layla terbahak-bahak.
"Gilaaa, Sasa bisa juga cemburuan!" teriaknya heboh."Kalian nih ya, macam orang gila aja, lihat aku sama Mikhail!" protesku
"Udah cepetan wefie-nya, Nin! Apa perlu aku aja yang ambil?"
Nate segera mendekat ke Layla dan Mikhail justru bergerak merangkulku.
Ada gelenyar aneh di hatiku.Bukan wefie namanya jika tidak diambil berkali-kali hingga senyum rasanya mengering dan garing macam kerupuk. Begitu juga wefie kami malam itu.
Lengkap dengan keseruan berganti ekspresi dan pastinya gaya andalan masing-masing."Ayolah, kita mojok di deretan kursi kosong itu!" ajak Layla yang langsung menggandeng Nate.
Nina yang juga latah menggandeng Mikhail, sedangkan Mikhail memasang tampang heran.
Aku bergegas menyusul Mikhail dan menggandeng tangannya juga.
Aku tersenyum membayangkan jika ada sebagian tamu yang datang akan heran melihat kami bertiga.Tiba-tiba aku teringat hal yang mengganggu pikiranku.
Aku segera mempercepat langkah, sambil tetap menggandeng Mikhail dan kemudian mengejar Nate dan Layla yang sudah duduk di kursi di sudut ruangan itu."Nate!" panggilku cepat.
"Iya, Sa!" sahutnya agak kaget.
Layla pun melihat ke arahku."Kamu kenal Aldo kan kakaknya Lucia?" Kayaknya dia seangkatan kamu ya?" tanyaku.
"Ya ampun, Sasa! Kamu nanya kok kayak orang panik gitu!" kata Layla. "Kirain kenapa!"
Nina yang baru saja duduk di kursi ikut menimpali.
"Iya, aku inget Aldo yang dulu pacaran sama Aida itu loh!"Aku menoleh ke arah Mikhail yang kemudian memindahkan kursi ke arah depan Nate dan Layla, sehingga kami bisa duduk dalam bentuk melingkar.
Aku segera duduk sebelum melanjutkan," Jadi dia dulu pacaran sama Aida?""Iya, Sa. Kenapa emangnya?"
"Aku kok gak inget Aida tuh yang mana ya?" kataku.
"Itu loh, yang dulu kita suka bilang mirip sama kamu, Sa! Yang model rambutnya juga sama kayak kamu. Sampai kami bertiga bilang kalian janjian potong rambut bareng!" Layla mencoba membantuku mengingatnya.
"Eh, tapi mereka udah nikah juga kan?" kata Nina lagi.
"Serius? tapi kata Lucia dia udah duda!" lanjutku sambil menoleh ke arah Mikhail yang terus mengamati.
"Ya ampun, Sasa. Kamu ngapain nanya-nanyain Aldo!" protes Layla.
"Tahu tuh, giliran udah punya cowok ganteng malah nanya-nanya cowo gaje gitu!" kata Nina dengan nada protes juga.
"Jangan deket- deket sama Aldo, Sa!" perintah Layla.
"Dia kenapa gitu sampai akhirnya Aida minta cerai dan diamankan sama keluarganya ke rumah saudaranya yang di luar negri," terang Layla lagi.
Aku kaget dan melihat ke arah Mikhail yang juga menunjukkan ekspresi kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rancangan Rasa
ChickLitBuat seorang Rasabrina Andrista, kepuasan klien atas hasil kerjanya adalah yang terpenting. Sasa selalu rela jungkir balik koprol agar proyeknya selesai seminggu sebelum deadline, sesuai budget awal dan sesuai ekspektasi klien. Maklum, Sasa punya si...