Good Bye

68 8 6
                                    

"Nggak Lif,aku suka sama kamu" jawab Fakhri.

"Besok aku jemput ya,aku butuh penjelasan" lanjut Fakhri.

"Ntahlah bagaimana jadinya kalau semua ini benar" batin Fakhri.

Tepat jam makan siang,Fakhri menjemput Olif dirumahnya,sedang haru libur saat ini,mereka pergi kesebuah cafe,tak ada pembicaraan apapun diperjalanan mereka. Tak ada candaan apapun yang keluar dari mulut Fakhri. Dan sampai akhirnya mereka sampai di cafe yang mereka tuju.

"Olif" ucap Fakhri untuk memulai pembicaraan saat mereka sudah memesan dah memilih tempat yang tidak terlalu ramai.

"Kamu inget yang semalam aku tanyainkan?kamu jawab ya sekarang" lanjut Fakhri.

"Kamu ngebuat semua ingatan yang udah aku lupa jadi muncul lagi rii" jawab Olif dengan volume bicara yang kecil.

"Aku udah berhasil lupain sikap kamu yang dulu mainin aku" lanjutnya dengan nada tinggi.

"Walaupun kamu balik lagi dengan sikap kamu yang 100% dan 180° berbeda sama Fakhri yang aku kenal dulu" lanjutnya dengan kembali menggunakan volume yang kecil.

"Dulu aku adalah Veve yang sakit-sakitan kamu ingetkan rii" ucap Olif dengan nada menahan tangis.

Drettdrett *getar handphone

Rima
"Jangan lupa makan siang rii,miss u"

Terlihat jelas notifikasi pesan dilayar handphone Fakhri.

"Kamu save nomornya rii?" tanya Olif kaget.

"Ngg--nggak ko lif" jawab Fakhri panik.

Dengan cepat Olif mengambil handphone milik Fakhri diatas table cafe yang mereka tempati.

Terlihat nama Rima adalah nama paling atas di room chat Fakhri,panggilan terakhir di handphone Fakhri juga Rima.

"Gila lo ya rii" ucap Olif setelah membaca semua isi chat Fakhri dengan Rima.

Olif marah,Olif kesal,terulang kembali hal kemarin yang sudah berhasil ia lupakan.

Pesanan mereka belum sampai di table,namun dengan perasaan kecewa,Olif pergi meninggalkan Fakhri sendiri di cafe.

"Mereka masih saling suka,terus gue cuma jadi palampiasannya doang,Aisha gue kangen lo" batin Olif saat setelah ia masuk kedalam taxi,dengan tangisnya yang masih membayangkan perbuatan Fakhri.

Setelah sampai dirumah,terlihat Mr.Joy yang sudah stay menunggu di depan rumah Olif untuk mengajarkan private.

"Siang Mr.Joy,masuk aja aku mau kekamar dulu" ucap Olif mengizinkan Mr.Joy masuk.

Sesaat sampai di kamar,Olif langsung kenghubungi tantenya.

"Tante aku setuju tinggal sama tante di New York" ucap Olif disebuah panggilan.

"You sudah ke London coba tinggal dengan Paman you?" tanya Tantenya.

"Eh,gila ni tante-tante baru gak ngobrol berapa hari udah jadi alay aja" batin Olif.

"Hallo..." ucap Tantenya.

"Ya tante,nggak aku langsung mau ke New York aja tinggal sama tante"

"Sekolah you bagaimana?" tanya tantenya.

"Oh,besok I ke Indonesia ya urusin pindahan you,rumah you dijual aja,sekarang you siapin baju you,barang-barang you semua yang you mau bawa,sekarang oke" ucap tantenya bergegas mematikan telepon.

"Eehh tante bentar,ada Mr.Joy disini" saut Olif dengan cepat karena teleponnya akan dimatikam.

"Ngapain si Joy di home you?" tanya tantenya seolah lupa bahwa Olif harus private bahasa.

"Oh,you lanjut les you,soal Joy biar I yang atur" lanjut tantenya lalu mematikan telepon.

"Mr.Joy" ucap Olif kaget saat keluar kamar karena Mr.Joy tak berada di tempat terakhir Olif meninggalkan Mr.joy.

"Mr.Joy Mr dimana?" ucap Olif panik.

"Tasnya masih disini ko,pasti orangnya juga masih disini" ucap Olif lagi masih dengan mencari Mr.Joy.

"Hallo Olif,saya pulang ya" ucap Mr.Joy dari luar rumah,dan mengambil tasnya yang berada disofa.

"Loh,kok pulang?" tanya Olif bingung,karena ia baru saja ingin memberitahu Mr.Joy bahwa Olif harus menyiapkan barang untuk pindah ke New York.

"Tante kamu tadi telpon katanya kamu harus siapin barang kamu,oke saya pulang ya" lanjutnya lalu pergi.

"Oh,oke"

Toktoktok... *suara ketukan pintu

"Ya" jawab Olif menjerit,lalu membukakan pintu rumahnya.

"Vee maafin aku,eh Olif maksudnya" ucap Fakhri dengan wajah yang ia kerutkan.

Olif tidak menjawab dengan kata-kata, melainkan dengan pintu yang seketika ia tutup lalu ia kunci,seolah tak ingin di ganggu.





NEXT➡/⬇
Vote+Vote








Takdir Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang