Alteration

78 8 0
                                    

Banyak murid yang memperhatikan Olif dengan keadaan kepala Olif yang diperban karena kecelakaan kemarin.

"Kenapa lo pu?" tanya Bella yang merasa tak tau apa-apa.

"Gpp" jawab Olif singkat seraya pergi meninggalkan Bella.

"Olif" jerit Fakhri yang melihat Olif berjalan menuju kelasnya.

"Kenapa lo?" tanya Fakhri setelah Fakhri sampai disamping Olif.

"Gpp" jawabnya singkat,dan mempercepat laju jalannya untuk meninggalkan sekaligus menjauhi Fakhri.

Olif belajar seperti biasa,dengan teman-teman yang bingung dan bertanya-tanya dengan keadaan kepalanya yang terperban. Olif tak bercerita ia kenapa,dan temannya juga tak bertanya. Mereka hanya penasaran,kenapa?tetapi tak ingin menanyakan ke orangnya. Yaitu,Olif.

"Gua liat lo kemren" saut seorang dari samping Olif yang sedang duduk dikantin menikmati hidangan yang telah ia pesan. "Parah ya sampe diperban gitu?" lanjutnya seraya duduk disamping Olif.

"Hm" jawabnya kaget seraya menengok ke arah suara.

"Hehe,kenalin gua Deo anak kelas XI. Rumah gua juga gak jauh dari rumah lu,pas gua mau pulang eh liat lu ada yang..." ucapnya terputus "kayanya gua kenal deh siapa yang nabrak" lanjutnya rada berbisik dan hampir tak terdengar oleh Olif.

Olif hanya melirik dan pergi meninggalkan Deo sendiri di kantin.

"Olif" teriaknya yang melihat Olif pergi setelah makan,tanpa menjawabnya satu katapun. "mahal" lanjutnya lalu pergi meninggalkan kantin.

"Tadi dia ngomong tau siapa yang nabrak gue?" tanya Olif seperti bertanya kepada diri sendiri.

"Lif ada surat" ucap seorang teman sekelasnya yang diberi amanah dan memberikan surat itu kepada Olif.

"Yang nabarak lo itu Bella!" isi surat dengan ukuran tulisan yang besar. "Temuin gua sepulang sekolah ditaman depan" lanjutnya dibagian bawah kertas dengan ukuran tulisan yang normal.

Sepulang sekolah,Olif pergi ketaman untuk mengetahui seiapa yang memberinya surat seperti itu.

"Hai" sapa seorang dari arah belakang Olif.

"Lo?" tanya Olif kaget melihat Deo yang datang ketaman.

"Hehe,iya" jawabnya seraya duduk didepan Olif. "Gua liat lo turun dari mobil Fakhri dan pas lo mau nyebrang,lo malah ditabrak sama mobil yang kayaknya sih udah ngikutin lo dati tadi" lanjutnya bercerita.

"Fakhri?" batinnya.
"Lo emangnya dimana?kok sampe tau gitu?" tanya Olif bingung.

"Kan tadi gua udah bilang,rumah gua deketan sama rumah lo,pas gua lagi pengen beli gorengan tuh,eh liat lo jalan didepan gua,yaa jelas gua liatlah" jelasnya yang mulai serius.

"Itu beneran Bella?" tanya Olif untuk memastikan.

"Iya,yakin 100%"

Olif menceritakan dengan mudahnya kepada Deo bahwa Bella menyuruh Olif untuk tidak mendekati Fakhri,tetapi Olif masih saja mendekati Fakhri walaupun itu terpaksa. Dan akhirnya,mungkin ini akibatnya karena ia tak mendengarkan Bella.

"Mending lo lakuin sebaliknya aja,dia suruh jauhin ya lo malah deketin. Biar dia kaya apa ya,ya gitulah pokoknyamah lakuin sebaliknya saran guasih"

"Ngomong apa sih lo gakjelas" batin Olif memandangi Deo.

"Maksud lo?lo seneng gua celaka gitu karna gak nurutin Bella?" tanyanya dengan bernegatif thinking.

"Den..." jerit seorang pria dari lapangan sekolah yang menghapan langsung ketaman.

"Bukan gituu" jawabnya tergesah.

"Gua harap lo ngerti! Dah ah gua pulang duluan ya" pamit Deo yang pergi meninggalkan Olif karena supirnya sudah menunggu.

"Lif" sapa Fakhri yang baru ingin keluar dari sekolah.

"Iya"

"Kenapa?" tanyanya seraya mengalihkan pandangannya ke arah perban yang berada dikepala Olif.

"Apa gua lakuin yaa yang dia suruh tadi" batinnya.

"Diem bae,awas bisu" ceplosnya ditengah keheningan Olif.

"Mit amit. Gila lo doanya"

"Kapan gua berdoa?"

"Tadi"

"Ya Allah,semoga Olif jadi miliknya Fakhri. Aamiin" ucap Fakhri seraya menadahkan tangannya. "Nah gitu,baru doa" lanjutnya.

"Fakhri?"batinnya lagi.
"Siapa itu Olif?" tanyanya berusaha mencairkan suasana.

"Oh gak kenal?" tanyanya simpati "ituloh,calonnya Fakhri" lanjutnya dengan senyuman.

"Fakhri itu siapa?"

"Ya Fakhri itu calonnya Olif"

"Ohh gitu,calon apa?"

"Calon penghuni surga"

"Ha ha ha"

"Kok ketawa?"

"Gak boleh?" tanya Olif yang seketika menghentikan tawanya.

"Boleh,tapi ya bagusnya itu di aamiinin" Fakhri seperti berdakwah yang membuat Olif diam.

"pulang bareng yuk neng" ajak fakhri setelah mereka sampai digerbang sekolah.

"Yuk"

"Tumben banget gak make basa basi" jawab Fakhri dengan tawaan kecil.

"Silahkan naik tuan ratuku" Fakhri membukakan pintu bagian depan tepat disamping supir agar Olif duduk disampingnya karena Fakhri menyetir sendiri.

Tuduh tanpa bukti?lakukan hal yang ia tuduh agar ia mempunyai bukti jika menuduh. Kasian cuy kalo dia nuduh pas di tanya bukti tapi kagak punya bukti:v

Takdir Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang