Blissfulness

79 6 7
                                    

"Fia" panggil Deo yang melihat Olif berjalan menuju kelasnya.

"Woy" jeritnya.

"Hah?" jawab Olif yang kebingungan seraya menoleh kearah suara. "Lu manggil gua?" tanyanya seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Yaiyalah" jawab Deo. "Nama lo Olifiakan?gak salah dong kalo gua manggil lo Fia" lanjutnya.

"Baru kali ini gua dipanggil Fia" Olif tersenyum.

"Gua tadi liat lo diparkiran sama Fakhri"

"Iya?" jawabnya seolah tak percaya.

"Iya. Udah jadian?"

"Ah,bukan Olif,salah liat itu"

"Masasih?nggak ah"

"Hehe,kekelas duluan ya kak" Olif merubah arah jalannya dan pergi menuju kelas seraya meninggalkan Deo.

"Senang sekali" tulis Olif dibuku diarynya. "Seolah semua berubah,bermula dari aku yang benci,mungkin akan menjadi cinta. Ntah mengapa. Apa mungkin karena pria itu aku bisa begini?harus aku berterimakasih padanya?" lanjutnya.

"Terimakasih Deo. OH TIDAK,aku harus berterimakasih dulu pada Tuhan. Mungkin Tuhan yang menghantarkan kamu ke aku biar aku bisa deket sama dia. Terimakasih Tuhan,nah kalo udah berterimakasih sama Tuhan. Baru aku berterimakasih sama kamu. Terimaksih Deo" lanjutnya tersenyum seraya menahan tawa.

"Wah Hebat" Bella datang saat Olif asyik menulis. Bertepatan dengan Bella mendatangi Olif dan berbicara seperti itu. Teman-temannya juga bertepuk tangan seperti menganggap ya,Olif benar-benar hebat.

"Harus diwarning sampe berapa kali?" tanya Bella bernada tinggi.

Murid sekelas yang sedang berada ditempat langsung terpaku dengan Bella. Hanya bisa melihat Bella saat itu. Tak banyak bicara dan tak banyak bergerak.

Olif hanya diam memandang Bella dengan keadaan tangan yang berada dilaci meja memegang buku diarynya yang reflex ia masukan kelaci.

"Fakhri?" tanyanya seraya berdiri memandang Bella. "Dia pacar gue" jawabnya seperti akan menantang.

"Oh,dari kapan?" tanya Bella dengan sedikit tawaan meledek.

"Kemarin. Resminyasih belom,tapi akan. Ya secepetnya sih,apa mau lo jadi saksinya?" jawab Olif seraya melipat kedua tangannya.

"Lo liat nanti gua bakal ngapain" jawab dia kesal dengan wajah amarahnya seraya pergi meninggalkan Olif.

"Gua gak takut. Orang jahat bakal kalah sama orang baik inget itu" jerit Olif.

"Hei" sapa Fakhri yang melihat Olif berjalan menuju keluar sekolah.

"Tayo" jawabnya lalu mereka tertawa.

"Pulang bareng?" ajak Fakhri.

"Mau ketoko buku dulu" jawab Olif.

"Hayuk"

"Yuk deh"

Mereka berjalan berdua menuju parkiran dengan tawaan canda mereka yang mereka buat disepanjang jalan.

"Tadi pagi kamu bilang apa coba ulangin sekarang" ucap Fakhri meminta Olif mengulangi apa yang tadi pagi ia katakan seraya menjalankan motornya.

"Yang mana?" tanyanya sedikit menjerit dan seolah tak tau.

"Yang aku mau..." tanya Fakhri memancing.

"Aku mau makan" jawabnya seraya tertawa.

"Serius dong" jawabnya sedikit kesal.

"Mau kamu" jawabnya rada berbisik tepat ditelingan Fakhri.

"Aku juga mau kamu" jawab Fakhri tersenyum.

"APAA" jerit Olif seolah tak mendengar.

"AKU MAU KAMU,AKU MAU OLIF,AKU SUKA OLIF,AKU CINTA OLIF" jerit Fakhri dimotornya lalu mereka tertawa.

"Tapi Olif itu sudah ada yang punya" jawab Olif lalu Fakhri terdiam.

"Siapa?" tanya Fakhri sedikit dengan perasaan kecewa.

"Olif ituu..." jawab Olif pura-pura berfikir "miliknya Fakhri" jawabnya lalu mereka tertawa.

"Belum resmi" jawab Fakhri seraya menghentikan motornya. "Sudah sampai tuan ratuku" lanjut Fakhri lalu mereka turun dari motor.

Mereka sibuk memilah-milah buku masing-masing,ntah hanya melihat saja atau melihat-lihat dan jika ada yang bagus mereka beli.

"Udah?" tanya Fakhri yang melihat Olif memegang sebuah buku.

"Udah ah" jawab Olif lalu ia berjalan pergi kekasir.

"Langsung pulang apa makan dulu?" tanya Fakhri setelah mereka sampai diparkiran.

"Makan angin?" tanya Olif lalu tertawa.

"Geratis" jawab Fakhri lalu mereka tertawa.

"Dapet banyak" jawab Olif lagi.

"Habis itu sakit" jawab Fakhri dan mereka tertawa.







Fakhri,aku suka kamu.
Aku yakin,kau juga begitu.
-Olif-

Takdir Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang