"Olif" panggil mama saat Olif sampai dirumah.
"Iya ma?" sautnya lalu ia menghampiri mama yang berada tepat dipintu kamarnya.
"Sudah berapa lama gak check penyakitmu?" tanya mama.
"Gk tau ma" jawab Olif menunduk dengan raut wajah mendatar.
"Kapan mau kamu check lagi?" tanya mama khawatir.
"Belum tau ma,kan bu---" jawab Olif terputus.
"Butuh biaya?" sambung mama memotong pembicaraan Olif.
Olif hanya menunduk tanpa menjawab.
"Mama usahain nabung lagi ya untuk kamu lanjut berobat jalan" ucap mama tersenyum seraya mengelus Olif.
"Iya ma,mama tenang aja. Selagi Olif masih kuat, mama jangan khawatir. Dia pasti kalah sama Olif dan Olif harus menang lawan dia. Penyakit Olif" jawab Olif tersenyum dan tanpa ia sadari air matanya menetes.
"Olif" panggil Fakhri saat ia melihat Olif dipertigaan tempat biasa Fakhri mengantar Olif pulang.
"Jemput lagi?" tanya Olif saat ia sampai dihadapan Fakhri. "Kok gak ngasih tau sih" lanjutnya seraya ia naik ke boncengan Fakhri.
"Ah,masa harus ngomong terus" jawabnya.
"Kalo aku gaktau,terus pas kamu disini ternyata aku udah pergi gimana?"
"Yaa balik lagilah"
"Gak capek?"
"Ngeliat kamu capenya ilang"
"Hahaha"
"Emang aku siapa bisa ngilangin capeknya kamu?" lanjut Olif bertanya.
"Penyihir" jawab Fakhri tertawa. "Cape aku hilang kalo liat perempuan yang aku suka" lanjutnya.
"Kamu suka aku?" tanyanya.
"Nggak. Tapi kamu itu licik" jawab Fakhri lalu Olif terdiam kesal.
"Kok licik?"
"Iya,sementang kamu penyihir. Terus kamu sihir aku biar aku suka sama kamu" jawab Fakhri lalu Olif tersenyum.
"Terus kamu suka sama aku?".
"Nggak" jawab Fakhri "tapi aku cinta" lanjutnya lagi seraya menghentikan motornya.
"Kata-katamah untuk apa. Bukti dong?" jawab Olif lalu ia pergi meninggalkan Fakhri yang sedang nemarkirkan motornya.
"Mau bukti yang kaya gimana?" tanya Fakhri menghampiri Olif yang sudah berjalan duluan meninggalkan ia di parkiran.
"Girlfriend" jawab Olif lalu ia meninggalkan Fakhri lagi.
"Mencintai gak harus pacarankan" jerit Fakhri yang melihat Olif meninggalkannya.
Sepulang sekolah,seperti biasa Olif dan Fakhri pasti bertemu. Ntah kebetulan atau memang sudah direncanakan.
"Olif" panggil Fakhri dari pintu gerbang sekolah.
"Heyy" jawabnya.
"Pulang bareng yaa" ajak Fakhri.
"Tukang ojek" jawab Olif lalu ia tertawa.
Setelah nereka sampai di parkiran sekolah,Fakhri memegang kedua tangan Olif dan mereka bertatapan.
"You will be my girlfriend (kamu akan menjadi pacar saya)" lalu Fakhri memetik jarinya tepat di depan wajah Olif seperti akan menghipnotis.
Olif hanya terdiam.
"Gimana caranya" tanya Olif kemudian seraya naik ke atas motor.
"Gampang" jawab Fakhri lalu menjalankan motornya.
"Gimana?" tanya Olif semakin penasaran.
"Mau gak?" Fakhri kembali bertanya dengan sedikit tawaan.
"Mau apa?" tanya Olif dengan senyumnya.
"Pura-pura gak ngerti apa memang gak ngerti nih" ucap Fakhri masih dengan sedikit ketawa "Jadi pacarnya fakhri. Mau gak?" tanyanya lagi.
"Gak ah" jawab Olif "aku maunya jadi pacar kamu,bukan Fakhri" lanjutnya lalu ia tersenyum.
"Emang aku siapa?"
"Pacarnya aku" jawab Olif lalu mereka tertawa.
"Belom" lanjut Fakhri "namaku siapa?" lanjutnya lagi bertanya.
"Fakhri"
"Jadi kamu mau jadi pacarnya aku atau Fakhri"
"Dua-duanya"
"Berarti kamu duain aku dong"
"Kok gitu?"
"Katanya kamu mau pacaran sama Fakhri,tapi mau pacaran sama aku juga"
"Kan satu orang" Olif jengkel lalu menyubit pinggang Fakhri.
"Aww" keluh Fakhri "yaudah,resmi nii yaa" tanya Fakhri seraya memandang wajah Olif melalui spion motornya.
Olif hanya terdiam dengan senyumnya.
"Iya gak nih?" tanya Fakhri juga ikut tersenyum karena melihat Olif yang memandang dirinya sendiri sedang tersenyum di spion "senyumnya tuan ratu buat gak fokus ngendarain motor" lanjut Fakhri seraya memindahkan arah spionnya agar tak ke wajah Olif lagi.
Fakhri...
ku harap... Cintamu memang dari hati.
-Olifia-
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sebuah Cinta
RomanceAku menyukainya,tetapi ia hanya memberi harapan kepadaku dan tanpa aku tau,ia menjalin hubungan dengan wanita lain. Aku tak benci. Hanya saja,aku kecewa. Setelah kami lama berpisah,akhirnya kami dipertemukan kembali. Aku sudah tidak mengenal siapa d...