Chapter 35

6.6K 518 1
                                    


Gedung masih nampak lengang. Belum banyak tamu undangan yang datang saat kami tiba. Sesuai dengan kesepakatan kami, Mikhail menggandeng tanganku ketika kami berjalan masuk dan menuju ke gerombolan geng ancurku.

Dari jauh kulihat Nina melambaikan tangannya pada kami. Aku membalas sekedarnya, tidak seheboh Nina, sambil tersenyum. Nina kemudian mendekati Layla yang sedang asyik mengobrol dengan kekasihnya. Mereka berdua, Nina dan Layla, heboh melambaikan tangannya lagi.
Sumpah, sepertinya mereka jadi norak banget. Pasti gara-gara aku datang bersama Mikhail.

Benar saja, begitu aku dan Mikhail berhadapan dengan mereka, Nina langsung menarik tanganku dan cupika-cupiki sambil berbisik," Laki ganteng amat di sebelah kamu, Sa!"

Aku tertawa,"Dasar'l

Kali ini giliran Layla yang berbisik padaku ketika kami melakukan cupika-cupiki," Buruan kenalin!"

"Sabar napa!" kataku.

Aku menoleh ke arah Nate, kekasihnya Layla, dan menegurnya,"Apa kabar, ? Mau aja akhirnya dikerjain sama Layla, ya!"

Nate tersipu malu, sedangkan Layla tersenyum kecut. Jadi, Nate  itu adalah cowok pendiem banget yang doyannya cuman baca buku dan asyik dalam dunianya sendiri.

Eh, kok bisa naksir dan jadian sama Layla yang kecepatan ngomongnya aja di atas rata-rata.

Jadilah banyak pertengkaran dan ketidaksepahaman antara mereka.
Ralat, maksudku lebih banyak Layla yang ngambek atau ngomel ngalor ngidul bahkan ketika di depan kami, gengnya.

Tapi, mereka terus bertahan sejak SMA, bahkan Nate  sudah melamar Layla secara tidak resmi. Mungkin mereka yang akan segera menyusul April.

Kadang, cinta memang mengesampingkan logika, hanya hati yang berbicara dan baru setelah itu bersama-sama menyelaraskan logika dan karakter.

Aku menoleh ke arah Mikhail.

"Guys, kenalin ini Mikhail!" kataku.

Bisa ditebak dong, Nina dan Layla refleks menyodorkan tangannya berbarengan.
Sepertinya mereka benar-benar enggak sabaran.

"Hai" sapa Mikhail sambil menyambut tangan Nina terlebih dahulu. Karena dia yang paling dekat. Lalu menyalami Layla dan Nate.

"Mikhail kamu siapanya Sasa?" tanya Nina.

Ampun, pertanyaan macam apa itu.  Aku melotot ke arah Nina yang juga balas memelototiku.

"Kenapa emang salah pertanyaan aku?" tanya Nina.

"Gak salah, cuman gak penting aja! Kamu pikir aku mau gandeng pacar orang lain ke pesta ini!" sahutku.

Nina kadang suka melempar pertanyaan-pertanyaan yang detail yang terkadang menurutku gak penting.

"Eh, Sasa, penting keleus buat aku. Kamu kan selama ini terkenal sebagai putri berhati dingin, jadi kupikir siapa tahu kamu bawa Mikhail buat jodohin sama aku!"  goda Nina.

Mikhail spontan langsung tertawa. Aku bertambah melotot melihat Nina.

Layla yang juga ikut tertawa kemudian menambahkan,"Nin, Sasa marah tuh! Sekalinya Sasa bawa cowok, eh malah kamu yang ke-GR-an!"

"Good job, Mikhail! Kalo Sasa bisa cemburu sama aku berarti kamu berhasil menaklukkan putri berhati salju!" Nina kembali menggodaku.

"Gak sekalian panggil aku putri Elsa!" sahutku.

"Dulu iya, pas kamu masih single, tapi sekarang udah ada Mikhail gitu ya gak berlaku lagi lah! Kan Elsa single!"  sahut Nina.

"Good, berarti sekarang kamu yang aku panggil Elsa ya!" kataku pelan dan telak.

Tawa Mikhail, Layla dan Nathan pecah hampir bersamaan. Sedangkan aku hanya tersenyum manis memandang Nina yang cemberut dan kemudian mencubitku.

"Eh, yang pengacara itu aku, bukan kamu! Kenapa sekarang kamu udah pinter gitu sih!" protes Nina.

"Udah ah, ya ampun! Kalian tuh temennya siapa sih kok gini banget, malu aku tuh sama Mikhail!" protesku sambil tertawa.

"Sorry, ya! Ini baru Nina aja yang kamu denger ocehannya dari tadi, belum Layla!" kataku pada Mikhail.
Mikhail hanya tersenyum simpul dan menjawab,"it's okay. Seru kok!"

"Eh, btw udah pada ketemu sama April belum?" tanyaku pada Nina dan Layla.

Rancangan Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang